• Login
  • Register
Minggu, 26 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Menyoal Perempuan Salat Berjama’ah di Masjid dan Perempuan Kepala Keluarga

Kembali mengkritisi spanduk masjid. Husnudzan saya, pengurus masjid ingin membantu masyarakat sekitar dengan membagikan beras. Namun, permasalahannya adalah mengapa hanya laki-laki saja? Apakah karena laki-laki sebagai pemimpin keluarga? Bagaimana dengan perempuan kepala keluarga?

Yuyun Khairun Nisa Yuyun Khairun Nisa
28/04/2022
in Personal, Rekomendasi
0
Bacaan Doa Sebelum Hubungan Intim

Bacaan Doa Sebelum Hubungan Intim

214
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di Ramadan yang penuh keberkahan ini, setiap orang merasa penting melakukan ibadah lebih sering dari bulan-bulan sebelumnya, karena ganjaran akan dilipatgandakan. Salah satunya adalah salat berjama’ah di masjid. Terlebih salat subuh yang godaannya sangat kuat, yakni ngantuk. Sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi perempuan salat berjama’ah di masjid.

Biasanya pengurus masjid memiliki pendekatan tersendiri agar masyarakat berbondong-bondong menjalankan salat subuh berjama’ah. Misalnya, memberikan sedekah berupa bahan pangan pokok yang menjadi kebutuhan dasar sehari-hari. Seperti masjid yang berada di sekitar rumahku.

Sebuah spanduk dengan ukuran cukup besar terpasang di depan jalan masuk halaman masjid, “Yuk Salat Subuh Berjama’ah! Di Masjid ini Tersedia Beras GRATIS untuk Setiap Jamaah Salat Subuh Laki-laki.” Ketika membaca tulisan di spanduk, sejenak aku termenung. Aku merasa ganjil. Mengapa yang disebut hanya jamaah laki-laki saja? Bagaimana dengan jamaah perempuan salat di masjid?

Lamat-lamat aku memahami keganjilan tersebut. Pertama, sebagian masyarakat meyakini bahwa perempuan salat lebih baik seorang diri di rumah. Sebaliknya, laki-laki dianjurkan lebih baik salat berjamaah di masjid. Namun, apakah itu benar?

Seringkali yang menjadi rujukan atas dasar pandangan di atas adalah hadis yang berbunyi “Sebaik-baik masjid bagi kaum perempuan adalah rumah mereka.” (HR Ahmad dari Ummu Salamah RA). Sayangnya, sebuah narasi tidak cukup hanya dipahami secara tekstual saja, sangat perlu memahaminya secara kontekstual juga.

Baca Juga:

Perlawanan Perempuan terhadap Narasi Budaya Patriarki

Membedah Pemikiran Qasim Amin dalam Karyanya Tahrīr Al-Mar’ah Bagian Pertama

Doa Naik Kendaraan Laut Sesuai Anjuran Nabi Saw

Bagaimana Mengemas Dakwah Islam yang Humanis dan Kontekstual?

Menilik konteks pada saat hadits tersebut hadir, dikarenakan kondisi Mekkah pada zaman pra-Islam atau Jahiliyah sangat tidak aman bagi perempuan salat di masjid. Belum ada listrik yang menerangi rumah atau jalan, dan kondisi lingkungan sekitar yang belum ramai dihuni oleh penduduk, sehingga perempuan sangat rentan diganggu.

Sedangkan jika dikaitkan dengan zaman sekarang, sudah tidak relevan lagi. Listrik sudah tercipta, jalanan tidak lagi gelap gulita, banyak hunian warga, dan masjid ada dimana-mana. Kondisi ini cukup aman bagi perempuan bepergian keluar rumah, termasuk salat berjamaah di tempat ibadah.

Selain argumen ini, hadits tersebut juga bisa dipatahkan dengan hadits nabi lainnya, yakni “Apabila para istri kalian atau perempuan meminta izin pergi ke masjid, maka berilah mereka izin.” (HR Ahmad, al-Bukhari, Muslim).

Baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan 27 derajat pahala dari salat berjamaah di masjid. Keduanya sama-sama berhak menjadi hamba Allah SWT yang bertaqwa dengan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam semesta, termasuk perempuan didalamnya.

Kembali mengkritisi spanduk masjid. Husnudzan saya, pengurus masjid ingin membantu masyarakat sekitar dengan membagikan beras. Namun, permasalahannya adalah mengapa hanya laki-laki saja? Apakah karena laki-laki sebagai pemimpin keluarga? Bagaimana dengan perempuan kepala keluarga?

Redaksi dalam spanduk itu jelas sangat tidak adil gender. Bersedekah tidak boleh memandang gender si penerima, tetapi yang terpenting adalah tepat sasaran bagi orang-orang yang membutuhkan.

Misalnya dengan menggunakan redaksi seperti, “Setiap satu kepala keluarga yang salat berjama’ah di masjid ini akan mendapatkan beras gratis.” Kalimat tersebut tidak hanya cerminan dari kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan, tetapi juga mewujudkan pemerataan penerima bantuan agar semakin banyak keluarga yang terbantu.

Mengenai definisi pemimpin dalam keluarga, laki-laki selalu menjadi rujukannya. Padahal dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim tidak merujuk pada salah satu gender saja. Setiap manusia adalah pemimpin.

عن ابن عمر رضي الله عنهماعن النبى – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – انه قَالَ – كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya, Dari Ibnu Umar RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sayangnya, posisi kepala keluarga selalu disandangkan kepada laki-laki. Padahal, ada banyak perempuan yang berperan sebagai kepala keluarga. Perempuan yang bercerai, suaminya meninggal atau sakit parah, mereka menjadi pemimpin atas keluarganya, tapi sebutan perempuan kepala keluarga ini kiranya masih asing di telinga masyarakat.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada tahun 2020, sebanyak 11,44 juta keluarga dikepalai oleh perempuan. 15,7% dari total rumah tangga di Indonesia. Jumlah ini terus naik tiap tahunnya sejak tahun 2016.

Perempuan kepala keluarga juga berhak mendapatkan bantuan yang sama. Jika memberi bantuan dan mengajak kebaikan masih pilah-pilih memandang gendernya, perempuan yang pasti dirugikan. Sebaliknya, jika tanpa memandang gender, maka lebih banyak orang yang akan memperoleh manfaatnya kelak. []

Tags: Buku Perempuan Bukan Sumber FitnahGenderHaditsHak-hak perempuanislamPeempuan Salatperempuan kepala keluarga
Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa

Penulis adalah alumni Bapenpori Al-Istiqomah tahun 2017 asal Karangampel-Indramayu. Ia merupakan mahasiswi program studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Saat ini ia tergabung dalam komunitas Puan Menulis dan Peace Leader Indonesia

Terkait Posts

Kecantikan Perempuan

Kecantikan Perempuan dan Luka-Luka yang Dibawanya

26 Juni 2022
Budaya Patriarki

Perlawanan Perempuan terhadap Narasi Budaya Patriarki

25 Juni 2022
Status Janda

Menyandang Status Janda bagi Perempuan, Lalu Kenapa?

25 Juni 2022
Kehidupan Perempuan

Kehidupan Perempuan Kini dalam Hegemoni Domestik

24 Juni 2022
Pencegahan Kekerasan Seksual

5 Tips Pencegahan Kekerasan Seksual Perspektif Islam

24 Juni 2022
Menjadi Ibu

Apakah Semua Perempuan Terlahir Menjadi Ibu?

23 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kecantikan Perempuan

    Kecantikan Perempuan dan Luka-Luka yang Dibawanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Wukuf di Arafah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Re Grow Solusi Darurat Sampah Pangan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Doa Ketika Wukuf di Arafah Sesuai Anjuran Rasulullah Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perlawanan Perempuan terhadap Narasi Budaya Patriarki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Doa Ketika Wukuf di Arafah Sesuai Anjuran Rasulullah Saw
  • Makna Wukuf di Arafah
  • Re Grow Solusi Darurat Sampah Pangan di Indonesia
  • Kecantikan Perempuan dan Luka-Luka yang Dibawanya
  • 3 Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist