Mubadalah.id – Ego jika merujuk pada teori Sigmud Freud merupakan kontrol atas pengendalian id atau dorongan naluri manusia dan superego atau norma-norma sosial. Ryan Holiday selaku penulis sebenarnya tidak secara langsung mengungkapkan pengertian ego yang dirinya maksud. Terkadang ego yang penulis ungkapkan seperti penggerak dan terkadang menjadi pelindung diri.
Saya bertemu dengan buku ini ketika suara-suara ketakutan dalam kepala menggema. Takut bahwa kegagalan yang lebih besar akan menghadang, takut akan bagaimana respon sosial yang akan diterima dan ketakutan lainnya. Dan perasaan bahwa ego akan benar-benar membunuhmu jika terus seperti ini.
Ketakutan memang hal yang wajar, dan bukan hanya saya atau kalian para pembaca yang mengalaminya tapi semua orang pasti mengalami. Ketakutan dalam diri mungkin sudah bisa kita kendalikan, tetapi ada banyak hal lain yang tidak bisa kita kendalikan begitu saja dan hal tersebut merupakan sebuah kewajaran.
Kembali pada pembahasan buku ego is enemy karya Ryan Holiday. Buku dengan rating google 4.1/5 ini berisi tiga masa penting yang penulis jelaskan. Mencakup masa perjuangan, masa sukses dan masa kegagalan. Dan bagaimana ego bermain dalam ketiga masa tersebut.
Masa perjuangan
Masa ketika sedang menuju kesuksesan atau menemukan tujuan dari hidup. Dalam masa ini bisa jadi eg o muncul dalam bentuk ambisi yang membara dan terkadang tidak terkontrol. Ada juga suara muncul baik dari dalam maupun luar diri kita yang menanyakan kembali terkait perjuangan yang telah kita lakukan. Setelah melakukan perjuangan yang menurut kita besar, kita kembali terlena dan berpikir bahwa kita yang paling spesial.
Dalam masa ini, apa yang sebenarnya dapat kita lakukan dengan segala rasa ingin dan semangat yang membara yang kita miliki? Caranya bisa saja berbeda dari setiap orang. Mengontrolnya adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Misalkan dalam ambisi, memiliki ambisi itu sangat penting, tetapi ambisi yang sehat akan memberikan kebermanfaatan dan makna yang lebih mendalam.
Masa Sukses
Kesuksesan bermakna subjektif dan tidak bisa menyamakan antar satu dengan lainnya. Pada masa ini Ryan menjelaskan bahwa ego tadi datang lebih kuat daripada masa sebelumnya. Tetap rendah hati, ingin terus belajar dan mau menerima masukan yang membangun jadi langkah dalam menghadapi ego di masa ini.
Masa Kegagalan
Masa yang tidak ingin dilalui oleh semua orang pastinya. Tapi jika tidak pernah gagal apakah perjuangan yang kamu lakukan dapat benar-benar berarti? Perjuangan tanpa kegagalan rasanya hampir sama dengan berjalan di hamparan rumput yang luas. Walau rasanya menyenangkan dapat langsung merasa tenang dengan hijaunya rumput dan angin yang menerpa, tetapi rasa bosan akan muncul lama kelaman.
Pada masa ini bisa dibilang punya andil yang lebih besar darii sebelumnya. Jika ego mengontrol ketika masa ini maka, menyalahkan orang lain, kondisi dan lain sebagainya akan tak terelakkan. Merasa sadar bahwa kegagalan yang dihadapi pastinya akan dihadapi semua orang dan tidak menyalahkan kondisi ketika mencapai masa ini adalah langkah yang tepat dalam menghadapi masa kegagalan.
Selain ego, pada ketiga masa tersebut, buku ego is enemy juga memberikan contoh beberapa orang sukses yang gagal dalam menghadapi ego nya. Barangkali memang perjalanan diri yang paling sulit adalah terkait pengendalian ego itu sendiri. Sebagai individu baik perempuan ataupun laki-laki pastinya memiliki kesulitan berbeda dalam setiap perjalanannya.
Semua orang pasti melalui perjalanan ini, walau rintangan yang mereka tempuh pastinya berbeda. Menghargai perjalanan kita dan orang lain dapat kita lakukan jika sedang berjalan berdampingan dengan ego itu sendiri. Tetap rendah hati dan terus punya ambisi yang sehat akan mempermudah diri dalam melawan ego tadi.[]