• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Membangun Relasi Kesalingan antara Guru dan Murid

Demi tercapainya tujuan pendidikan yang kita harapkan, harus ada kesalingan antara guru dan murid. Harus ada prinsip tolong menolong di dalamnya

Khoerotul Awaliah Khoerotul Awaliah
16/02/2024
in Publik
0
Relasi Kesalingan Guru dan Murid

Relasi Kesalingan Guru dan Murid

840
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Akhir-akhir ini banyak bermunculan kasus-kasus menyimpang yang dilakukan oleh beberapa oknum guru. Hal tersebut terjadi salah satunya karena adanya relasi kuasa antara guru dan murid. Oleh karena itu, kita perlu membangun relasi kesalingan antara guru dan murid.

Beberapa hari yang lalu, aku mendengar berita tentang seorang guru agama SD di Bengkulu yang mencabuli 24 anak didiknya. Tak hanya kasus tersebut, belum lama ini ternyata ada kasus lain yaitu seorang guru SMP di Buton yang tega mencabuli 17 muridnya dengan iming-iming akan membelikan HP. Di Kendal, seorang guru SD tega mencabuli anak didiknya di perpustakaan sekolah.

Sungguh mengkhawatirkan sekali dunia pendidikan akhir-akhir ini. Guru yang harusnya menjadi sosok teladan yang patut untuk kita contoh perilakunya malah berbuat hal yang tak senonoh. Dunia pendidikan tercoreng hanya karena ulah beberapa oknum guru.

Tentu saja kita juga bertanya-tanya mengapa seorang guru yang harusnya mendidik dengan begitu tega melakukan tindakan asusila. Apalagi beberapa dari kasus tersebut berada di lingkungan sekolah.

Adanya Relasi Kuasa

Adanya relasi kuasa antara guru dan murid yang menjadi salah satu penyebab banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan pendidikan. Guru sebagai seorang pendidik merasa memiliki hak untuk berbuat semaunya terhadap siswa. Termasuk beberapa oknum guru dalam kasus tersebut yang melakukan hal tidak senonoh.

Baca Juga:

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

Kasus Pelecehan Guru terhadap Siswi di Cirebon: Ketika Ruang Belajar Menjadi Ruang Kekerasan

Persoalan relasi kuasa antara guru dan murid yang menjadi penyebab kekerasan seksual di ranah pendidikan harus menjadi persoalan yang serius. Jika terus kita biarkan maka akan merenggut masa depan generasi bangsa kita. Dengan relasi kesalingan yang terbangun antara guru dan murid, akan meminimalisir kasus kekerasan tersebut.

Peran seorang guru tidak hanya transfer ilmu saja. Tapi yang paling utama dari tugas seorang guru adalah mendidik akhlak mereka. Bukan hanya mengajarkan ilmu saja. Guru hendaknya bisa memberikan contoh atau teladan sikap yang baik.

Seperti kata pepatah bahwa makna dari kata guru sendiri yaitu digugu dan ditiru. Maksudnya guru harus bisa memposisikan diri dengan muridnya. Kadang sebagai guru harus bisa berperan juga sebagai seorang sahabat.

Terkadang kita juga harus bisa berperan sebagai orang tua kedua mereka di sekolah. memberikan kasih sayang layaknya orang tua mereka. Dengan seperti itu, kita bisa menciptakan suasana pembelajaran yang asik dan menyenangkan. Sehingga, tujuan dari pendidikan akan mudah tercapai.

Menciptakan relasi kesalingan Guru dan Murid

Dalam rangka mengatasi relasi kuasa antara guru dan murid di sekolah setidaknya kita dapat memulainya dengan mengubah mindset pendidik terlebih dahulu. Guru hendaknya dapat memposisikan dirinya setara dengan muridnya. Sehingga guru tidak akan memperlakukan anak didiknya dengan sewenang-wenang.

Demi tercapainya tujuan pendidikan yang kita harapkan, harus ada kesalingan antara guru dan murid. Harus ada prinsip tolong menolong di dalamnya. Contohnya guru semangat dalam memberikan pelajaran. Maka murid juga hendaknya menerima pelajaran tersebut dengan penuh semangat dan senang hati.

Selain itu, kita dapat mengubah mindset guru salah satunya yaitu melalui pelatihan dan pendidikan yang memiliki perspektif feminis. Hal tersebut penting untuk kita lakukan karena seorang pendidik mempunyai peran yang penting dalam membentuk pola pikir anak didiknya. Dengan semakin banyaknya guru dan siswa yang memiliki pemikiran yang feminis kita bisa meminimalisir kekerasan seksual di lingkungan pendidikan maupun masyarakat.

Pada hakikatnya, dalam proses pembelajaran kita tidak bisa melakukannya hanya dari satu arah saja. Misalnya guru berperan secara aktif sedangkan murid pasif hanya mendengarkan saja. Sebaiknya pembelajaran kita lakukan dua arah. Guru dan murid harus sama-sama aktif. Karena keberhasilan dalam pembelajaran tidak hanya tergantung kepada guru. Tapi juga harus ada kerja sama dengan murid.

Adab Guru terhadap Murid

Mengutip dari laman nu.or.id, interaksi seorang guru terhadap murid hendaknya memperhatikan adab-adab tertentu. Seperti yang ada dalam risalah berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmuah Rasail al-Imam al-Ghazali oleh imam al-Ghazali.

Pertama, tidak berhenti menuntut ilmu. Setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah. Jadi, walaupun posisi kita sebagai pendidik, kita juga harus banyak belajar dari murid kita. Kedua, melakukan tindakan dengan ilmu. Dalam melakukan sesuatu, guru hendaknya harus berdasarkan ilmu.

Ketiga, hendaknya bersikap tenang. Sebagai seorang guru, dalam memecahkan masalahnya, sebaiknya bersikap tenang. Guru haru bisa bersikap sabar kepada muridnya. Keempat, dalam memerintah atau memanggil muridnya tidak takabur. Jika kita meneladani Rasulullah maka seorang guru harus memiliki sikap tawadhu.

Kelima, lemah lembut terhadap murid. Hendaknya sebagai seorang pendidik menyayangi murid-muridnya. Sangat tidak tepat sekali jika guru melakukan kekerasan kepada anak didiknya. Keenam, tidak membanggakan diri. Sebaiknya guru tidak terlalu membanggakan diri atas prestasinya. Sikap membanggakan diri tersebut merupakan salah satu bentuk kesombongan.

Ketujuh, mengajukan pertanyaan yang mudah dipahami orang yang berfikir lambat. Kedelapan, merendah dengan mengatakan saya tidak tahu. Hal ini bisa kita lakukan ketika ada murid yang bertanya hanya untuk sekedar menguji guru saja. Pada situasi ini, guru lebih baik mengatakan tidak tahu dan menunjukkan sikap tawadhunya, tidak bersikap marah.

Kesembilan, mau menjawab secara sederhana pertanyaan dari murid yang memiliki kemampuan terbatas. Kesepuluh, sebaiknya menghindari sikap yang tidak wajar. Contohnya guru tidak perlu terlalu keras atau pun terlalu lembut kepada murid. Jika kita terlalu keras, akan membuat murid merasa tertekan dan kreativitasnya kurang berkembang. Sebaliknya jika kita terlalu lembut, maka murid bisa meremehkan guru. Kesebelas, mendengar serta menerima pendapat dari orang lain. []

 

 

 

 

Tags: adab guru terhadap muridgurumuridpendidikanrelasi guru dan muridRelasi Kesalinganrelasi kuasa
Khoerotul Awaliah

Khoerotul Awaliah

Masih belajar

Terkait Posts

Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID