• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tauhid sebagai Upaya Pembebasan Manusia dari Perbuatan Syirik

Raja dan penguasa, tidak boleh menguasai dan mendominasi rakyatnya dan memperlakukan mereka seperti sapi perah. Golongan kuat tidak boleh mengisap golongan lemah. Kulit putih tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi daripada kulit berwarna dan kulit hitam

Redaksi Redaksi
28/02/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Syirik

Syirik

712
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam konteks menegakkan prinsip-prinsip dasar tauhid, tawar-menawar tidak berlaku sama sekali. Pembebasan manusia dari perbuatan syirik adalah pembebasan total.

Banyak sekali ayat al-Qur’an yang dengan tegas melarang syirik. Bahkan dikatakan, syirik adalah dosa besar yang tak terampuni:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. an-Nisa’ (4): 48).

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا

Baca Juga:

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

Prinsip Penghormatan dan Kasih Sayang Jadi Fondasi untuk Berelasi Antar Manusia

Tauhid secara Sosial

Tauhid sebagai Dasar Kesetaraan

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya dia telah tersesat sejauh-jauhnya” (QS. an-Nisa’ (4): 116).

Dengan larangan ini, Allah sesungguhnya membebaskan manusia dari penuhanan yang tidak proporsional. Sebagai makhluk, manusia hanya boleh menyembah Sang Khalik, dan bukan sesama makhluk, apalagi benda ciptaannya sendiri. Sebab, tujuan tama penciptaan manusia dan jin adalah untuk menyembah kepada Allah semata:

وَلَا تَجْعَلُوْا مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۗ اِنِّيْ لَكُمْ مِّنْهُ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. adz-Dziriyat (51): 50).

Hubungan Antarmanusia

Dalam konteks hubungan antarmanusia, larangan tegas melakukan syirik ini mengandung ajaran bahwa tidak boleh ada manusia atau sekelompok manusia yang memperlakukan dirinya seperti tuhan yang berkuasa.

Raja dan penguasa, tidak boleh menguasai dan mendominasi rakyatnya dan memperlakukan mereka seperti sapi perah. Golongan kuat tidak boleh mengisap golongan lemah. Kulit putih tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi daripada kulit berwarna dan kulit hitam. Satu suku tidak boleh merasa lebih unggul daripada suku lainnya.

Demikian pula laki-laki tidak boleh menganggap hidupnya sebagai pemilik hak mutlak atas perempuan. Sebaliknya, kelompok yang lebih rendah, seperti rakyat jelata, kelompok lemah dan perempuan juga tidak boleh menjadikan hidupnya seperti hamba. Karena, dengan penghambaan diri seperti itu, secara tidak sadar, kemurnian tauhid tercemari.

Pembebasan secara langsung juga terjadi pada hal-hal yang menyangkut penghormatan terhadap nyawa manusia.

Sebagai contoh, Islam dengan tegas melarang praktik pembunuhan anak perempuan karena menurut Islam perempuan sebagai manusia mempunyai nilai yang sama dengan laki-laki di hadapan Allah. Tidak seorang pun berhak untuk menghilangkan nyawanya, bahkan orang tua atas anak kandungnya sendiri. Baik karena alasan malu maupun alasan ekonomi atau alasan apa pun. []

Tags: manusiaPembebasanperbuatansyiriktauhid
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Boys Don’t Cry

    Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu
  • Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID