Mubadalah.id – Salah satu Ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM KUPI), Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA menjelaskan bahwa tanpa menafikan faktor tabiat dan nafsu suami yang tega dan mau menang sendiri, salah satu penyebab penting keadaan di atas adalah karena ayat tentang makna nusyuz dipahami secara sempit, tidak utuh dan manipulatif.
Nusyuz istri dalam QS. an-Nisa’ ayat 34 terus mengulang-ulang membaca dan mengajarkannya dengan pemahaman sedemikian rupa.
Di sisi lain ayat yang menyatakan nusyuz suami, yakni ayat 128 surat yang sama, seolah tersembunyi. Padahal kita sering membacanya dalam tadarus, namun tidak banyak menjelaskan dalam pengajian, kajian, nasihat perkawinan, atau konsultasi keluarga.
Akibatnya, Nyai Badriyah mengungkapkan maka yang terjadi adalah penyempitan makna. Bagi sebagian orang memahami nusyuz sebagai tindakan istri yang tidak taat, dan bentuknya meninggalkan rumah tanpa izin.
Hal ini, Nyai Badriyah mengingatkan, tidak hanya ada dalam pemahaman orang awam, melainkan terjadi juga dalam praktik peradilan saat hakim menangani kasus perceraian.
Istri yang mengajukan gugat cerai atau suami yang menggugat cerai, dan ia meninggalkan rumah karena tak tahan menjadi korban KDRT, tidak memberikan hak nafkahnya oleh hakim. Alasannya, istri nusyuz.
Tak melihat lagi apakah itu keluar rumah akibat tindakan suami yang sudah tidak manusiawi. Praktik peradilan yang demikian masih banyak terjadi.
Makna Nusyuz
Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadits itu menyebutkan manipulasi makna nusyuz yang berakibat ketidakadilan mengharuskan kita semua memahami kembali makna nusyuz sesuai paparan al-Qur’an.
Dalam al-Qur’an nusyuz istri dan suami sama-sama disebutkan.
Nusyuz istri disebutkan dalam QS. an-Nisa ayat 34
“…dan istri-istri yang kalian khawatirkan nusyuz mereka… dst.”
Nusyuz suami dalam QS. an-Nisa’ ayat 128
“Dan jika istri khawatir suaminya nusyuz atau berpaling …..dst.”
Para mufassir menjelaskan bahwa nusyuz adalah semua tindakan meninggalkan kewajiban dan tanggung jawab.
Nusyuz istri, Nyai Badriyah menyampaikan, bisa berupa keluar rumah tanpa izin yang menyebabkannya meninggalkan kewajiban rumah tangga.
Namun bisa juga bentuk lain, seperti selingkuh atau tidak mau berhubungan badan dengan suami tanpa alasan apapun.
Sementara nusyuz suami, Nyai Badriyah menyebutkan, bisa berupa banyak hal. Tidak memberi nafkah lahir maupun batin, istri ditinggal begitu saja tanpa kabar, istri tidak diperlakukan dengan baik, tidak dinafkahi, namun tidak juga cerai.
Bisa juga dalam bentuk lain, semisal melakukan KDRT atau selingkuh. (Rul)