• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Cerita tentang Raisa; Mimpi, Ambisi, dan Pembuktian Perempuan

Raisa: Live in Concert, menjadi sebuah gambaran pintu gerbang bagi perempuan yang ingin tetap berkarir dan bermimpi tanpa harus takut kehilangan perannya sebagai seorang ibu dan istri

Ni'am Khurotul Asna Ni'am Khurotul Asna
18/03/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Pembuktian Perempuan

Pembuktian Perempuan

640
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perempuan dan ragam cerita mengenai pengalaman tubuh, peran, keinginan, mimpi, maupun karir kerap menjadi suatu anggapan yang kadang tabu dan tak mudah kita capai. Sebab ada banyak belenggu histori yang membawa pengaruh kuat patriarki begitu mendominasi dan menundukkan perempuan itu sendiri.

Namun, di masa kini kita semua bisa melihat sembari mengangguk bahwa apa yang menjadi mimpi perempuan adalah suatu kemungkinan. Dan kita akan dengan bahagia menganggapnya sebagai prestasi sekaligus sebuah dobrakan meruntuhkan tembok-tembok patriarki. Tak ayal hal itu menjadi pembuktian perempuan untuk meraih mimpi.

Raisa: Live in Concert, menjadi sebuah gambaran pintu gerbang bagi perempuan yang ingin tetap berkarir dan bermimpi tanpa harus takut kehilangan perannya sebagai seorang ibu dan istri. Raisa menjadi tempat belajar dan kebanggaan kita semua karena prestasinya sebagai solois perempuan pertama di Indonesia yang mengadakan konser tunggal di Stadiun.

Tepat 25 Februari 2023 lalu, konser Raisa digelar di Stadiun Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Selatan. Konser tunggal ini sukses menyabet puluhan ribu penonton mulai dari berbagai wilayah Indonesia sampai luar negeri. Mereka berdatangan menyaksikan konser meriah tersebut.

Cerita Raisa dari Mimpi dan Ambisi

Secara historis, tidak sedikit perempuan memiliki ambisi, mimpi, sampai cita-cita luhur yang semuanya ingin tercapai. Tidak sedikit pula dari mimpi-mimpi perempuan berhasil terwujud atau bahkan sebaliknya malah terpendam. Ironinya memilih diam tenggelam dengan angannya sendiri. Tentu ini penyebabnya berbagai macam faktor termasuk salah satunya belenggu patriarki dan diskriminasi ketidakadilan yang dialami banyak perempuan.

Baca Juga:

Kartini dan Mimpi Besarnya untuk Pendidikan Perempuan Indonesia

Teka-teki di Balik Umur Seperempat Abad

Generasi Muda dan Karier Buatan Sendiri

Putus Asa? Inilah Cara Mengatasi Kegagalan untuk Menggapai Kesuksesan

Bagi perempuan yang tengah berproses dan kemudian berhasil, selain sebagai suatu kebahagiaan diri sendiri, juga menjadi pintu gerbang bagi perempuan-perempuan lain lebih semangat dalam menemukan dan mewujudkan mimpinya.

Raisa, musisi perempuan ini mendapat julukan atas prestasinya sebagai solois perempuan pertama yang manggung di GBK. Tentu bukan hal yang mudah bagi Raisa mewujudkan mimpinya itu. Penulis sempat melihat dan membaca beberapa cerita perjalanan Raisa, baik dari kanal media sosial sampai pengamatan Mata Najwa yang menjadi gerbang komunikasi bagaimana Raisa dan perjalanan karirnya sangat manis kita simak dan kita teladani.

Dari wawancara Mata Najwa itu penulis melihat betapa proses yang Raisa lakukan, mulai dari keinginan, tawaran, ambisi, dorongan, kegigihan, serta kerjasama dari Raisa dan tim dapat menjadi semacam cerita motivasi, inspirasi, dan penyulut bagi kita semua. Laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kebebasan untuk mengekspresikan mimpinya yang muncul dari kehendak diri sendiri.

Barang kali kita sering mendengar beberapa kata-kata bijak yang mengatakan “tidak ada yang tidak mungkin bagi mereka yang mau berusaha”. Motivasi ini begitu relate saat menengok perjalanan Raisa.

Perempuan Melawan Maskulinitas

Maskulinitas menjadi konstruksi budaya yang keberadaannya terpengaruhi oleh norma-norma yang diciptakan dan berlaku di lingkungan masyarakat. Ini berkaitan dengan beberapa kebiasaan, ruang, adat istiadat dari masyarakat sehingga membentuk satu konsep maskulinitas. Dalam konteks ini tidak hanya maskulinitas yang kita tempatkan pada subjek laki-laki. Tapi, bagaimana kita melihat bahwa apa yang Raisa lakukan di atas panggung stadiun merupakan satu upaya menaklukkan kegagahan maskulinitas GBK.

GBK dalam histori memang seringkali terpakai untuk menggelar acara-acara yang di dalamnya banyak menampung atau hanya melibatkan laki-laki sebagai pemeran utama. Julukan GBK sebagai paru-paru kota dan warisan nasional (National Hentage) seolah-olah menjadi simbol gagahnya GBK dalam cerita sejarah. Namun, menjadi sebuah prestasi membanggakan saat Raisa tampil sebagai perempuan pertama yang mengadakan konser tunggal mendatangkan jumlah penonton yang cukup besar.

Keseruan panggung juga dikuasai Raisa dengan menciptakan feminine energy yang dilakukan dengan para penari dan kostum yang mereka kenakan. Ini memberi makna bahwa perempuan dengan segala ke-khasannya, sebetulnya sangat ingin merasa bebas di dalam ruang tempat mereka berekspresi. Dengan tanpa dibebani pelabelan negatif yang cenderung menyudutkan mereka. Pun dimaksudkan dengan lagu-lagu yang dibawanya bermaknakan penuh menyoal kekuatan perempuan.

Banyak dari lagu Raisa yang sebetulnya bisa kita maknai sebagai kekuatan energi bagi mereka yang berambisi dan bermimpi. Raisa juga memberikan kesan dan pesan lewat lagu-lagunya bahwa perempuan yang membawa kekuatan besar dari diri dia harus tereskpresikan dan saling menyadari, bahwa perempuan memiliki peran yang begitu hebat dan patut bagi dia untuk menyadari dan bangga akan hal itu.

Berperan dan Berkarir Menginspirasi Perempuan

Dari secuil makna perjalanan Raisa di panggung konser, ada cerita manis yang lain dari dia, yang tentu akan sangat menginspirasi banyak perempuan. Seperti di awal saya sebutkan bahwa selain sering menyibukkan diri dengan karir musiknya, Raisa juga merupakan seorang istri dan ibu.

Kita bisa melihat bagaimana Raisa saat detik-detik konser, harus teruji dengan sakitnya sang anak. Menjadi seorang ibu, pasti tidaklah mudah melewati keadaan tersebut. Dalam satu waktu mungkin ia harus membagi waktunya untuk mendampingi sang anak. Di sisi lain dia juga harus berperan mempersiapkan apa yang menjadi tanggung jawabnya di luar.

Lewat pengalamannya, menjadi sosok perempuan karir, mungkin dari kita tak gampang mengimajinasikan hidup menjadi sosok Raisa. Tapi, semangat dan ambisi yang dibawa Raisa ini menjadi penyulut untuk terus menyalakan api menghadapi kesulitan di kesehariannya. Ini menandakan bahwa kita memiliki banyak orang yang sebetulnya dapat menjadi contoh melawan penundukan perempuan di lingkungan kita, serta mengusahakan kepada diri kita sendiri mewujudkan mimpi-mimpi itu.

Sebab perempuan dengan kehendak bebasnya dapat berdikari dengan cara dan potensi yang ia miliki sendiri.

Menengok ke belakang, Islam memiliki sejarah fenomenal terkait peran perempuan pada masa Nabi. Aisyah binti Abu Bakar, istri Rasulullah Muhammad Saw menjadi perempuan karir dengan kecerdasan dan keberaniannya memimpin perang. Aisyah ini bisa kita katakan dalam sejarah sebagai perempuan tercerdas karena memiliki daya ingat tajam dan kemampuannya dalam berpikir kritis.

Peran Ulama Perempuan

Aisyah mampu menghafal kurang lebih 2.210 hadis. Begitu pun jika ada hadis yang sulit dipahami oleh para sahabat Nabi, mereka tak segan untuk bertanya kepada Aisyah r.a. Dengan demikian, Aisyah dijuluki sebagai madrasah besar dalam sejarah Islam. Khususnya pasca wafatnya Nabi Muhammad Saw.

Begitu pula kita bisa melihat peran perempuan aktivis muslim masa kini dalam menggaungkan ulama perempuan di Indonesia. Ulama perempuan ini bersinergi bersama dalam kerja-kerja mainstreaming gender. Kerja dan upaya mereka dalam membumikan perspektif gender dalam berbagai lini membantu mengubah cara pandang masyarakat yang masih banyak ketimpangan menjadi berkeadilan dan kesetaraan. Kita juga bisa belajar dari mereka dalam mencari jalan, pemahaman, bahkan solusi menanggapi kompleksitas permasalahan di masyarakat.

Seperti halnya, Dr. Nur Rofi’ah, Bil. Uzm yang membuka ruang belajar Keadilan Gender Islam (KGI). Ia intens mengadakan pertemuan belajar secara terbuka. Tidak hanya dari aksi perempuan, Kiai Faqihuddin Abdul Kodir juga menggagas metodologi mubadalah yang di dalamnya berisi kajian keilmuan tafsir-tafsir progresif yang membantu kita dalam memahami keadilan gender dalam Islam.

Dari beberapa tokoh-tokoh yang menginspirasi tersebut, kita bisa melihat dengan pandangan yang lebih terbuka bahwa perempuan dan karir merupakan kesatuan yang harus sama-sama kita dukung dan kita berdayakan. Apapun pilihan hidup perempuan yang bagi mereka merupakan mimpi terbaik, menjadi revolusi berkemajuan sebagai cara pandang dan tekad bersama. Yakni untuk membuka selebar-lebarnya kebermanfaatan dari perjuangan keadilan, dan pembebasan perempuan itu sendiri. []

 

 

 

 

Tags: karierMimpiPembuktian PerempuanPenyanyi PerempuanRaisa
Ni'am Khurotul Asna

Ni'am Khurotul Asna

Ni'am Khurotul Asna. Mahasiswa pendidikan UIN SATU Tulungagung. Gadis kelahiran Sumsel ini suka mendengarkan dan menulis.

Terkait Posts

Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Berkurban

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

6 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Kesehatan Akal

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

4 Juni 2025
Pesan Mubadalah

Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

4 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID