• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Oto Kritik terhadap Sistem Pengasuhan di Pesantren

Hal yang perlu kita pahami secara mendalam adalah bahwa remaja santri adalah usia yang belum sepenuhnya meninggalkan masa anak-anaknya

Khaerul Ummah Khaerul Ummah
09/09/2022
in Personal
0
Sistem Pengasuhan

Sistem Pengasuhan

490
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam satu bulan ini, media memberitakan setidaknya tiga kabar menyedihkan dari pesantren berupa meninggalnya santri yang disebabkan perkelahian dan pengeroyokan sesama. Dua kabar berasal dari dua pesantren berbeda di Tangerang Banten. Dan satu lagi terjadi di sebuah pesantren besar di Ponorogo Jawa Timur. Tentu peristiwa ini terkait pula dengan sistem pengasuhan di pesantren.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan khas Islam Indonesia yang berjumlah ribuan, para wali santri mengidealkan sebagai lembaga yang bisa terpercaya untuk mendidik anak-anak mereka secara integratif. Mereka berasumsi dan berharap bahwa anak-anak mereka akan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih baik daripada jika tetap tinggal di rumah bersama orang tuanya.

Pengalaman hidup dan berinteraksi bersama dengan sesama santri dari beragam latar belakang  adalah salah satu alasan utamanya agar anak-anak mereka lebih siap hidup mandiri.

Harapan tentu saja tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Kejadian di atas adalah salah satu contohnya. Saling menunjuk pihak yang harus bertanggung jawab atas kejadian-kejadian sejenis tidak serta merta bisa menyelesaikan persoalan. Maka, evaluasi diri atas sistem pengasuhan, dan segala hal terkait pengelolaan pesantren sangat perlu kita lakukan agar kejadian-kejadian sejenis apalagi sampai menghilangkan nyawa santri tidak boleh terjadi lagi.

Daftar Isi

    • Perubahan perilaku
  • Baca Juga:
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Rasa Kehilangan Ayah, Bully, dan Daddy Issues yang Dihadapi Anak Perempuan 
  • Ketika Remaja Menjadi Pelaku Kekerasan, Siapa yang Salah?
  • Berbagi Pengalaman dengan Ustazah Pondok: Pentingnya Membangun Komunikasi Antara Orang Tua dan Anak
    • Memahami Karakter Remaja
    • Alih tangan proses pengasuhan

Perubahan perilaku

Mendidik ribuan santri bukanlah hal yang bisa dianggap sederhana. Remaja di rentang usia 12 sampai 18 tahun adalah kebanyakan usia santri yang tinggal di pesantren. Pandemi yang lama, arus deras informasi, dan kemajuan teknologi adalah beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya disrupsi pada pola-pola perilaku dan interaksi remaja saat ini, termasuk di pesantren.

Baca Juga:

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

Rasa Kehilangan Ayah, Bully, dan Daddy Issues yang Dihadapi Anak Perempuan 

Ketika Remaja Menjadi Pelaku Kekerasan, Siapa yang Salah?

Berbagi Pengalaman dengan Ustazah Pondok: Pentingnya Membangun Komunikasi Antara Orang Tua dan Anak

Harapan akan santri yang patuh pada guru, taat pada aturan pesantren, dan senantiasa menjaga akhlakul karimah bisa tereduksi karena dipicu hal-hal di atas.

Pandemi yang lama telah memberikan pengalaman pada mereka bahwa rebahan di rumah adalah pilhan aktivitas yang bisa mencegah tertularnya virus corona. Mereka bisa saja menyimpulkan itu baik. Tanpa mempertimbangkan bahwa saat pandemi hampir usai mereka harus kembali menjadi santri yang giat beraktivitas, meluaskan wawasan dan pergaulan. Bahkan, interaksi guru dengan murid yang sangat “disakralkan” di pesantren menjadi tidak sakral lagi karena pola-pola komunikasi selama pandemi.

Di samping itu, mereka juga hampir dua tahun berkawan akrab dengan hal-hal yang mereka sukai dari gawai mereka, termasuk kekerasan. Aplikasi game yang mereka mainkan secara tidak sadar mengajarkan kekerasan. Karena masih remaja, mereka cenderung terinspirasi atau malah meniru untuk melakukan hal yang sama.

Dalam game, emosi pemain bisa terekspresikan seketika memukul, bahkan menembak sampai mati tanpa ada konsekuensi yang harus ditanggung.  Jika mereka bosan dengan permainan di game itu, mereka tinggal uninstall, selesai urusan.

Sayangnya, aplikasi game yang berunsur kekerasan berjumlah tidak sedikit dan malah menjadi tren di kalangan mereka. Tidak banyak remaja yang sudah mampu menalar bahwa apa yang mereka alami dalam bermain game berbeda sama sekali dengan dunia nyata yang harus mereka alami sehari-hari.

Jadi, mereka tidak memiliki bayangan bahwa kekerasan-kekerasan yang mungkin saja mereka lakukan akan berakibat fatal. Bahkan sampai hilangnya nyawa sehinga berdampak pada konsekuensi berat yang harus mereka terima.

Memahami Karakter Remaja

Mereka harus paham akan hal-hal tersebut oleh orang-orang dewasa yang membersamainya. Orang tua, guru di sekolah, guru di pesantren, atau pendamping-pendamping remaja harus mampu memahamkan akan hal itu. Kebiasaan impulsif mereka mestinya bisa terkurangi agar mereka menjadi lebih berkesadaran dalam berinteraksi.

Hal yang perlu kita pahami secara mendalam adalah bahwa remaja santri adalah usia yang belum sepenuhnya meninggalkan masa anak-anaknya. Artinya, mereka belum bisa kita anggap dewasa, berpikir ala orang dewasa, dan kita perlakukan sebagai orang dewasa.

Hal itu yang mungkin terlupakan oleh orang tua, guru di sekolah, atau guru di pesantren. Misalkan, seperangkat aturan yang mereka tetapkan dan jalankan tidak berempati pada individu remaja santri dengan alasan mendisiplinkan.

Kadang, seperangkat aturan tersebut tersosialisasikan sekedarnya saja kepada santri tanpa diskusi. Maka, yang mereka rasakan adalah menerima konsekuensi hukuman ketika melanggar tanpa tahu di mana letak kesalahannya. Hal yang seperti ini, makin membuat mereka kebingungan dalam menjalani aktivitas-aktivitasnya di pesantren.

Alih tangan proses pengasuhan

Hal lain yang perlu kita perhatikan dan pahami adalah bahwa setiap individu remaja memiliki sejarah sistem pengasuhan yang saling berbeda dari orang tua atau walinya. Perbedaan pola pengasuhan yang otoritatif, permisif, atau demokratis dari masa anak-anak, akan berpengaruh pada cara berinteraksi remaja santri dengan sesamanya, seniornya, bahkan guru-gurunya di pesantren. Bagaimana mereka mengelola emosinya, sedikit banyak akanteripengaruhi pada hal-hal di atas.

Keragaman latar belakang pengasuhan ini juga harus dipahami sebagai potensi baik atau sebaliknya tergantung bagaimana para pendidik memperlakukannya. Pengasuh atau pengelola pesantren tidak bisa lagi menyusun program secara umum saja, lalu mempercayakan implementasinya pada para santri senior yang evaluasinya tidak mendalam dengan alasan jumlah santri yang sangat banyak

Jangan sampai hanya karena bertujuan mulia ingin menyiapkan para santri senior siap terjun ke masyarakat malah mengorbankan remaja santri. Padahal sebenarnya masih membutuhkan peran orang tua dalam proses pendidikannya. Dalam hal ini, bukan tidak mungkin kekerasan, perundungan, dan senioritas justru para pendamping remaja santri dan santri senior yang melakukan.

Jika pelibatan santri senior tidak bisa kita hindari, maka bekalilah mereka dengan wawasan pengasuhan remaja. Yakni meliputi pemahaman perkembangan remaja secara fisik maupun mental, cara berkomunikasi dengan remaja dengan segala keunikannya, mengekspresikan emosi dan juga psychological first aid. Dan sekali lagi, dengan pemantauan dan evaluasi yang konsisten dan mendalam.

Upaya-upaya tersebut memang bersifat sangat individual dan tidak praktis implementasinya, apalagi untuk pesantren dengan jumlah santri yang sangat banyak. Namun, bukankah pesantren telah menerima amanat dari orang tua atau wali santri untuk bersinergi mendidik anak-anak mereka? []

Tags: Kementerian Agamapengasuhanpola asuh anakPondok Pesantrenremaja
Khaerul Ummah

Khaerul Ummah

Praktisi pengasuhan remaja di Al Kausar Boarding School tinggal di Sukabumi

Terkait Posts

Agama Perempuan Separuh Lelaki

Pantas Saja, Agama Perempuan Separuh Lelaki

31 Maret 2023
Kontroversi Gus Dur

Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

30 Maret 2023
Food Waste

Bulan Puasa: Menahan Nafsu Atau Justru Memicu Food Waste?

30 Maret 2023
Perempuan Haid Mendapat Pahala

Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?

29 Maret 2023
Pengasuhan Anak

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

28 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

27 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Kehilangan Sosok Ayah

    Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist