• Login
  • Register
Rabu, 30 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Fatwa Tanpa Pamrih

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
06/11/2017
in Kolom
0
Ilustrasi: pixabay[dot]com

Ilustrasi: pixabay[dot]com

52
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saya akan mengisahkan mengenai fatwa tanpa pamrih dari kisah berikut:

Seorang Khalifah Abbasiyah tiba-tiba gundah gulana. Dia berkuasa penuh atas seluruh negeri-negeri Islam, dari ujung timur Persia sampai ujung barat Afrika, bisa memerintah siapa saja, dan meminta apa saja. Gundah karena permintaannya kepada istri akan satu hal ditolak mentah-mentah.

“Aku ingin menikah lagi”, kata sang Khalifah. “Tidak boleh”, jawab istri. Khalifah: “kenapa tidak boleh?” Istri: “karena aku perempuan dan tidak ingin dipoligami”. “Lah, itu bukan alasan yang rasional”, timpal Khalifah. “Itu adalah alasan yang paling rasional, menurutku”, jawab sang istri.

“Kalau begitu perlu ada wasit di antara kita”, seru Khalifah.  “Boleh”, jawab istri. “Sebutkan nama seseorang, terserah kamu, untuk menjadi wasit di antara kita”, Khalifah menantang. “Ok, aku usul seorang ulama besar, bernama Imam Abu Hanifah”, kata sang istri.

Khalifah girang bukan kepalang. Dia tahu ulama pasti membolehkan poligami, karena dia yakin hal itu ada di dalam al-Qur’an. Nabi Saw juga poligami. “Setuju”, dengan penuh suka cita Khalifah menjawab tawaran sang istri. Sang Imam pun dihadirkan ke istana.

Baca Juga:

Sound Horeg: Antara Fatwa Haram Ulama’ dan Hiburan Masyarakat Kelas Bawah

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

Khalifah: “bukankah Qur’an membolehkan poligami? Imam: “benar wahai Amirul Mukminin”. Khalifah: “bukankah seseorang tidak boleh melarang sesuatu yang dibolehkan Qur’an?” Imam: “benar juga”.

Khalifah: “sip. Begini, aku mau menikah lagi, tapi orang di belakang tirai ini (istrinya) melarangku, berikan aku fatwa soal ini, wahai Abu Hanifah”. Khalifah mengajukan fatwa dan menunggu jawaban Imam dengan penuh harapan kemenangan.

Imam: “kalau soal pernikahanmu itu, wahai Amirul Mukminin, hormatilah adab al-Quran, karena ia membolehkan poligami itu dengan syarat keadilan. Aku tidak melihat kamu akan adil kalau menikah lagi. Jadi, hormatilah adab al-Quran tentang keadilan ini dan jangan menikah lagi”.

Khalifah diam seribu bahasa. Sang istri girang tidak terkira. Sang Imam pamit pulang. Sesampainya di rumah, dia istirahat sejenak. Tiba-tiba datang utusan istri Khalifah membawa hadiah emas yang dibawa di atas seekor unta. “Apa ini?” Tanya Imam.

“Ini sebagai tanda terima kasih dari permaisuri, istri Amirul Mukminin atas pandangan yang Anda sampaikan di istana”, kata sang utusan.

“Sampaikan kepada tuanmu, yang aku sampaikan itu adab al-Quran. Aku menyatakannya, karena Allah, bukan karena tuanmu. Jadi, bawa lagi hadiah ini kepada tuanmu”, jawab sang Imam.[]

Tags: FatwaFatwa tanpa pamrihKhalifah AbasiyahMubaadalahpoligami
Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Founder Mubadalah.id dan Ketua LP2M UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Menjaga Bumi

Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi

30 Juli 2025
Percaya pada Kesetaraan

Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?

30 Juli 2025
Emansipasi Perempuan

Emansipasi Perempuan Menurut Al-Ghazali: Telaah atas Kitab Ihya’ Ulum al-Din

30 Juli 2025
Lintas Iman

Ajaran tentang Cinta Lingkungan dalam Lintas Iman

30 Juli 2025
S-Line

S-Line dan Pubertas Digital: Saat Tren Media Sosial Menjadi Cermin Krisis Literasi Seksual

29 Juli 2025
Politik inklusif

Mengapa Politik Inklusif bagi Disabilitas Penting? 

29 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menjaga Bumi

    Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ajaran tentang Cinta Lingkungan dalam Lintas Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual
  • Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi
  • Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram
  • Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?
  • Pernikahan sebagai Kontrak Kesepakatan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID