• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan

Memerdekakan peran perempuan dan memberikan kesempatan belajar sebagaimana kaum laki-laki di Indonesia, sejatinya masih satu nafas dalam ajaran agama Islam

Hilda Rizqi Elzahra Hilda Rizqi Elzahra
06/08/2022
in Figur
1
KH Hasyim Asy'ari

KH Hasyim Asy'ari

698
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sosok kiai karismatik pendiri organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia yang kita kenal dengan Mbah Hasyim Asy’ari ini adalah ulama yang tersohor pada abad ke-20. Masyarakat Indonesia, dan warga muslim dunia sudah tak asing lagi dengan ulama sekaliber KH Hasyim Asy’ari. Terlebih Mbah Hasyim juga memberikan perhatian khusus, kepedulian terhadap pendidikan perempuan.

Selama ini khalayak ramai belum banyak mengetahui bahwa sosok KH. Hasyim Asy’ari menaruh perhatian terhadap peranan pendidikan perempuan. Hal ini beliau buktikan dengan pembaharuan terhadap konsep dan metode pembelajaran pendidikan di pondok pesantren bagi kalangan perempuan.

Menurut Ishom Hadzik yang tertuang dalam bukunya gagasan Kiai Hasyim tersebut lahir dari sebuah pemahaman yang mendalam terhadap sunnah Nabi. Yakni: “Perempuan adalah pilar sebuah negara”.

Kiai yang Peduli Pendidikan bagi Perempuan

Dalam buku  Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari: Perintis Kemerdekaan Indonesia karya Muhammad Asad Shahab, dapat kita ketahui bahwa bentuk kepedulian Kiai Hasyim Asy’ari terhadap pentingnya sebuah pendidikan bagi kalangan perempuan, beliau sampaikan langsung kepada kaum Muslimat yang datang dari Jawa Timur. Ketika mereka berniat untuk menyerahkan uang kepada Kiai Hasyim, yang dikumpulkan dari hasil sumbangan pada bulan Ramadhan.

Akan tetapi KH. Hasyim tidak menerima sumbangan tersebut dan memberikan nasihat kepada mereka perihal pentingnya sebuah pendidikan bagi kalangan perempuan. Sembari menyerahkan kembali uang tersebut kepada mereka, beliau berpesan agar uang tersebut mereka gunakan untuk mendirikan sebuah (lembaga). Sebagai wadah pendidikan bagi kalangan perempuan.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Anggapan tersebut telah memberikan makna tersendiri bagi kaum perempuan khususnya bagi kalangan muslimat. Namun kabarnya, gagasan tersebut ditolak oleh beberapa kiai dalam forum muktamar NU. Namun seiring berjalannya waktu, Kiai Hasyim berhasil meyakinkan mereka agar lebih menaruh perhatian terhadap pendidikan untuk kaum perempuan.

Perintis Pendidikan Perempuan di Pesantren

Setelah memutuskan hal tersebut, sejumlah pesantren mulai membuka pendidikan untuk kalangan perempuan dan putri kedua beliau, yaitu Nyai Khairiyah Hasyim yang menetap di Makkah juga membuka madrasah untuk kaum perempuan yang dikenal dengan Madrasah al-Banat yang menjadi bagian dari Madrasah Darul Ulum. Hal ini tentu menjadi prestasi tersendiri bagi umat Islam asal Indonesia yang mampu membuka madrasah perempuan pertama di Mekkah.

Dunia pesantren sesungguhnya bukan dunia yang timpang kepada perempuan. Pendidikan kepada perempuan, bukan berarti tak hadir sepenuhnya, ketika pesantren khusus perempuan belum ada hingga akhir abad ke 19. Pendidikan kepada perempuan tetap para kiai berikan kepada keluarga mereka. Ketika pendidikan bersifat massal kepada perempuan muncul dalam lingkungan pesantren pun, hal itu lahir juga dari tangan para Kiyai.

Momentum tersebut dapat kita artikan bahwa KH. Hasyim Asy’ari telah mendobrak pola pikir masyarakat patriarki. Pola pikir yang menjamur di tengah masyarakat. Pola pikir yang membudaya dan ditopang oleh dogma agama. Pemikiran Kiai Hasyim Asy’ari tersebut menjadi penyemangat bagi kalangan perempuan kala itu. Di mana kaum perempuan dapat meningkatkan kualitas keilmuan dan peran mereka.

Memerdekakan peran perempuan dan memberikan kesempatan belajar sebagaimana kaum laki-laki di Indonesia sejatinya masih satu nafas dalam ajaran agama Islam, memiliki maksud untuk membentuk perempuan sebagai ibu yang siap mendidik generasi penerus bangsa dan pewaris agama. []

Tags: Jejak Ulama NusantaraNahdlatul UlamaPendidikan PerempuanPerempuan NUUlama Nusantaraulama perempuan
Hilda Rizqi Elzahra

Hilda Rizqi Elzahra

Mahasiswi jelata dari Universitas Islam Negeri Abdurrahman Wahid, pegiat literasi

Terkait Posts

Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID