• Login
  • Register
Rabu, 4 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Merarik, Penculikan Perempuan dalam Adat Lombok

Perempuan dalam praktik ini dianggap seperti barang yang bisa diambil begitu saja. Meski dalam tradisi, keluarga perempuanlah yang menginginkan merarik

Ayu Bejoo Ayu Bejoo
31/08/2024
in Publik
0
Merarik

Merarik

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, tradisi adalah suatu kesatuan dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk tradisi merarik, sebuah penculikan perempuan ketika ada laki-laki hendak menikahinya. Tradisi ini berasal dari Lombok.

Penculikan adalah kata yang penggunaanya negatif. Menurut KBBI menculik memiliki arti melarikan orang lain dengan maksud tertentu atau menjadikannya sandera. Biasanya penculikan dilakukan tanpa sepengetahuan korban.

Berbeda dengan penculikan pada umumnya. Merarik ialah suatu kegiatan di mana laki-laki mengambil perempuan yang ingin ia nikahi. Dalam artian sebelumnya sudah saling mengenal. Laki-laki membawa perempuan ke rumahnya, empat atau tiga hari sebelum hari menikah.

Biasanya, perempuan menginap di rumah saudara terdekat laki-laki. Agar tidak menimbulkan fitnah serumah dengan mempelai laki-laki. Merarik juga bertujuan agar si perempuan dapat lebih mengenal keluarga laki-laki, pun sebaliknya.

Merarik Pada Masa Kini

Indonesia terkenal dengan suku adat yang bermacam-macam. Lombok adalah salah satu daerah timur Indonesia yang masih kental akan adat dan budayanya. Merarik tentu saja sebuah kegiatan yang sangat lazim di Lombok. Tapi jika terdengar oleh masyarakat lain di luar Lombok tentu pemahamannya akan berbeda.

Baca Juga:

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Luna Maya Menikah, Berbahagialah!

Kontroversi Nikah Batin Ala Film Bidaah dalam Kitab-kitab Turats

Apalagi, di era globalisasi seperti saat ini. Di mana di beberapa daerah bahkan adat dan tradisi sudah terlupakan. Belum lagi, generasi masa kini yang memiliki pandangan hidup lebih bebas. Tentu tradisi merarik akan menuai pro kontra.

Dalam pandangan wujud pernikahan masa kini. Tentu menjadi tanda tanya, apakah si perempuan tidak keberatan dan melanggar privasi hidupnya. Meski merarik ialah sebuah tradisi yang masih terlaksana hingga kini. Tidak menampik kemungkinan jika mempelai wanita tidak menyetujuinya. Dan memilih menikah di KUA saja.

Asalkan keinginan antara perempuan dan laki-laki sama. Tentu saja merarik adalah pilihan menjaga tradisi yang ada. Boleh terlaksana, boleh juga tidak melakukannya. Merarik bukanlah sebuah pemaksaan kehendak salah satu pihak saja. Pernikahan ini adalah sebuah tradisi untuk membuat sebuah ikatan. Kedua belah pihak tentu memiliki andil dalam melaksanakannya.

Pelaksanaan Merarik

Merarik pada dasarnya adalah adat dari suku Sasak, suku asli Lombok, Nusa Tenggara Barat. Merarik menjadi bagian dari salah satu proses awal ritual pernikahan. Yang di mana sebelumnya diawali dengan midang.

Midang ialah pendekatan antara perempuan dan laki-laki dalam menentukan kapan mereka akan melaksanakan merarik. Setelah itu, akan ada selabar. Keluarga laki-laki akan membuat laporan kepada kepala dusun bahwa telah terjadi merarik.

Tahapan selanjutnya ialah ijab kabul, sorong serah, dan nyongkolan. Nyongkolan merupakan penutupan ritual pernikahan dengan melaksanakan iring-iringan dari pihak keluarga laki-laki. Nyongkolan identik dengan adanya gendang beleq, permainan alat musik tradisional Lombok. Yang ikut memeriahkan ritual pernikahan.

Sisi Negatif Merarik

Relevansi merarik dalam menjalankan adat dan budaya tentu saja telah sejalan dengan kajian beragama, khususnya agama Islam. Karena tidak serta merta melakukan perbuatan terlarang. Melainkan dengan tahapan dan proses yang islami.

Namun, dalam kacamata relasi keadilan hakiki. Ada banyak praktik yang mengerdilkan perempuan. Sebagaimana praktik penculikan perempuan salah satu tujuannya ialah memperlihatkan superioritas laki-laki. Dalam hal ini, laki-laki beranggapan bahwa dirinya memiliki superioritas karena dapat melakukan penculikan perempuan. Sementara perempuan tidak bisa melakukan sebaliknya.

Perempuan dalam praktik ini juga ter-analogikan layaknya sebuah barang. Yang bisa diambil begitu saja. Meski dalam tradisinya keluarga perempuanlah yang menginginkan merarik. Karena menilai anaknya memiliki valuable sehingga dipilih oleh laki-laki.

Merarik atau lebih familiar dengan kawin lari pada dasarnya memang memberatkan perempuan. Namun demikian, praktik ini masih berlangsung hingga saat ini. Demi menjaga tradisi adat yang telah ada sejak dahulu.

Mungkin dengan bertambahnya perspektif mubadalah dalam kehidupan bermasyarakat. Diharapkan akan membawa dampak perubahan bagi perempuan. Termasuk cara pandang tradisi dalam sebuah pernikahan. Dengan demikian, pernikahan akan sejalan dengan tujuan kebersamaan. []

Tags: kawin lariMerarikPemaksaan PerkawinanpernikahansuperioritasTradisi LombokTradisi Merarik
Ayu Bejoo

Ayu Bejoo

Pegiat Literasi & Aktivis Gender

Terkait Posts

Mitos Israel

Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

4 Juni 2025
Trans Jogja

Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!

3 Juni 2025
Perbedaan Feminisme

Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

2 Juni 2025
Teknologi Asistif

Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

2 Juni 2025
Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Perempuan Penguasa

Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

31 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tubuh yang Terlupakan

    Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina
  • Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn
  • Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As
  • Membaca Novel Jodoh Pasti Bertemu dalam Perspektif Mubadalah
  • Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID