• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Tenang itu Mahal! Lima Tips Hidup Tenang

Dengan circle pertemanan yang berkualitas dapat mengantarkan kita pada rambu-rambu jalan menuju hidup yang jauh lebih tenang.

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
14/12/2024
in Personal
0
Hidup Tenang

Hidup Tenang

943
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bukankah salah satu tujuan hidup di dunia untuk mendapatkan ketenangan? Dalam kehidupan pernikahan saja bertaburan doa agar memiliki hidup yang tenang yaitu Sakinah. Bahkan dalam siaran berita duka terdapat harapan dan keyakinan agar almarhum meninggal dengan tenang yaitu “Telah meninggal dunia dengan tenang..”

Tenang adalah lawan dari segala frasa negatif seperti tidak gelisah, tidak kacau, tidak rusuh, dan tidak ribut. Sederhananya, tenang adalah merasa tenteram, nyaman, dan aman. Benar adanya bahwa dunia adalah tempatnya ujian dan capek. Tapi bukan berarti mustahil untuk mendapatkan ketenangan.

Ketenangan itu mahal, tidak bisa ditawar dengan kenikmatan semu lainnya. Maka perlu kesungguhan untuk mendapatkannya. Ada lima tips untuk meraih ketenangan dalam hidup.

Memperdalam ilmu pengetahuan dan agama

Wahyu pertama yang Nabi Muhammad dapatkan mengenai anjuran untuk belajar yaitu Surat al-Alaq ayat 1-5. Ayat pertama berbunyi اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ artinya “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!”

Jelas sekali bahwa Allah memerintahkan setiap dari kita untuk membaca kebesaran-Nya melalui belajar. Membaca erat kaitannya dengan belajar. Maka dengan membaca kita dapat mengetahui sesuatu sekaligus mengenal Allah Swt.

Baca Juga:

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

Katanya, Jadi Perempuan Tidak Perlu Repot?

Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga

Mengenal-Nya akan mengantarkan setiap hamba pada kefahaman hidup yang bermuara pada ketenangan sekaligus kebahagiaan hakiki. Pada dasarnya, hidup yang gelisah dikarenakan gagal memahami bahasa cinta tuhan.

Membangun pertemanan yang berkualitas

Belum lama ini saya mendengar sedikit pesan dari Prof. Quraish Shihab dalam tausiyahnya di UII (Universitas Islam Indonesia). Bahwa ada empat hal yang dapat membentuk karakter seseorang yaitu ayahnya, ibunya, bacaannya, dan lingkungannya.

Circle pertemanan termasuk ke dalam faktor lingkungan yang akan membentuk kepribadian seseorang. Jika kita berada di tempat yang penuh dengan kebiasaan positif maka kita akan mendapatkan energi positif tersebut. Pun sebaliknya, jika lingkungan kita didominasi hal-hal yang negatif maka kita akan ketularan energi negatif tersebut.

Pentingnya membangun pertemanan dan komunitas yang berkualitas. Yaitu penuh dengan kebaikan, saling support, suka berkolaborasi, memiliki empati yang tinggi, dan kerendahan hati untuk saling menolong. Bukan malah saling menjatuhkan, saling bersaing, abai, dan suka membicarakan kekurangan orang lain (ghibah).

Dengan circle pertemanan yang berkualitas dapat mengantarkan kita pada rambu-rambu jalan menuju hidup yang jauh lebih tenang.

Menjauhi pikiran negatif

Intinya di sini. Akar dari kegelisahan adalah pikiran negatif atau yang akrab disebut dengan istilah overthinking. Yang membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya adalah akal pikiran. Kemampuan berpikir dapat membantu manusi untuk menyelami makna kehidupan yang sesungguhnya.

Jika pikiran kita penuh dengan hal-hal negatif sama halnya kita tidak bersyukur. Mengapa? Karena kita tidak menggunakan salah satu nikmat terbesar dari Allah dengan sebaik mungkin.

Ada beberapa hal yang bukan menjadi wilayah kita, yaitu kehidupan esok. Overthinking secara otomatis membebani pikiran dengan hal-hal yang belum tentu terjadi. Sia-sia bukan?

Tubuh kita seperti magnet, jika energinya positif maka yang datang juga positif. Begitu juga sebaliknya. Maka anjuran husnudzon sangat jelas disyiarkan oleh Nabi Muhammad.

  اِيّاكُم والظنَّ فاِن الظنَّ اَكْذَبُ الحَدِيث

“Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta.” (HR. Al-Bukhari).

Berani bangkit dari keterpurukan

Kehidupan di dunia selalu memiliki dua variabel yang bersebrangan. Misalnya jika ada kebahagiaan pasti ada kesedihan. Saat sedih atau berada di kondisi yang sulit, Allah menginginkan kita sebagai seorang hamba untuk mengingat-Nya sekaligus meningkatkan keimanan yaitu dengan meminta pertolongan hanya kepada-Nya.

Algoritma kehidupan yaitu “bahagia-sedih-bahagia-sedih-bahagia-…” akan selalu berputar seperti itu. Ketika sedang sedih kok memilih untuk terpuruk, maka akan lebih sulit menjumpai kebahagiaan selanjutnya. Terima, rasakan, refleksikan, dan bangkit untuk menjemput episode selanjutnya yaitu kebahagiaan.

Percaya saja dengan janji Allah dalam firman-Nya.

فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ ۝٥

اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ ۝٦

Artinya: “Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (5), Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (6)”

Sembunyikan rencanamu

Apapun yang sedang kita rencanakan sebagai bentuk ikhtiar, penting untuk merahasiakannya. Mengutip hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Ar Ruyani, Ath Thabarani, Abu Nu’aim, Al Baihaqi dll, dari sahabat Mu’adz bin Jabal yaitu:

اسْتَعِينُوا عَلَى إنْجَاحِ الْحَوَائِجِ بِالْكِتْمَانِ، فَإِنَّ كُلَّ ذِي نِعْمَةٍ مَحْسُودٌ

Artinya: “Hendaknya kalian membantu kelancaran hajat dengan cara merahasiakannya. Karena setiap orang yang memiliki nikmat akan menjadi sasaran hasad.”

Setiap manusia memiliki potensi hasad. Hasad adalah perasaan tidak senang jika melihat kebahagiaan orang lain dan menginginkan nikmat tersebut berpindah kepadanya.

Agar hidup menjadi lebih tenang, sembunyikan rencana besar yang sedang kita usahakan. Bukan berarti menutup diri, namun meminimalisir potensi hasad dan pamer yang berujung pada ketidaktenangan. []

Tags: DengkiHasadHidup TenangIriKesehatan MentalpersahabatanSelf Love
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Menemani Laki-laki dari Nol

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID