• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

6 Tips Berdakwah Ala Nyai Awanilah Amva

Dalam berdakwah kita tidak boleh menggunakan kata-kata yang kasar ataupun mengejek. Karena perkataan tersebut justru berpotensi menyakiti orang yang tengah kita ajak pada kebaikan.

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
12/11/2022
in Publik
1
Nyai Awanilah Amva

Nyai Awanilah Amva

458
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Menurut Ibu Nyai Awanilah Amva, sebagai pendakwah kita tidak boleh ragu dalam menyampaikan kebaikan. Karena salah satu tugas manusia ialah menebar manfaat dan kebaikan

Mubadalah.id – Di tengah dunia yang sudah serba cepat ini, ternyata ada banyak hal, keresahan, dan juga permasalahan sosial yang perlu disuarakan ke publik. Baik lewat konten di media, maupun menggunakan alternatif lain seperti Stand-Up Comedy.

Namun sayangnya, sejauh ini materi atau narasi yang disampain lewat Stand-Up Comedy seringkali masih mengandung candaan yang seksi, rasis, bullying dan misoginis. Dan hal itu menambah beban berat bagi perempuan.

Menurut pernyataan Komika Nasional Sakdiah Ma’ruf, beberapa waktu lalu di kantor Mubadalah.id menyampaikan bahwa saat ini jumlah komika perempuan juga masih sangat sedikit. Walaupun ada, materi yang disampaikan juga masih sering terkesan seksis dan tidak ramah terhadap perempuan.

Oleh sebab itu, stigma-stigma negatif terhadap perempuan semakin kuat dan bertambah. Sehingga perlu sekali untuk melakukan penguatan perspektif yang adil gender di kalangan para pelaku Stand-up Comedy, khususnya perempuan.

Baca Juga:

Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

4 Tips Menjadi Kartini Hari Ini

Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

11 Tips Cerdas Menggelar Walimatul ‘Ursy

Berangkat dari keresahan tersebut, Our Voice Comedy for Change bersama dengan mubadalah.id berinisitaif untuk mengadakan Mubadalah Stand-up Comedy Workshop khusus untuk perempuan. Tujuannya ialah, supaya banyak komika-komika perempuan yang lebih peka terhadap permasalahan isu sosial, termasuk soal isu perempuan.

Dengan begitu, Stand-up Comedy tidak hanya dijadikan alat komunikasi dengan cara yang humor dan lucu, tetapi juga sebagai sarana berdakwah dalam menyampaikan pesan atau gagasan yang baik. Misalnya pesan tentang Islam rahmatan lil ’alamin, tentang kesalingan ataupun hal baik lainnya.

Namun, seperti yang Ibu Nyai Awanilah Amva (Pengasuh santri putra di Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy Babakan Ciwaringin, Cirebon) sampaikan bahwa dalam berdakwah atau menyampaikan kebaikan, baik lewat media konten kreatif ataupun Stand-up Comedy perlu memperhatikan strategi yang tepat dalam menyampaikannya.

Setidaknya ada 5 tips berdakwah yang beliau sampaikan pada seluruh peserta Mubadalah Stand-up Comedy Workshop.

5 Tips Dakwah Ala Nyai Awanillah Amva

Pertama, Qaulan Layyinan adalah Qaulan Layyinan, yakni menyampaikan sesuatu dengan kata-kata yang mudah kita pahami, bahasa yang santun, lembut dan beradab, serta menarik perhatian bagi yang mendengarkan.

Dalam berdakwah kita tidak boleh menggunakan kata-kata yang kasar ataupun mengejek. Karena perkataan tersebut justru berpotensi menyakiti orang yang tengah kita ajak pada kebaikan. Pesan ini juga sering kita dengar pada beberapa kajian Islam bahwa “sesuatu yang baik, harus kita sampaikan dengan cara yang baik pula, bukan dengan cara merendahkan, memaksa dan menghakimi”.

Sebab, seperti yang Buya Husein Muhammad pernah sampaikan bahwa pemaksaan dan sikap merendahkan orang lain itu tidak akan melahirkan keimanan, tapi justru kemunafikan.

Dengan begitu, dalam proses berdakwah lewat Stand-up Comedy pun harus menggunakan kata-kata yang lemah lembut, sopan dan tidak merendahkan atau mengejek orang lain.

Kedua, Qaulan Sadidan adalah perkataan yang benar dan membangun suasana komunikasi yang kondusif dalam mencapai komunikasi yang efektif dan efisien. Perkataan yang benar mencakup substansi isi dan redaksi tata bahasa pesan.

Menurut Ibu Nyai Awa, sebagai pendakwah kita tidak boleh ragu dalam menyampaikan kebaikan. Karena salah satu tugas manusia ialah menebar manfaat dan kebaikan.

Selain itu, Ibu Nyai Awa juga mendorong para perempuan peserta Mubadalah Stand-up Comedy Workshop untuk berani menyuarakan isu-isu sosial, termasuk isu perempuan lewat Stand-up Comedy. Karena jika perempuan tidak berani ambil peran dan terus diam, maka ketidakadilan terhadap perempuan akan terus terjadi.

Di sisi lain, Ibu Nyai Awa juga menceritakan kiprah-kiprah perempuan hebat mulai dari masa Nabi Muhammad sampai saat ini. Beliau menyampaikan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengambil peran dalam ruang-ruang kebaikan apapun. Baik di publik, maupun domestik.

Qaulan Maysuran

Ketiga, strategi dakwah yang harus dibangun ialah, Qaulan Maysuran yakni mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata yang mudah dimengerti dan gampang kita pahami. Ibu Nyai Awa menyampaikan bahwa dalam berdakwah perlu untuk menyesuaikan bahasa yang audience kita pahami. Termasuk dalam proses menyampaikan materi Stand-up Comedy.

Keempat, Qaulan Kariman yakni menyampaikan sesuatu dengan kata-kata yang indah dan santun, penuh dengan kebaikan, kemuliaan dan keutamaan. Membuat orang yang mendengarkannya merasa termuliakan.

Jadi, dalam berdakwah atau pun Stand-up Comedy kita tidak boleh menjadikan kekurangan atau aib orang lain menjadi bahan candaan. Sehingga menimbulkan kebencian serta rasa sakit hati bagi orang tersebut. Sebab, sakit hati itu merupakan salah satu luka yang sulit untuk terobati. Seperti dalam lagu lama yang sering kita dengar, “lebih baik sakit gigi, daripada sakit hati”. Eaaa

Kelima, komunikasi yang perlu kita bangun dalam berdakwah ialah, Qaulan Balighan, yakni mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata yang ringkas tapi penuh makna. Jadi, kalau dalam bahasanya Ibu Nyai Awa, sedikit tapi daging semua.

Menurut saya, strategi ini pas sekali dengan kondisi kita saat ini yang serba media sosial. Di mana, masyarakat kita, terutama Gen Z sangat senang mengkonsumsi tontonan video-video dengan durasi yang pendek, sehingga kita sebagai pendakwah kita juga perlu menyesuaikan dengan realitas sosial saat ini. Misalnya, jangan malu untuk ikut mewarnai media sosial dengan konten-konten yang ramah dan adil gender.

Keenam, strategi dakwah ala Ibu Nyai Awa ialah, Qaulan Ma’rufan, yakni menyampaikan sesuatu dengan perkataan yang baik dan pantas. Baik artinya sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Pantas maksudnya sesuai dengan latar belakang dan status orang yang kita ajak bicara.

Itulah enam strategi berdakwah ala Ibu Nyai Awanilah Amva. Semoga selalu menjadi pengingat kita bersama dalam menyampaikan sesuatu. Bahwa mengajak kebaikan itu memang wajib, tapi dalam melakukannya harus di sampaikan dengan cara yang bijak dan ma’ruf. []

Tags: alaBerdakwahNyai Awanilah Amvatips
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Iduladha

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Siti Hajar

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

7 Juni 2025
Relasi Kuasa

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

7 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • KDRT

    3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID