• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Hadats Besar, Haidl, dan Sikllus Kehidupan

Wahit Hasyim Wahit Hasyim
28/05/2019
in Personal
0
haidl

haidl

27
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Minggu kedua Pesantren Ramadan Sekolah Alam Wangsakerta membahas tentang bab haidl atau menstruasi. Kiai Abdul Muiz Ghazali mengawali dengan memimpin bacaan fatihan kepada para pengarang kitab. Pertama kepada Syekh Salim bin Samir AL-Hadrami Al-Betawi pengarang kitab “Safinatun Najah”, kedua kepada Syekh Nawawi at-Tanari al-Bantani pengarang kitab “Kasyifats Saja”, penjelasan kitab pertama.

“Haid itu apa?” pertanyaannya membuat peserta langsung mengkerut keningnya saat lapar dan dahaga jam 2.30 siang itu.

“Darah kotor”
“Penyakit”
“Menstruasi”
Jawabannya pelan, tapi ada.

“Sebetulnya disebut kotor nggak juga, karena dia seperti darah yang lain. Disebut penyakit, nggak juga, karena itu sehat. Yang tepat adalah darah lebihan dari badan karena proses reproduksi manusia”. Jelas pak Muiz.

“Fashlun//inilah bagian//aqollul haidi yaumun wa lailatu//paling sedikit haid itu sehari semalam”, Pak Muiz mulai membaca kitab.

Baca Juga:

Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

Saya menyela sedikit, bagaimana dengan pengalaman para peserta, apa mereka sudah haid. Yang perempuan sudah haid semua ternyata.

“Suher sudah haid belum?”
Yang ditanya bingung, yang lain tertawa semua bwahahah…..

****

“Gemana pengalaman pertama haid?”
tidak ada yang menjawab….
“Ada nggak yang melihat adiknya atau anaknya haid, dan merasa bingung?”
“iya, bingung, malu. Kalau mengeluh dimarahin sama orang tua!” mulai ada yang sharing….

Tidak perlu bingung. Ini penting, haid adalah perkara biasa, sikulus tubuh yang mulai dewasa. Haid itu sehat, kalau tidak haid malah tidak sehat. Setelah ngaji ini, jika ada yang haid jangan dibuli, tapi ditemani, diyakinkan, dijelaskan. Ini pelajaran pertama dari haid.

Perempuan harus semakin sadar dengan pengalaman haid. Bahwa tubuh perempuan harus dilindungi dari intervensi apapun dari orang lain. Orang lain tidak boleh menyentuh, tidak boleh mengatur-atur, tidak boleh memandang dengan sengaja untuk menikmati atau melecehkan. Jika ada yang melakukannya, harus dilawan. Jika takut, harus konsultasi kepada yang lebih dewasa, seperti Ang Pat, Ang Tini, Ang Ida eh… jangan malu ya!

“Mani, gemana nanti kalo ada teman perempuan haid, apa yang kamu lakukan?”
“Menjelaskan supaya tidak perlu malu pak!”
“Kalau ada teman laki-laki yang ngejek gemana?”
“Kasih tahu pak. Kita membela perempuan!”
“Bagus….!!!

****

Haid Sebagai Penghalang Ibadah?

Para ulama menjelaskan haid dengan sangat serius dan detil dalam kitab-kitab penjelasan fiqh yang lebih tebal. Mulai dari definisi, masa jeda waktu dua haid, kelainan periodik, dan lain-lain dijelaskan dengan detil. Sebabnya adalah terkait dengan kewajiban ibadah, misalnya sholat, puasa, haji dan lain-lain. Ini menarik sekali sekaligus lucu. Lha iya, para pengarang itu rata-rata cowok, jadi mereka benar-benar riset tentang perempuan saat haid. Gemana risetnya ya hahaha…

“Kalau paling sedikit sehari semalam, berarti berapa jam?”
“24 jam!” jawab peserta.
“Kalau kurang dari 24 jam sudah mampet, haid atau bukan?”
“nggak tahu!”
“itu bukan haid, tapi istihadloh, dari karena sakit”.
“bedanya apa?”
“Kalau haidl, tidak boleh sholat. Kalau istihadloh, harus ke dokter, karena berbahaya!”

Berikutnya…
“Paling lama haidl 15 hari, rata-rata 7 hari”
“Kalau saya 3 hari kemarin, biasa 7 hari. Kok pak Muis ngerti, emang pak Muiz pernah haid”? kata Ang Tini.
“Bwahahaa…. nggak tahu saya. Tapi saya tahu hukumnya!”
“Lebih dari 15 hari bukan haid. Itu istihadloh, harus ke dokter”.

“Kalau haid boleh masuk masjid nggak pak?”
“Nha, ini ada babnya. Larangan buat orang haid untuk sholat, puasa, membaca Qur’an, dan diam dalam masjid karena khawatir kececer darahnya. Tapi kalau sekarang pake pampers aman lah ya!”

****

“Yang paling penting mengenai haid selain soal ibadah adalah mengenali tubuh kita, siklusnya, karakteristiknya, rasa yang tumbuh ketika itu, sebagai suatu fenomena alam dalam diri!” pak Muiz mulai mendalami filosofi haid.

Mengapa? Jumlah hari, larangan dan kewajiban yang menyertai, itu hanyalah suatu pengaturan. Yang paling penting tahu, bagaimana haid itu terjadi, dan memahami konsekuensi dan apa yang harus dilakukan. Menjaga proses reproduksi adalah menjaga kehidupan. Jadi jangan sepelekan hadats besar ini. Hadats bukan hal buruk, tapi proses pengeluaran sesuatu dari dalam badan, dan memiliki konsekuensi siklus alam tentang hidup dan kehidupan. Maka, relasi dengan tuhan diatur, dengan alam diatur, dengan ruang diatur, dengan waktu diatur.

Maka mengenali haid tidak hanya terkait kesehatan reproduksi, hak-hak reproduksi, tapi lebih dalam adalah mengenai tentang siklus kehidupan kita.

Wahit Hasyim

Wahit Hasyim

Terkait Posts

Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Memahami AI

Memahami Dasar Logika AI: Bagaimana Cara AI Menjawab Permintaan Kita?

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Teknologi Asistif

    Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar
  • Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID