• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Orangtua Tak Bisa Sendiri Atasi Tingginya Perkawinan Anak

dul dul
25/07/2019
in Aktual
0
perkawinan, anak

FOTO BERSAMA: Direktur Rumah Kitab, Lies Marcoes (keempat dari kiri) bersama stekholder lainnya usai Halaqoh dan Deklarasi Bersama Mencegah Perkawinan Anak di Balaikota Cirebon, 24 Juli 2019.

17
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa studi Rumah Kita Bersama (Kitab) menemukan bahwa orangtua tidak bisa berdiri sendiri untuk mengatasi problem perkawinan anak. Untuk itu, Rumah Kitab melibatkan beberapa tokoh agama, pemuka adat, pemerintah yang mempunyai pengaruh di masyarakat, termasuk remaja.

Hal itu dikemukakan Direktur Rumah Kitab, Lies Marcoes saat ditemui Mubaadalahnews.com usai Halaqoh dan Deklarasi Bersama Mencegah Perkawinan Anak di Balaikota Cirebon, 24 Juli 2019.

“Saya menyebutnya mengeja daya remaja. Jadi remaja itu harus kita pahami (dulu). Bagaimana situasi kondisi, dorongan dan pilihan mereka,” kata Mbak Lies, sapaan akrabnya.

Selain itu, Negara harus memberikan kesejahteraan yang seluas-luasnya bagi rakyatnya teutama yang termarjinalisasikan seperti anak, perempuan dan disabilitas untuk menepuh jenjang pendidikan bagi anak, sehingga tidak ada perkawinan anak dan sejenisnya.

“Halaqoh dan deklarasi ini sebetulnya seperti ujung yang telah dilakukan Rumah Kitab. Ini menandakan satu permintaan kesepakatan dengan pemerintah daerah untuk menindaklanjuti, karena kita tahu hal ini tidak bisa dilakukan sendiri,” ujarnya.

Baca Juga:

7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

Ia menilai Cirebon bisa menjadi contoh nasional maupun international. Sebab, Cirebon mempunyai sejarah yang bagus, yakni diselenggarakannya Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pada tahun 2017.

“Cirebon memiliki potensi yang baik, karena daya ungkitnya baik, dan pemerintahnya cukup responsive,” tuturnya.

Selain itu, Cirebon juga ada sejumlah Non Government Organization (NGO) yang bekerja cukup lama dalam usaha-usaha mewujudkan keadilan bagi perempuan dan anak dalam implementasinya pencegahan perkawinan anak dan kekerasan.

Lebih lanjut lagi, Cirebon memiliki khazanah kajian keagaman terkait dengan isu-isu perempuan dan anak. Jadi kegiatan ini menghubungkan tali yang berurai.

“Kita tahu bahwa kehidupan ini sulit, tetapi saya percaya kepada anak muda mempunyai kreativitas mimipi. Maka kejarlah mimpi kalian dan selalu percaya bahwa dalam mencapai mimpi itu kalian akan menemukan tangga-tangga itu,” pesan Mbak Lies. (DUL)

dul

dul

Orang biasa

Terkait Posts

Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID