Nenas Gumbang;
Keringat manis peluh-piluh bukan sepuluh,
antara sembilan atau tiga belas…
Menggebu rasa pengalih dahaga meluluh bersama,
Tatap tetap dalam-dalam…
Musim panas penuh dalam gumbang,
prahara Zahra bukan nenas tapi Kembang.
Mubadalah.id – Hari ke-1[10.49]
Dalam empat belas hari yang akan datang, cerita dari Jum’at ke Jum’at menanti iya atau tidak. Dia ingin memastikan rasa ini sampai mana. Menimbun rasa di mana setiap jam pada hari-harinya seolah waktu sedikit lebih lambat. Seperti hari ini rasa-rasanya seperti hari pertama puasa Ramadan lumayan berat. Jika perut yang keroncongan maka kali ini hati, jika yang terpantau jam, maka kali ini yang dipantau bolak-balik cek WhatsApp hanya untuk lihat dia online atau tidak. Mata berbinar hati bicara sedangkan otak sebagai penengah atas perseteruan dalam diri. Tak tinggal diam dua ibu jari sangat ingin mengetik memantik sesuatu untuknya.
Baru-baru ini dia baru saja membuka blokir kontak saya. Nah penyebabnyalah yang berujung masa tenggang ini terjadi, seperti biasa laki-laki selalu bodoh mengartikan kode yang lebih rumit dari filsafat, lebih misterius dari tasawuf. Mengungkapkan kata yang ia terima tanpa timbul tanya wanita. Ketika itu entah salah bicara atau keliru arti antara kita. Dia pun marah dan berujung tragedi jedag-jedug ini. Agenda melenyapkan waktu di hari pertama terlewati melalui serangkaian intervensi terhadap waktu. Sungguh hari pertama yang lebay bagaimana dengan hari ke-2?
Hari ke-2[00.52]
Seperti mengingat setiap reff lagu cinta karena setiap ingatan selalu mengulang tentangmu jatuh cinta lagi dan lagi. Rasa-rasanya rindu kian membumbung. Alih-alih buka sosial media sebagai pelampiasan, main Instagram liha-lihat reels alhasil saya dapat banyak totonan lucu dan romantis yang saya arsipkan untuk dibagikan ke-dia nanti setelah jeda ini. Aneh…aneh memang, orang secerdas apapun akan jadi bodoh di depan “cinta”.
Sembari terlihat lingkaran merah pada profile IG-nya tanda kalau dia baru saja update story. Tapi terlilit takut untuk lihat story-nya karena bagiku ini bagian dari tantangan pantangan 14 hari. Oh iya… saya belum ceritakan perjanjian “Jum’at ke Jum’at” yang kita sepakati. Jadi kita bersepakat untuk tidak saling komunikasi sampai empat belas hari ke depa. Dan jika setelah dua minggu waktu berlalu rasa-ku masih sama untuknya, maka katanya…hubungi dia.
Hari ke-3[07.34]
Baru kali ini saya merasakan yang namanya sabaaaarrr…pake bangitZ untuk menjalin sebuah hubungan yang seharusnya. Karena jika cinta hanya atas dasar dari mata turun ke-hati maka apakah cinta itu ilusi? Sedangkan banyak yang berjanji atas nama “cinta” dan itu sampai mati. Sabar menurunkan ego mendewasakan pikiran, seolah-olah kita berdua sedang perang dingin hanya saling pantau via sosial media. Itupun tanpa saling respon like or something like that’s, apalagi sampai komen itu tidak mungkin akan terjadi.
Seperti hari ini pun hanya bisa senyam-senyum depan layer hp ketika tahu kalau sekitar dua jam lalu dia bikin postingan di FB, sumringah sekaligus takut tidak tahu takut kenapa…
Hari ke-4[08.01]
Samar-samar tegas keinginan agar cepat sampai di penghujung Jum’at. [13.00]Lagi-lagi Facebook menjadi makelar rindu, memberi tawaran potongan 10% untuk pelampiasan dan 90%-nya lagi adalah rindu yang berhektar-hektar. Fokus ke laman storynya dia telah upload story, namun tidak saya buka. Hanya mengintip dengan cara menekan lama pada ikon story, dan tanpa sengaja ketika sedang asik scroll malah bablas sampe nampak storynya dia… hahahah kenapa sih Astaghafirullah…
Sialnya tanpa sengaja ke-click storynya. Apakah saya sudah melanggar janji untuk tidak kontak komunikasi selama dua minggu? kan ini bagian dari komunikasi visual, kataku. Story yang baru 46 menit lalu berarti ketika itu saya sedang mandi, entah ini agak lain memang. Bukan kepikiran apa-apa tapi mungkin hanya jaim kalau lihat storynya. Tapi dia tidak melihat storyku. Apa saya berlebihan menjaga keagungan dua Jum’at [janji] atau ini bagian konsekuensi dari cinta dua insan yang terjun bebas di dalam lautan asmara?
Tanpa sadar laki-laki ini sudah kehilangan kesadaran bahwa sebuah cerita tidak hanya berakhir happy ending. Tapi juga sad ending dan sepertinya dia belum siap.
Hari ke-5[05.33]
Menanggung nestapa kian dalam menusuk, rindu berkirim pesan dengan-nya, memori hp sudah hampir penuh belum lagi ditambah arsip reels IG yang nanti diteruskan ke-doi… ada 1 eh 3 eh eh 5 eh 7… Banyak sih video lucu dan romantis untuk kamu sudah ku simpan untuk nanti. Menanti jawaban, menenangkan diri, menyibukkan diri sana-mari tanpa maps. Masalahnya di dua minggu ini saya juga sedang tidak berkegiatan di dunia kerja. Pelariannya melalui cari teman, cerita perihal apa saja yang sebenarnya niatnya hanya ingin hari cepat berganti. Intinya tetap terjaga jangan sampai sendiri karena akan mudah dirasuki dan ketempelan rindu yang bergentayangan.
Hari ke-6[07.14]
Hari ini setiap detik waktu seirama dengan denyut nadi, [14.12] Apakabar hati layaknya handphone yang full memory sesak sampai mana sanggup menampung gulana… Seharian ini saya tidak buat apa-apa bingung padahal banyak yang seharusnya bisa dicicil eh malah mikir …”keknya setelah nikah baru ada triger besar kerja maksimal ya, karena sudah ada yang harus saya nafkahi” ungkapan dalam hayalan si-laki-laki yang masih jauh dari kata mapan itu, menunggu satu Jum’at lagi…
Hari ke-7[06.59]
Cerita dari Jum’at pertama di perjanjian kita, overthinking mulai menjalar mencari jalan keluar. Namun di setiap persimpangan pilihan pertanyaan dan jawaban dari diri sendiri selalu bertemu jalan buntu. Mulai mendalami dari pesan untuk tidak berharap lebih kepada manusia. Mencoba merangkai pilihan-pilihan rencana alternatif plan B dan plan C. Jika hasilnya “tidak” maka setelah ini apa? Apa yang harus ia katakan ke ‘hati’ untuk tetap baik-baik saja.
Hari ke-8[08.19]
Pikiran kemarin berlanjut hari ini, sudah mulai terbangun rancangan pikiran apa yang akan terjadi setelah tau jawaban si-doi dan apa yang harus dilakukan setelah ini. Kalau kemarin simulasi jawaban “tidak”, nah hari ini bagaiamana kalau jawabannya “iya”? Sejujurnya entah iya atau tidak sepertinya laki-laki ini belum siap sepenuhnya. Artinya kalau “iya” berarti dia harus kerja lebih keras untuk bikin harapan hidup bersama lebih cepat, lebih giat belajar menjadi imam yang baik agar segalanya menjadi tepat…”meluap mengetik sambil senyam-senyum…
Hari ke-9[07.27]
Kehabisan kata mendikte ungkapan perasaan hari ini, yang ada hanya keinginan mengetuk pintu rumah dan bertemu orang tuamu dengan tempo yang sesingkat-singkatnya. Membayangkan konsep acara seperti apa yang akan kita rancang…hehehe. Hari ini kerjaan si-pria dewasa tanggung ini adalah masih sama dengan hari-hari sebelumnya, bolak-balik scroll sosmed melihat story-nya kemarin terdengar suaranya yang menggetarkan qalbu.
Hari ke-10[13.57]
Seperti melihat kerinduan yang terbalas, menanti pucuk harapan semoga tidak keliru.
Hari ke-11[07.08]
Mengganti posisi tidur agar tidak terlalu lelap menanggung gelisah, pontang-panting di kasur menghabiskan waktu agar cepat pupus. H-3 makin dekat makin dag-dig-dug kikuk… Malam ini[18.41] saya tau dia sangat cinta ibunya karena selang berapa detik dia tidak lanjut lihat story saya selanjutnya yang memperlihatkan perjuangan seorang ibu.
Hari ke-12[11.23]
Mulai berkecamuk tegang nan makin tidak karuan pura-pura acuh lihat story sengaja di lama-lamain tunggu hingga beberapa jam dulu baru dilihat agar tidak kentara sedang merana. Sepertinya laki-laki ini makin ke sana makin aneh.
Hari ke-13[04.32]
Subuh berjanji akan fajar dan dhuha. Semoga lisan berjanji akan hati dan sah. Hari ini saya menyadari satu hal bahwa cinta bukan hanya atas dasar dari mata turun ke-hati, tapi cinta dasarnya adalah sabar. Ya ini serius ternyata kuncinya adalah sabar.
Hari ke-14[23.45]
Huuufffhhh… meresapi kembali setiap hari berisi tentang kenakalan rindu menanti pembalasan, hari esok memburu kangen chatan dengan-mu lagi. Hari ini jadwal berderet tapi hati tak lupa sesak dari penatnya gelebah.
Hari ke-15[07.10]
Menunggu sebelum jum’at [10.49]titik awal penantian tiap menit detak gugup paling serius. Tepat sampai rumah jam [10.49] tidak tahu ini pertanda apa pulang-pulang waktunya tepat. Lepas dari berkegiatan diluar bersama kawan-kawan, tantangan ini membasmi ego dan emosi untuk kasih.
“I’m so lucky…i’ve got you! You’re wonderful!” kata-kata ini yang dipersiapkan si-pria pengharap itu dan barusan [22.20] hasilnya gayung belum bersambut si-wanita belum membalas “rasa-nya” secepat harapan si-pria ohhh laki-laki ini harus kembali berkelanan menanti penantian lain di ujung harapan yang paling tulus. Bisa jadi dua minggu ini adalah pengalihan untuk membunuh rasa si-pria kepada si-wanita, yang dia rasakan sekarang adalah tenggorokan sakit ketika menelan ludah, jiwa meronta-ronta mungkin ini penebusan dosa dari karma semesta….
”Cintamu cepat sekali kadaluarsa” terang si-pria sebagai penutup diskusi dalam hati sebagai luapan emosi. Dia berjanji ke-hati untuk tetap baik-baik saja berkelana kembali menemukan jalan pulang. Cerita belum berakhir ini adalah kenyataan dunia ciptaan overthingking dari si-pria, nyatanya sedari awal mereka adalah dua insan yang sudah saling nyaman satu sama lain, marah-marah tanpa sebab, merajuk adalah makanan tambahan tiap harinya. “tolong jaga saya” ungkapan penutup si-wanita membalas “rasa” si-pria. Entah penilainnya dari mana karena itu hak prerogatifnya yang penting bagi si-laki-laki adalah akhirnya.
Dan “I’m so lucky…i’ve got you! You’re wonderful!” akhirnya terungkap dalam hatinya, dan cerita ini belum berakhir sampai ketikan terakhir ini, karena haru dan keterbatasan kata-kata yang terlalu miskin untuk mengungkapkan kekayaan cinta mereka saat ini. Mengutip kata-kata bang Raim Laode; terimakasih kau baru saja buat hujan bahagia di pipiku. Berjanjilah setelah ini untuk bertahan serumit apapun masalahnya. []