Jumat, 24 Oktober 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Resolusi Jihad

    Resolusi Jihad Santri: Dari Angkat Senjata hingga Media Sosial

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: KUPI Tegaskan Semua Manusia Adalah Subjek Kehidupan, Termasuk Disabilitas

    Ulama Perempuan Disabilitas

    Nyai Hj. Badriyah Fayumi: Ulama Perempuan Harus Menjadi Pelopor Keulamaan Inklusif dan Ramah Disabilitas

    Hak-hak Disabilitas

    UIN SSC Gelar Konferensi Nasional KUPI untuk Memperkuat Peran Keulamaan bagi Hak-hak Disabilitas

    Disabilitas

    PSGAD UIN SSC Dorong Kolaborasi Akademisi, Komunitas, dan Pesantren untuk Advokasi Disabilitas melalui Tulisan

    Isu Disabilitas

    Zahra Amin: Mari Menulis dan Membumikan Isu Disabilitas

    Keadilan Gender

    SIKON CILEM UIN SSC Cirebon Angkat KUPI sebagai Gerakan Global Keadilan Gender Islam

    Metodologi KUPI

    Menelusuri Metodologi KUPI: Dari Nalar Teks hingga Gerakan Sosial Perempuan

    Trans7

    Pesantren di Persimpangan Media: Kritik atas Representasi dan Kekeliruan Narasi Trans7

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Hari Santri Nasional

    Refleksi Hari Santri Nasional: Kemerdekaan Santri Belum Utuh Sepenuhnya

    Perundungan

    Kita, Perempuan, Membentengi Generasi dari Perundungan

    Konferensi Nasional KUPI 2025

    Disabilitas di Konferensi Nasional KUPI 2025: Sebuah Refleksi

    Perempuan Disabilitas

    Refleksi Perempuan Disabilitas di Hari Santri Nasional

    Fiqh al-Murūnah

    KUPI Mengenalkan Fiqh al-Murūnah bagi Pemenuhan Hak-hak Disabilitas

    Hak Politik Penyandang Disabilitas

    Hak Politik Penyandang Disabilitas: Antara Jaminan Konstitusi dan Prinsip Keadilan Islam

    Moral Solidarity

    Makna Relasi Afektif di Pesantren: Collective Pride dan Moral Solidarity Santri

    Periwayatan Hadis

    Difabel dalam Periwayatan Hadis : Melihat Islam Inklusif di Zaman Nabi

    Hak-hak Disabilitas

    UIN SSC Gelar Konferensi Nasional KUPI untuk Memperkuat Peran Keulamaan bagi Hak-hak Disabilitas

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Resolusi Jihad

    Resolusi Jihad Santri: Dari Angkat Senjata hingga Media Sosial

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: KUPI Tegaskan Semua Manusia Adalah Subjek Kehidupan, Termasuk Disabilitas

    Ulama Perempuan Disabilitas

    Nyai Hj. Badriyah Fayumi: Ulama Perempuan Harus Menjadi Pelopor Keulamaan Inklusif dan Ramah Disabilitas

    Hak-hak Disabilitas

    UIN SSC Gelar Konferensi Nasional KUPI untuk Memperkuat Peran Keulamaan bagi Hak-hak Disabilitas

    Disabilitas

    PSGAD UIN SSC Dorong Kolaborasi Akademisi, Komunitas, dan Pesantren untuk Advokasi Disabilitas melalui Tulisan

    Isu Disabilitas

    Zahra Amin: Mari Menulis dan Membumikan Isu Disabilitas

    Keadilan Gender

    SIKON CILEM UIN SSC Cirebon Angkat KUPI sebagai Gerakan Global Keadilan Gender Islam

    Metodologi KUPI

    Menelusuri Metodologi KUPI: Dari Nalar Teks hingga Gerakan Sosial Perempuan

    Trans7

    Pesantren di Persimpangan Media: Kritik atas Representasi dan Kekeliruan Narasi Trans7

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Hari Santri Nasional

    Refleksi Hari Santri Nasional: Kemerdekaan Santri Belum Utuh Sepenuhnya

    Perundungan

    Kita, Perempuan, Membentengi Generasi dari Perundungan

    Konferensi Nasional KUPI 2025

    Disabilitas di Konferensi Nasional KUPI 2025: Sebuah Refleksi

    Perempuan Disabilitas

    Refleksi Perempuan Disabilitas di Hari Santri Nasional

    Fiqh al-Murūnah

    KUPI Mengenalkan Fiqh al-Murūnah bagi Pemenuhan Hak-hak Disabilitas

    Hak Politik Penyandang Disabilitas

    Hak Politik Penyandang Disabilitas: Antara Jaminan Konstitusi dan Prinsip Keadilan Islam

    Moral Solidarity

    Makna Relasi Afektif di Pesantren: Collective Pride dan Moral Solidarity Santri

    Periwayatan Hadis

    Difabel dalam Periwayatan Hadis : Melihat Islam Inklusif di Zaman Nabi

    Hak-hak Disabilitas

    UIN SSC Gelar Konferensi Nasional KUPI untuk Memperkuat Peran Keulamaan bagi Hak-hak Disabilitas

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Teladan Kemerdekaan Fatmawati Sukarno: Insiatif, Proaktif, dan Cinta dalam Pengabdian

Kala itu, Fatmawati sudah meyakini bahwa kain berukuran 2x3 meter itu kelak akan menjadi benda yang paling dihormati rakyat Indonesia

Thoah Jafar Thoah Jafar
23 Agustus 2025
in Featured, Hikmah
0
Fatmawati Sukarno

Fatmawati Sukarno

2.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ada cerita menarik di balik peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 79 tahun silam, tepatnya 17 Agustus 1945. Yakni, tentang peran Fatmawati, istri Presiden Sukarno, yang tidak hanya berjasa dalam menghadirkan bendera pusaka, tetapi juga menjelma suri tauladan bagi seluruh kaum perempuan.

Dalam buku “Berkibarlah Benderaku (2002)” diceritakan, Ibu Fatmawati Sukarno menjahit bendera merah putih jauh sebelum naskah proklamasi tertulis dan dibacakan. Ide itu justru muncul dan langsung ia kerjakan sekitar satu setengah tahun sebelumnya, yaitu sekitar Oktober 1944.

Kala itu, Fatmawati yang sedang hamil tua mengandung putra pertamanya, Guntur Soekarnoputra, mendapatkan hadiah kain sebanyak dua blok (lembar) dari seorang perwira Jepang yang konon memiliki simpati terhadap perjuangan rakyat Indonesia. Kain dari seorang lelaki bernama Hitoshi Shimizu itu terdiri dari satu lembar warna merah, dan satu lagi berwarna putih.

Tanpa dorongan dari siapa pun, tiba-tiba lahir ide di benak Ibu Fatmawati untuk menggabungkan dua lembar kain tersebut menjadi bendera Indonesia. Ibu Fatmawati menjahitnya dengan hati-hati dengan menggunakan mesin tangan merek Singer.

Kala itu, Fatmawati sudah meyakini bahwa kain berukuran 2×3 meter itu kelak akan menjadi benda yang paling dihormati rakyat Indonesia. Oleh sebabnya, Fatmawati merasa pantang untuk mengerjakannya dengan mesin jahit dengan penggerak dari kaki.

Selang beberapa tahun kemudian, di pagi yang menjadi sangat bersejarah hingga sekarang, Fatmawati lekas berbalik ke kamar untuk mengambil kain yang ia simpan, setelah mendengar orang-orang berteriak bahwa bendera Indonesia belum tersedia.

Padahal, Presiden Sukarno telah rampung membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya, seperti sudah terhitung dengan matang dan sempurna. Ibu Fatmawati Sukarno dengan bangga menyerahkan benda pusaka itu untuk segera dikibarkan sebagai tanda bahwa Indonesia benar-benar telah merdeka.

Hikmah di Balik Kiprah Ibu Negara

Lantas, apa hikmah yang bisa kita ambil dari kiprah Ibu Negara Pertama, Fatmawati, dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia berbasis cerita tersebut?

Kisah yang sangat inspiratif itu sudah barang tentu mengandung banyak pesan. Paling tidak tentang pentingnya memiliki inisiatif dan keharusan menghargai peluang dalam melakukan kebaikan, dorongan turut serta dalam beramal saleh, serta kewajiban untuk mengabdi serta berjuang berdasarkan rasa cinta yang mendalam.

Inisiatif Fatmawati untuk segera menjahit Sang Saka Merah Putih meski terkesan mendahului gagasan proklamasi para pendiri bangsa. Di mana hal itu merupakan pertanda dari semangat untuk sebaik-baiknya memanfaatkan peluang. Fatmawati seperti sudah memprediksi dengan baik, bahwa Indonesia, cepat maupun lambat, akan merengkuh kemerdekaannya.

Di dalam ajaran Islam, membangun inisiatif menjadi bagian dari anjuran dalam memanfaatkan peluang dan kesempatan yang merupakan anugerah dari Allah Swt. Dalam sebuah hadis yang sangat populer, Rasulullah Muhammad Saw memerintahkan umatnya agar pandai-pandai memanfaatkan peluang di tengah waktu yang secara cepat terus melaju.

Nabi Saw bersabda:

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَا بَكَ قَبْلَ هَرَ مِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Jagalah lima hal sebelum datang lima hal lainnya, yaitu (1) mudamu sebelum tuamu, (2) kesehatanmu sebelum sakitmu, (3) kayamu sebelum fakirmu, (4) luang waktumu sebelum sibukmu, dan (5) hidupmu sebelum matimu. (HR. Al-Hakim).

Insiatif Fatmawati

Hikmah kedua adalah membiasakan diri untuk terlibat dalam momentum atau peluang apapun yang berpotensi menghasilkan kebaikan. Inisiatif Fatmawati sejatinya tidak bisa terlepas dari keyakinan bahwa kemerdekaan adalah satu-satunya jalan dalam rangka membebaskan masyarakat Indonesia dari segala bentuk penindasan.

Oleh karenanya, beliau merasa ingin memastikan bahwa dirinya benar-benar bisa terlibat dalam perjuangan bernilai penuh kebaikan tersebut.

Mendorong diri untuk terlibat dalam kebaikan juga merupakan bagian dari amanat Islam. Rasulullah Saw bersabda:

الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْل لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ

“Iman itu lebih dari 70 atau 60 cabang. Cabang paling utama adalah perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu itu termasuk cabang dari iman.” (HR Muslim).

Dalam riwayat lain, Nabi Saw bersabda:

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ

“Saat seorang pria sedang berjalan, tiba-tiba ia mendapati sebuah dahan berduri yang menghalangi jalan. Kemudian ia menyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya,” (HR. Ahmad).

Berbekal Rasa Cinta

Hikmah berikutnya adalah perlunya memastikan bahwa dalam setiap perjuangan yang kita lakukan maupun dalam menempuh jalan pengabdian senantiasa berbekal rasa cinta. Dalam kelanjutan kisah Fatmawati tersebut, diceritakan bahwa dia terus-menerus menangis-tersedu selama proses penjahitan bendera pusaka.

Fatmawati merasa terharu, karena setelah sekian lama rakyat Indonesia dikungkung penjajahan, akhirnya kabar kemerdekaan itu bisa dibilang bukan lagi sebuah khayalan. Peristiwa itulah yang kemudian disimpulkan para ahli sejarah tentang betapa tingginya kecintaan seorang Fatmawati kepada negara Indonesia.

Anjuran pentingnya memiliki rasa cinta dalam sebuah pengabdian ini juga tersirat dalam QS. Al-Baqarah: 165. Allah Swt berfirman:

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ

“Orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah.”

Namun, selain ketiga hikmah tersebut, pesan yang tidak kalah penting yang perlu kita teladani adalah fakta bahwa Fatmawati adalah seorang perempuan.

Bukti Sejarah

Dari situ bisa kita pahami bahwa bukti sejarah tidak membatasi adanya peran dan turut serta kaum perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini juga sekaligus menandakan bahwa segala kebaikan layak kita perjuangkan baik oleh laki-laki maupun perempuan.

Dalam QS. At-Taubah: 71, Allah Swt berfirman:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ  يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah perbuatan yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”

Dalam ruang lingkup negara, perempuan juga menjadi tumpuan yang tidak boleh terabaikan. Bahkan, Nabawiyah Musa, seorang aktivis dan pelopor pendidikan perempuan di Mesir, pernah mengatakan:

تَقَدُّمُ الْمَرْأَةِ  هُوَ سِرُّ تَقَدُّمِ الْأُمَمِ

“Kemajuan perempuan adalah faktor di balik kemajuan bangsa-bangsa.”

Alhasil, sepatutnya bangsa Indonesia merayakan anugerah kemerdekaan ini dengan setidaknya melakukan tiga hal; rajin menumbuhkan inisiatif dalam hal kebaikan, proaktif dan terus mendorong niat diri untuk selalu terlibat dalam melakukan amal saleh, serta fokus menapaki jalan pengabdian dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang.

Selebihnya, kemerdekaan ini bukan saja milik sejarah bangsa di masa lampau. Tetapi juga menjadi bahan perjuangan bagi lintas generasi, terutama kaum perempuan di hari ini. Tujuannya agar tetap kuat, tegar, dan cerdas dalam melawan diskriminasi, penindasan, maupun upaya pembatasan dalam hal-hal bernilai kebaikan. Wallahu a’lam bis-shawab. []

*)Disampaikan saat diamanati sebagai pembina upacara dalam Peringatan HUT Ke-79 Republik Indonesia, di Pondok Pesantren KHAS Putri Kempek Cirebon, Sabtu, 17 Agustus 2024.

Tags: 17 Agustus 1945Bendera Merah PutihFatmawati SukarnoHikmah KemerdekaanProklamasi Kemerdekaan
Thoah Jafar

Thoah Jafar

Pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon

Terkait Posts

Mencintai Indonesia
Publik

Jangan Letih Mencintai Indonesia

7 Agustus 2025
Bendera Merah Putih
Publik

Tentang Bendera Merah Putih dan One Piece

5 Agustus 2025
Bahasa Walikan
Publik

Bahasa Walikan sebagai Strategi Taktis Mengelabui Penjajah

26 Agustus 2024
Tradisi Malam Tirakatan
Pernak-pernik

Menarasikan Kesalehan Spiritual dan Sosial Tradisi Malam Tirakatan

17 Agustus 2024
hari kemerdekaan
Publik

Perayaan Hari Kemerdekaan Ke-78 dan Masalah Kebebasan Beragama di Indonesia

14 Agustus 2023
Indonesia
Featured

Orasi Kebangsaan: Pahlawan bagi Indonesia Sehat dan Kuat

7 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perundungan

    Kita, Perempuan, Membentengi Generasi dari Perundungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Disabilitas di Konferensi Nasional KUPI 2025: Sebuah Refleksi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Hijroatul Maghfiroh Abdullah dalam Gerakan Lingkungan di Indonesia dan Dunia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Kebahagiaan Lewat Filosofi Mulur Mungkret Ki Ageng Suryomentaram

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Kepala Rumah Tangga Bukan Pokok Syari’ah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Aplikasi Metode Mubadalah dalam Memaknai Hadits Bukhari tentang Memerdekakan Perempuan Budak
  • Refleksi Hari Santri Nasional: Kemerdekaan Santri Belum Utuh Sepenuhnya
  • Memaknai Kebahagiaan Lewat Filosofi Mulur Mungkret Ki Ageng Suryomentaram
  • Kita, Perempuan, Membentengi Generasi dari Perundungan
  • Disabilitas di Konferensi Nasional KUPI 2025: Sebuah Refleksi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID