• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Kisah Sahabat Abu Bakar yang Memboikot Misthoh

Penggalan bagian akhir ayat sebenarnya memberi pesan tentang sikap bijak yang seharusnya dipilih umat Islam. Sikap emosional seperti marah merupakan sifat naluriah. Namun ekspresi yang disarankan Tuhan adalah memaafkan, untuk tetap saling hidup berdampingan dengan baik.

Ahmad Azaim Ahmad Azaim
18/11/2020
in Aktual, Hikmah
0
283
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Belakangan ini marak terjadi aksi boikot produk Prancis. Hal ini dilatarbelakangi peristiwa penampilan karikatur Nabi Saw pada salah satu majalah di Prancis. Ditambah dengan ketidak-seriusan Macron sebagai Presiden Prancis menanggapi peristiwa tersebut dengan membawa jargon dan atas nama “kebebasan berekspresi.”

Kejadian itu menyulut amarah umat Islam di seluruh dunia. Bagaimana tidak, hal itu dianggap mencederai sifat kalmal (kesempurnaan sifat) Nabi Saw sebagai manusia nomer satu di kalangan umat Islam. Untuk itu, umat Islam dunia memboikot produk Prancis, mulai dari makanan, kosmetik, pakaian, hingga alat transportasi.

Peristiwa pemboikotan tersebut sebenarnya juga pernah terjadi pada zaman Nabi Saw, yang dilakukan oleh Sayyidina Abu Bakar ra. kepada Misthoh sepupu dia sendiri. Boikot ini dilakukan karena Misthoh melakukan tuduhan selingkuh terhadap Siti ‘Aisyah istri Nabi. Saat itu memang kehidupan Misthoh dibiayai oleh Sayyidina Abu Bakar ra.. Boikot yang dilakukan sahabat sekaligus mertua Nabi itu berupa sumpah penangguhan biaya hidup Misthoh.

Kejadian boikot ini ditanggapi dan diabadikan oleh Allah SWT. dalam al-Quran Surah al-Nur ayat 22:

وَلَا يَأۡتَلِ أُوْلُواْ ٱلۡفَضۡلِ مِنكُمۡ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤۡتُوٓاْ أُوْلِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱلۡمُهَٰجِرِينَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ وَلۡيَعۡفُواْ وَلۡيَصۡفَحُوٓاْۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٌ  ٢٢

Baca Juga:

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dengan dukungan beberapa Hadist, al-Thobari menjelaskan bahwa ayat ini turun setelah Sayyidina Abu Bakar bersumpah untuk memboikot Misthoh. Ia juga merinci tiga term pada ayat tersebut, al-Qurba, al-Masakin, al-Muhajirin.

Al-Qurba, diartikan sebagai kerabat dekat, al-Masakin, orang yang kekurangan dalam memenuhi kebutuhan, dan al-Muhajirin, orang yang hengkang meninggalkan harta dan rumahnya untuk memerangi kaum kafir. Tidak canggung, al-Thobari menunjuk Misthoh sebagai salah satu representasi tiga term tersebut mengingat dia adalah sepupu Abu Bakar sendiri, tidak berkecukupan memenuhi kebutuhan hidupnya, dan juga orang yang ikut pada perang Badar.

Pada penggalan ayat berikutnya, Allah sepertinya membujuk Abu Bakar untuk memaafkan tindakan Misthoh dan beryashfahu, yakni menghentikan anti-patinya terhadap Misthoh sekaligus memperlakukan sepupunya itu seperti sebelumnya. Kemudian Abu Bakar dibujuk dengan ampunan dari Dzat Yang Maha Pengampun dan Penyayang. Dalam penggalan tafsirnya al-Thobari menambahkan, agar tali kekeluargaan dan silaturahmi tidak terputus.

Sampai di sini, sepertinya aksi boikot umat Islam milenial tidak sama dengan boikot yang dilakukan oleh Abu Bakar. Bagaimana mau dikatakan sama, ketika makna dari tiga term yang telah dijelaskan tidak sama dengan kondisi pihak yang diboikot umat Islam sekarang, sehingga ini bisa dijadikan dasar bagi pihak yang melakukan boikot terhadap produk Prancis.

Lain lagi dengan pihak yang kurang setuju dengan aksi pemboikotan tersebut. Meskipun secara emosional sebenarnya pihak ini tidak terima junjungannya dirupakan dalam bentuk apapun, termasuk karikatur. Hal ini seperti dilematis antara emosional dengan pengetahuan beragama.

Penggalan bagian akhir ayat diatas sebenarnya memberi pesan tentang sikap bijak yang seharusnya dipilih umat Islam. Sikap emosional seperti marah merupakan sifat naluriah. Namun ekspresi yang disarankan Tuhan adalah memaafkan, untuk tetap saling hidup berdampingan dengan baik. Wallahu a’lamu bi al-Showab. []

Tags: islamkemanusiaanPerancisPerdamaianSejarah NabiTafsir AlQur'an
Ahmad Azaim

Ahmad Azaim

Mahasantri Ma'had Aly Salafiyah Syafi'iyah Situbondo

Terkait Posts

Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version