Mubadalah.id – Salah satu Ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM KUPI), Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA menjelaskan bahwa, Islam mengumandangkan fakta sejarah penciptaan manusia itu berasal dari nafs wahidah (satu nafs).
Oleh sebab itu, Nyai Badriyah mengingatkan, penciptaan manusia dari nafs wahidah ini penting untuk memahaminya.
Pasalnnya, di tengah masyarakat kita beredar luas pemahaman bahwa Hawa (personifikasi perempuan pertama di jagat raya) tercipta dari tulang rusuk Adam (personifikasi laki-laki pertama di jagat raya).
Melalui al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 1, dinyatakan dengan sangat jelas bahwa seluruh umat manusia diciptakan dari satu nafs (nafs wahidah). Dari nafs yang satu itu pula pasangan atau jodohnya diciptakan.
Sementara itu, dalam literatur hadis Nabi tidak satupun teks shahih (tebukti validitasnya) dan sharih (jelas penegasannya, dan tidak multitafsir) yang menyatakan bahwa Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam.
Pasalnya, yang ada hanyalah hadis-hadis shahih yang intinya mengemukakan ilustrasi majasi bahwa kaum perempuan dalam hal kepekaan persaannya adalah umpama tulang rusuk yang bengkok dan mudah patah.
Kesetaraan Kauniyah
Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadits, itu menegaskan bahwa, kaum perempuan adalah manusia yang setara dengan kaum laki-laki.
Kesetaraan laki-laki dan perempuan ini dapat berlaku dalam banyak hal, seperti dari aspek ideologis, sosiologis, religius hingga spritual.
Pada saat tradisi-tradisi masyarakat dunia saat itu banyak yang beranggapan bahwa kaum perempuan adalah pembawa dosa awal, penyebab malapetaka.
Dan anggapan perempuan itu hanya sebagai pelayan kaum laki-laki, Islam justru hadir membawakan gagasan al-musawah al-kauniyyah atau kesetaraan kosmik.
Melalui al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13, Islam secara tegas menyerukan kepada khalayak dunia bahwa harkat dan derajat kaum perempuan di mata Tuhan adalah sama dan setara dengan kaum laki-laki.
Lebih lanjut, harkat dan derajat yang sama dan setara itu berlaku juga bagi sesama manusia, meskipun berbeda-beda suku dan bangsanya.
Pasalnya, satu-satunya hal yang membedakan di antara laki-laki dan perempuan adalah kualitas ketakwaan masing-masing, bukan dari perbedaan suku, bangsa ataupun jenis kelamin. (Rul)