• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu

Gurunya Kiai Faqih ini lebih memilih pandangan fikih Hanafi dan Maliki yaitu satu ekor kambing cukup, baik untuk laki-laki maupun perempuan.

Ratu Mawaddah Ratu Mawaddah
22/09/2023
in Buku
0
Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah

Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah

920
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Judul buku : Perempuan bukan Sumber Fitnah

Penulis : Dr. Faqihuddin Abdul Kodir

Penerbit : Afkaruna

Cetakan ke 1, Agustus 2021/ Dzulhijjah 1442

Jumlah halaman :  xxviii + 240 hlm; 14× 20,5 cm

ISBN : 978-623-93728-8-0

Mubadalah.id – Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah karya Dr. Faqihuddin Abdul Kodir menjadi salah satu buku yang menarik untuk saya ceritakan kepada teman-teman pembaca mubadalah.

Dalam buku Perempuan bukan Sumber Fitnah ada satu tema yang penting, yang saya kira tidak sedikit orang tau, tentang akikah dalam cara pandang mubadalah.

Akikah, sebagaimana pada tradisi yang telah berkembang di Indonesia, merupakan salah satu wujud syukur dengan cara menyembelih kambing atas kelahiran anak bayi laki-laki dan perempuan.

Bagi anak laki-laki, maka orang tua harus menyembelih dua ekor kambing. Sedangkan bagi anak perempuan, menyembelihnya cukup satu ekor kambing.

Lalu berdasarkan dari tradisi tersebut, beberapa orang menganggap bahwa harga perempuan dalam Islam menjadi separuh dari laki-laki.

Baca Juga:

Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

Hingga Saat Ini Perempuan Masih Dipandang sebagai Fitnah

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

Namun hal tersebut, dibantah oleh Kiai Faqih, karena bagi beliau sesungguhnya akikah ini bukanlah soal harga perempuan atau laki-laki, melainkan bagaimana kita menghargai perempuan dan laki-laki.

Karena dalam fikih, minimal merujuk pada Ensiklopedia Fikih Kuwait (al-Mausu’ah al-Fiqihiyyah al-Kuwaitiyyah), ada perbedaan pandangan ulama tentang akikah untuk anak laki-laki dan perempuan. Apakah satu kambing untuk perempuan dan dua kambing untuk laki-laki. Atau cukup satu saja, baik untuk laki-laki maupun perempuan.

Hukum Asal Akikah

Hal inilah yang menarik untuk saya bahas secara mendalam. Dalam pandangan Kiai Faqih sebetulnya dengan merujuk pada hukum asal akikah dalam berbagai Mazhab fikih, sebenarnya diperbolehkan akikah satu kambing untuk laki-laki dan satu juga untuk perempuan.

Begitu pun boleh menyembelih dua ekor kambing untuk perempuan dan dua ekor kambing untuk laki-laki.

Kebolehan tersebut, untuk akikah satu atau dua ekor kambing bagi laki-laki dan perempuan itu dengan merujuk pandangan gurunya yang di Syria, seorang ulama bermazhab Syafi’i, Syekh Muhammad Al-Habasy.

Gurunya Kiai Faqih ini lebih memilih pandangan fikih Hanafi dan Maliki yaitu satu ekor kambing cukup, baik untuk laki-laki maupun perempuan.

Pandangan ini, menurutnya, lebih dengan sesuai spirit revolusi dengan keadilan Islam. Karena dalam Islam, akikah digunakan untuk mengkritik tradisi Arab sebelum Islam.

Tradisi Arab Pra-Islam

Karena secara sosial, syariat akikah digunakan untuk mengikis tradisi Arab pra-Islam, yang hanya menyembelih kambing untuk bayi laki-laki. Karena, dari kalangan mereka, setelah Islam hadir, masih ada yang mengatakan tidak perlu akikah bagi bayi perempuan.

Sebagaimana kita ketahui bersama, masyarakat Arab pra-Islam, menurut Kiai Faqih, sangat membedakan derajat sosial laki-laki dan perempuan secara diskriminatif.

Kelahiran bayi laki-laki, misalnya, mereka rayakan dengan gembira, bahkan menyembelih kambing sebanyak dua, tiga, atau lebih. Hal tersebut sebagai tanda syukur dan suka cita.

Sementara untuk bayi perempuan justru sebaliknya. Kelahiran bayi perempuan, kata Kiai Faqih, tanpa perayaan, mereka sembunyikan. Tidak perlu menyembelih apapun sebagai tanda rasa syukur, bahkan sebagian mereka kubur hidup-hidup.

Bayi Perempuan adalah Manusia

Oleh sebab itu, tradisi akikah inilah yang dibawa oleh Islam. Bahwa bayi perempuan adalah manusia yang sebagaimana laki-laki, yang harus kita hormati, syukuri, dan juga rayakan kelahirannya.

Bahkan Nabi Saw memproklamasikan kepada masyarakat yang masih kental dengan tradisi Jahiliah bahwa yang melahirkan bayi perempuan akan didatangi malaikat, didoakan, dan didukung sepenuhnya.

Nabi Muhammad Saw bersabda jika seseorang diberi kelahiran bayi perempuan. Maka Allah Swt mengutus para malaikat untuk turun bertandang seraya berkata:

Segala keberkahan untuk kalian sekeluarga. Para malaikat kemudian mendekapnya dengan sayap mereka (tanda suka cita) dan mengusapkan tangan mereka ke kepalanya (tanda kasih sayang). Mereka mendoakan (bayi tersebut) yang masih lemah, yang lahir dari (seorang ibu) yang juga masih lemah. Siapa pun yang bertanggung jawab (mengurus, membesarkan, dan mendidik) sang bayi tersebut, ia akan didukung dan ditolong (Allah dan para malaikat) sampai hari kiamat kelak. (Al-Mu’jam al-Shaghir li al-Thabrani, juz 1, hal. 61, no. 70).

Dari hadis tersebut, Kiai Faqih menjelaskan bahwa jika masyarakat Arab hanya mengenal akikah bagi bayi laki-laki, maka Islam mengenalkannya juga untuk bayi perempuan. Mungkin karena tindakan revolusioner ini. Sehingga tradisi yang sebagian umat Islam di Arab lakukan dengan menyembelih dua kambing untuk laki-laki dan satu kambing untuk perempuan.

Dalam konteks ini, akikah dua kambing untuk laki-laki dan satu untuk perempuan. Yang sebagian umat Islam praktikkan, merupakan terobosan, dari awalnya yang tanpa apresiasi sama sekali bagi perempuan.

Akan tetapi, yang bisa kita pertimbangkan adalah dengan merujuk kepada Imam Malik, guru Imam Syafi’i. Imam Malik cenderung pada satu kambing untuk akikah bagi laki-laki maupun perempuan. []

Tags: akikahanakbukufitnahlaki-lakiperempuansumber
Ratu Mawaddah

Ratu Mawaddah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Perempuan Lebih Religius

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

9 Juli 2025
Ancaman Intoleransi

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

5 Juli 2025
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

4 Juli 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Novel Cantik itu Luka

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

27 Juni 2025
Fiqhul Usrah

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID