Mubadalah.id – Jika merujuk dalam kitab Sunan at-Tirmidzi (hadits nomor 2958) dan Musnad Ahmad (hadits nomor 19895), ada kisah dari Abu Musa al-Asy’ari Ra bahwa ketika beberapa orang non-Muslim bersin di samping Nabi Muhammad Saw, maka doa nabi untuk mereka: “Yahdikumullah wa yushlih balakum” (Semoga Allah memberi kalian petunjuk dan memperbaiki kondisi kalian).
Dalam berbagai kitab hadits shahih, termasuk Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, ada kisah yang cukup spektakuler, yaitu tentang tamu-tamu non-Muslim yang datang dan memulai dengan salam kebencian.
Aisyah Ra., yang mendengar ucapan mereka, langsung emosi dan menjawab mereka dengan salam kebencian yang sama. Namun, ternyata Nabi Muhammad Saw memintanya untuk bersikap tenang dan lemah lembut, tidak perlu menjawab dengan kekasaran yang sama.
Berikut ini salah satu teks hadits dalam riwayat Imam Bukhari:
“Dari Urwah bin Zubair Ra bahwa Aisyah Ra, istri Nabi Muhammad Saw berkisah: Suatu saat, datanglah beberapa orang kaum Yahudi ke rumah Rasulullah Saw. Mereka memulai dengan salam,
“Semoga racun menebar dalam (kehidupan) kalian semua.”
Aisyah Ra berkata, “Aku mendengar dan memahami betul kalimat mereka. Karena itu, aku menjawab mereka (dengan lebih tegas). Ya, racun juga atas (kehidupan) kalian semua, beserta laknat (dari Allah Swt) atas kalian semua.”
Lalu, Nabi Muhammad Saw berkata kepada Aisyah Ra, “Tenanglah, wahai Aisyah. Sesungguhnya, Allah itu mencintai sikap yang lembut dalam segala hal.”
“Aku menjawab, Wahai Rasul, mereka yang memulai (mengucapkan salam kebencian) itu. Bukankah engkau mendengar yang mereka ucapkan? Ya, aku mendengar, dan aku cukup menjawab mereka: Kalian juga sama, jawab Nabi Muhammad Saw.” (HR. Bukhari, hadits nomor 6093).
Meneladani Nabi Muhammad Saw
Teks-teks ini tentu saja merupakan teladan Nabi Muhammad Saw yang mengajarkan kepada kita tentang pentingnya membangun persaudaraan dan relasi yang baik dengan siapa pun. Termasuk dengan orang-orang non-Muslim.
Hal ini adalah prinsip yang paling dasar. Artinya, jika kita menemukan ijtihad beberapa ulama tentang pentingnya bersikap tegas, kasar, dan keras, harus diletakkan pada kondisi khusus, yaitu saat peperangan berkecamuk.
Sementara, prinsip dan dasar adalah persaudaraan dan relasi yang baik antar manusia. Terutama pada kondisi damai, atau tidak dalam peperangan, kita dituntut untuk mengembangkan lebih banyak lagi perdamaian dan kebaikankebaikan. Prinsip inilah yang menjadi inspirasi yang terekam dalam teks-teks hadits tersebut.
Demikianlah di antara teladan dan akhlak baik Nabi Muhammad Saw terhadap semua manusia. Saat ini adalah saat-saat yang paling tepat untuk meneladani akhlak nabi. []