Mubadalah.id – Salah satu satu sifat dan karakter yang melekat pada Nabi Muhammad Saw adalah “al-Shidiq” (jujur). Beliau bicara apa yang sebenarnya kepada siapa saja. Beliau tidak pernah sekali pun berbohong, meski ketika bergurau.
Sifat beliau sangat terkenal bukan hanya di komunitas tempat Nabi Saw tinggal, melainkan juga di seluruh jazirah Arab. Karena sifatnya itu Nabi Muhammad Saw disebut “al-Amin” atau orang yang dapat dipercaya.
Tidak ada ucapan yang beliau sampaikan kecuali kebenaran dan kejujuran. Saat Nabi Muhammad Saw bertemu orang kafir yang membencinya. Lalu dia membaca puisi di depannya, Nabi Muhammad Saw mendengarkannya dengan penuh perhatian.
Manakala beliau menganggap puisi itu bagus, beliau pun memujinya, bukan basa basi. Salah satunya adalah sikapnya terhadap Labid bin Rabiah.
Labid bin Rabiah adalah penyair besar Arab yang hidup sebelum dan sesudah kenabian Muhammad Saw. Dia dipandang sebagai penyair terbesar di antara para penyair besar Arab: Imri al-Qais, Hasan bin Tsabit, Zuhair bin Abi Sulma, Nabiqhah al-Dzibyani dan lain-lain.
Labid adalah seorang musyrik, kafir pagan, sebelum akhirnya masuk Islam dan menjadi penyair muslim yang baik.
Saat masih musyrik, ia menggubah puisi-puisi yang indah. Puisi-puisinya ini tampaknya memeroleh inspirasi dari ayat-ayat suci al-Qur’an yang dipelajarinya secara tekun dengan diam-diam.
Puisi Terkenal Labid bin Rabiah
Ada salah satu puisinya yang sangat terkenal yang dibacakannya di hadapan Nabi Saw. Beliau mendengarkannya dengan tekun dan penuh perhatian. Nabi mengagumi gubahan puisi orang musyrik itu. Begitu usai beliau tanpa ragu-ragu mengapresiasi sambil memujinya.
Inilah puisi yang indah dan menggetarkan kalbu pendengarnya itu:
Ingatlah, segala sesuatu selain Allah pasti akan lenyap dan setiap kenikmatan pasti akan sirna
Suatu saat, setiap orang pasti akan dijemput oleh maut yang membuat jari-jari pucat pasi
Setiap orang kelak pada saatnya akan melihat hasil kerjanya, saat lembar-lembar catatan dibacanya di depan Tuhan.
Mendengar puisi ini, Nabi Muhammad Saw memberikan apresiasi yang tinggi. Beliau mengatakan:
“Puisi terbaik yang pernah digubah seorang penyair adalah puisi Labid: “Sungguh, segala sesuatu selain Allah pasti akan hilang lenyap.”
Puisi ini mengingatkanku pada puisi, seorang sufi besar Syekh Hasan Ridwan:
“Seluruhnya, selain Dia adalah bintang yang lenyap Di mata para bijakbestari adalah tiada.” []