Mubadalah.id – Dalam realitas kehidupan dalam keluarga kita, terutama dalam kerja-kerja domestik, masih banyak, orang-orang yang menempatkan perempuan atau ibu sebagai tanggung jawab utama untuk mengerjakan semua pekerjaan tersebut.
Misalnya, hal ini yang masih dialami oleh teman saya yang telah berkeluarga. Ya dia adalah Munah dan Nono (nama samaran). Saat aku berkunjung ke rumahnya, aku perhatikan dari semua praktik kerja domestik justru banyak dikerjakan oleh istrinya.
Mulai dari ngurus bayinya, memasak, hingga beres-beres rumah (nyapu, ngepel, dan nyuci baju) semua dilakukan oleh Munah. Sedangkan yang dilakukan oleh Nono, dia hanya duduk nyantai sambil ngopi dan merokok.
Bagi saya, realitas demikian sebetulnya tidak terjadi di keluarga Munah dan Nono. Melainkan masih banyak keluarga lainnya yang selalu menempatkan perempuan setelah menikah, tugas mereka ya sumur, dapur dan kasur. Karena itu, menurut saya apa yang menimpa Munah adalah salah satu bentuk ketidak adilan gender.
Seperti dalam mata kuliah gender, Ibu Nurul Bahrul Ulum pernah menjelaskan bahwa semua pekerjaan domestik itu menjadi tugas bersama, laki-laki dan perempuan. Tidak boleh ada yang saling menguasai dan mendominasi. Karena ruang domestik, ya ruang bersama, laki-laki dan perempuan.
Bahkan saya ingat betul jika perempuan mengerjakan semua perkerjaan rumah tangga bahkan sampai ia juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Maka hal tersebut masuk sebagai salah bentuk ketidak adilan gender, yaitu beban ganda.
Oleh sebab itu, jika kita hanya membiarkan ini semua terjadi. Maka jangan salahkan apabila ketimpangan dalam kerja domestik hingga saat ini masih terus perempuan rasakan.
Para perempuan kerap tidak menyadari bahwa saat ia melakukan kerja domestik dan juga melakukan kerja publik, itu sesungguhnya para perempuan sedang mengalami relasi yang timpang, atau tidak adil.
Pandangan Islam
Padahal, di dalam Islam relasi suami dan istri sebaiknya harus mereka bangung dengan kesalingan (mubadalah) dan kerjasama.
Bahkan, dalam beberapa catatan hadis, Nabi Muhammad Saw pernah menyampaikan bahwa seluruh pekerjaan domestik adalah tanggung jawab bersama, suami dan istri.
Tugas pekerjaan domestik yang menjadi tanggung jawab bersama, suami dan istri itu merujuk pada teks hadis yang Aswad bin Yazid riwayatkan. Isi hadis tersebut sebagai berikut:
Aswad bin Yazid berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah Ra. mengenai apa yang Nabi Muhammad Saw perbuat di rumah. Aisyah menjawab, “Beliau selalu membantu keluarganya. Ketika datang waktu shalat, beliau bergegas pergi untuk melaksanakan shalat.” (Shahih al-Bukhari).
Teks ini, menurut Kiai Faqihuddin Abdul Kodir seperti di dalam buku 60 Hadis Shahih, bercerita tentang sisi kehidupan Nabi Muhammad Saw yang tidak segan-segan untuk ikut melakukan kerja-kerja rumah tangga.
Oleh sebab itu, bagi Munah dan Nono, yang perlu kalian ingat bahwa laki-laki muslim yang mulia adalah yang ikut melakukan kerja-kerja layanan di dalam rumah. Ini adalah pekerjaan dan sunnah Nabi Muhammad Saw.
Alangkah bahagianya, jika prinsip kesalingan antara suami istri praktikkan untuk melayani, baik di dalam maupun luar rumah. Tentu saja, hal yang paling prinsip adalah komunikasi dan saling pengertian, bukan tentang teknis pekerjaan apa yang keduanya bagikan. []