Mubadalah.id – Syair yang diciptakan untuk menyuarakan kerinduan kepada kekasih ini ternyata jika kita mampu membaca lebih luas dengan melibatkan berbagai perspektif, melahirkan sebuah makna yang lebih kompleks dan luas. Tidak hanya sebagai syair kerinduan, namun juga berbagai pesan tentang mencintai sesama dan kesalingan.
Qosidah Burdah atau Qosidah Amin tadzak kurri khironin karya Imam Busyiri adalah kumpulan syair- syair yang diciptakan sebagai bentuk kerinduan terhadap kekasihnya.
Imam Busyiri sebagai sastrawan sekaligus sufi memiliki keahlian yang luar biasa. Yaitu rangkaian kata yang indah hingga makna kecintaanya dengan Allah dan Rasulnya. Sehingga, Qosidah Burdah yang masih eksis hingga sekarang ini terus mengajak dan meningkatkan kecintaan kita terhadap Allah dan Rasulnya.
Tiga bait awal syair pada Qosidah Burdah yang malam ini menjadi kajian Gus Hilmy bermakna begitu mendalam. Syair yang terangkai dengan kata-kata indah dan bermajas membuat kajian ini semakin larut pada keindahan kata dan makna syair-syair Qosidah ini. Syair-syair yang dilahirkan untuk menyampaikan kerinduan yang begitu mendalam dan menyakitkan benar-benar terkandung dari tiga bait awalan syair Qosidah ini.
Kerinduan yang Menyakitkan
Imam Busyiri mengungkapkan kerinduan yang begitu menyakitkan dengan ungkapan-ungkapan yang ada dalam tiga bait awal ini. Bagaimana tidak, beliau mengisyaratkan kekasih dengan diksi … yang berarti tetangga. Sesuai penjelasan atau syarah yang Gus Hilmy sampaikan, bahwa tetangga yang memiliki makna secara hakiki ialah orang yang tempat tinggalnya dekat dengan kita.
Selain itu diksi ‘tetangga’ ini adalah majas yang bermakna kekasih. Lalu mengapa jika bermakna kekasih kita majaskan dengan tetangga? karena tetangga adalah sosok seoarang yang akrab, dekat, dan sering bertemu.
Kedekatan dan keakraban dengan tetangga juga pernah hadis Nabi sampaikan dari Abu Zar ra, katanya: “Rasulullah SAW bersabda: “Hai Abu Zar, jikalau engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan saling berjanjilah dengan tetangga-tetanggamu – untuk saling beri-memberikan.” (HR Muslim).
Tidak salah lagi jika Imam Busyiri memiliki pesan tersendiri untuk kita semua selain menyampaikan pesan kecintaan terhadap baginda Nabi tetapi. Selain juga pesan-pesan adab terhadap tetangga.
Perilaku Baik dengan Tetangga
Berperilaku baik dengan tetangga sudah seperti saudara sendiri. Iya saudara walaupun tidak sedarah. Tetapi sudah semestinya jika kita berperilaku dengan semua orang khususnya tetangga. Karena Imam Asmuni mengatakan barang siapa yang ingin melihat kapasitas seseorang maka lihatlah pada kualitas simpati dan empati. Sehingga, begitu pentingnya akhlak baik yang harus di miliki seseorang untuk menjaga persaudaraan.
Selain itu, Imam Busyiri melalui syair bait terakhir dalam juga mengingatkan kita untuk tidak mudah melakukan prejudice atau su’udzan terhadap sesuatu yang belum yang belum kita ketahui sepenuhnya. Tentunya hal tersebut juga bagian pesan bahwa perilaku prejudice adalah perilaku yang dapat merusak persaudaraan.
Qosidah Burdah sebagai karya yang lahir dari seseorang yang luar biasa juga akan mengandung berbagai hal yang luar biasa.
Kandungan sastra yang menjadikan kata-kata dalam kaidah ini menjadi begitu indah. Makna yang begitu mendalam mengenai kecintaan terhadap Rasulullah, hingga makna tentang menjaga persaudaraan antar umat manusia. Semoga senantiasa kita semua mendapat syafaat dari Baginda Nabi Muhammad lantaran dari selawat Burdah ini.
Hal ini selanjutnya juga memberikan penjelasan bahwa pembacaan terhadap teks dengan melibatkan cara pandang atau perspektif yang beragam juga bisa melahirkan hasil yang menarik. Pada akhirnya, sebuah teks bisa terus relevan untuk kita pahami dalam berbagai zaman.
Kemudian, ini yang perlu kita amati, dan terus kita lestarikan. Yakni sebagai upaya untuk memiliki makna yang sesuai dengan zaman saat membaca sebuah teks yang lahir sejak beberapa puluhan tahun yang lalu. Sekian. []