• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Beragama untuk Apa?

Zahra Amin Zahra Amin
15/07/2019
in Featured, Hikmah
0
beragama untuk apa

shirathal mustaqim

120
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Banyak berita berseliweran yang menyudukan pesantren di satu sisi. Dan dikaitkan Islam pada sisi yang lain. Tentang pertama kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan pesantren, dan kasus kedua tentang perilaku korupsi di salah satu kementerian yang juga dikaitkan dengan pendidikan ala pesantren.

Lalu berapa hari yang lalu, saya pun membaca infografis data agnostik dan atheis Masyarakat Indonesia di laman kabar sejuk. Artinya, wow ternyata banyak juga orang Indonesia yang tidak percaya agama, dan tidak mengakui Tuhan. Seolah mengamini pendapat Karl Marx bahwa agama itu candu, Tuhan telah Mati kata Friedrich Nietzsche, dan Tuhan telah membunuh eksistensi manusia ujar Jean Paul Sartre.

Saya lahir dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Pernah belajar filsafat, dan belajar bernalar benar, dengan mencoba meninggalkan sholat dan puasa secara diam-diam ketika kuliah dulu, untuk merasakan bagaimana tidak melakukan komunikasi dengan Tuhan. Rasanya hampa, gelisah dan tak tentu arah. Mungkin setiap orang punya pengalaman berbeda, tentang bagaimana pada akhirnya menemukan satu momentum bahwa “kita membutuhkan Tuhan”, entah dengan apapun jalannya.

Saya meyakini satu hal. Tidak ada ajaran agama yang salah. Semua mengajarkan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Bukan merasa paling benar dan paling baik. Hanya saja “oknum” dari pemeluk agama itu yang mengatasnamakan agama untuk melakukan perbuatan tidak terpuji dan melanggar nilai kemanusiaan.

Sehingga rasanya aneh ketika orang menggunakan standar ganda untuk menjustifikasi sesuatu berdasarkan satu dua data, lantas menggenalisir jika semuanya begitu. Harus objektif dong. Pesantren yang menorehkan prestasi juga lebih banyak, eits, jangan lupa sumbangsih dan perannya dalam memperjuangkan dan mempertahankan NKRI. Kalau lupa, silahkan baca sejarah dan nyanyikan lagu “Ya Lal Wathan.”

Baca Juga:

3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

Makna Wuquf di Arafah

Jadi beragama itu untuk apa? Bagi saya, agama tidak hanya sekedar rumah dimana saya berteduh dari riuhnya dunia dan kerasnya kehidupan. Agama itu cinta, yang mengajarkan makna kasih sayang, tidak hanya pada sang Pemilik Kehidupan tapi juga untuk seluruh makhluk ciptaaNya. Agama itu ketika kita tidak lagi membutuhkan hal lain selain pertolonganNya. Ketika sedang lemah tak berdaya, sakit, sendiri dan sepi, berada diantara dalam hidup dan mati, disitu nanti nama Tuhan akan disebut. Karena manusia kelak pada akhirnya akan sendiri. Lahir sendiri. Matipun kita sendiri.[]

Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat Perempuan

Dalil Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

4 Juni 2025
Pesan Mubadalah

Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

4 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khutbah Iduladha: Teladan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail tentang Tauhid dan Pengorbanan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID