• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Beginilah Ketika Ucapan ‘Salah Ibunya’ Menyentuh Jauh Lebih Dalam

Perempuan tidak selalu salah dan tidak selalu benar. Begitupun dengan laki-laki. Karena kesalahan dan kebenaran sejatinya tidak mempunyai jenis kelamin

Ade Rosi Siti Zakiah Ade Rosi Siti Zakiah
10/11/2023
in Keluarga
0
Salah Ibunya

Salah Ibunya

820
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Ucapan ‘salah ibunya’ atau ‘salah istrinya’ sangat terkesan merendahkan dan meremehkan. Bentuk ucapan ini sangat merugikan dan tidak pantas. Apalagi jika jelas-jelas perempuan tidak bersalah.

Mubadalah.id – Saat ini, semakin banyak upaya pembelaan terhadap perempuan. Baik melalui tulisan, konten di media sosial, maupun gerakan yang berfokus pada pemberdayaan dan perlindungan hak-hak perempuan. Bahkan, upaya penguatan posisi perempuan, seringkali menjadi tema diskusi kecil hingga seminar nasional dan internasional.

Namun, pandangan bahwa perempuan hanyalah pelengkap laki-laki masih tetap eksis di tengah masyarakat. Tidak jarang orang beranggapan bahwa ketika terjadi kesalahan dalam ranah domestik, perempuanlah yang salah. Alasannya, karena seorang istri atau ibu merupakan penanggung jawab utama urusan domestik.

Saya sering melihat konten di media sosial yang menyoroti peran istri atau ibu sebagai penanggung jawab utama urusan domestik. Salah satunya pemilik akun @artiyanangeliza_, yaitu Aliza Angel, seorang konten kreator asal Semarang. Ia kerap kali menyuguhkan konten hiruk pikuk aktifitas seorang ibu rumah tangga.

Beberapa minggu lalu, Aliza mengunggah video reels dengan caption “semoga mucul di fyp pak su ya bun.” Dalam video berdurasi 44 detik itu, Aliza terlihat sedang memetik daun bayam. Ia mengekspresikan betapa sedihnya menjadi seorang ibu dan seorang istri yang selalu salah.

“Rumah berantakan, salah ibunya. Anak gak mau makan, salah ibunya. Anak sakit, salah ibunya. Memilih jadi ibu rumah tangga, dianggap jadi beban. Memilih jadi ibu berkarir, dianggap gak ngurus anak dan suami. Kenapa semua harus disalahkan pada istri? Semoga suami senantiasi menjadi penopang utama hati seorang istri. Karena terkadang lelahnya seorang istri akan terbayarkan dengan ucapan “Terima Kasih” dari seorang suami,” tulisnya dalam video tersebut.

Baca Juga:

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Fondasi Kehidupan Rumah Tangga

Unggahan video reels  Aliza tentu saja langsung memancing banyak respon dari netizen. Yaitu dengan memberikan like, mengomentari video, dan menyebarkan ulang video. Banyak netizen yang merasa kalau pesan dalam video tersebut sangat relate dengan keadaan yang mereka alami.

Banyak Perempuan yang Merasakan Hal Sama

@renikaaulia

Terimakasih, liat ini nangis sendiri. Mungkin lagi capek, karena terus menerus salah di mata orang. Mengeluh bukan berarti tidak Ikhlas, hanya pengen ada sandaran untuk meluapkan perasaan ini Bun…

@lettarosmaladewi

Semua IRT capek ya Bun. Apalagi yang full di rumah dan masih harus bantu-bantu nyari tambahan penghasilan, jadinya double capeknya. Ditambah lagi suami pulang kerja telat terus, gimana dong? Mau ngeluh dibilangnya dia juga capek, ya udah Bun telen bulet-bulet aja. Nangis sama tembok paling bener.

@annisa_ramadani

Ada sesuatu yang salah pada anak, ibu yang disalahkan. Ada sesuatu yang salah pada suami, istri yang disalahkan. Giliran ada sesuatu yang salah pada kita (istri), kita sendiri yang disalahkan.

@amandaoktaviani89

Gaji suami habis, salah ibunya. Padahal sebagian besar habis untuk beli keperluan anak dan suami. Saya selalu mengalah, makan dengan lauk sedikit, biar cukup untuk suami dan anak, tapi semuanya tetap menyalahkan saya. Kadang mau beli sesuatu aja mikirnya lama banget. Inget anak-anak, takut uang gak cukup untuk jajan, atau untuk keperluan lainnya. Sebenernya kalo bisa jajan, terus makan sendiri dengan tenang aja udah bahagia banget.

@amelianur08

Kenapa harus ibu yang selalu disalahkan? Padalah seorang ibu itu ikhlas membantu dan mencukupi kebutuhan rumah. Ibu melakukan segalanya, tapi kenapa ketika ada kesalahan dalam rumah, semuanya menyalahkan ibu. Ayah, bapak, para suami, istrimu sudah melakukan yang terbaik, mohon hargai usahanya. Waras ya bu ibu! Sehat terus ibu! Jika lelah ambil nafas sejenak, perbanyak istighfar.

@anisyapradita

Pernah sih kak berfikir, aku serba salah di keluargaku sendiri. Saya selalu salah di mata suami, keluarga suami, bahkan keluargaku sendiri. Sampai aku bingung mau cerita ke siapa lagi. Ketika ada problem, semua serentak menyalahkan aku. Padahal aku juga ingin dibela. Kadang sedih mau pergi jauh dari semua orang, tapi kepikir lagi, karena masih ada anak. Jadi, masih tetap bertahan meskipun sakit.

Pernikahan Seolah Merugikan Pihak Perempuan

Kolom komentar dalam video reels Aliza telah menjadi tempat di mana para ibu-ibu merasa nyaman untuk berbicara. Banyak di antara mereka yang berbagi pengalaman dan mengeluhkan segala permasalahan yang selama ini mereka pendam sendiri.

Melalui komentar, para ibu-ibu dapat memberikan dukungan satu sama lain, memberi semangat, dan berbagi saran untuk mengatasi masalah. Mereka juga merasa lebih tenang, karena mendapat banyak respon dari orang lain yang berada dalam situasi serupa.

Namun, ada juga yang menunjukkan kekecewaan dan penyesalan atas pernikahan yang mereka alami. Mereka sudah di titik benar-benar lelah, sehingga timbul rasa menyesal karena telah menjadi seorang istri atau ibu.

@richmadiyanti

Gak tau kenapa ya, mungkin ini pemikiran yang salah dan bodoh, tapi makin sini makin kesini pernikahan tuh kaya gak menguntungkan pihak perempuan. Pernikahan tidak adil, istri selalu jadi orang yang serba salah. Aku malah berpikir gak menikah itu emang gak enak, tapi menikah juga gak enak, karena lebih banyak pahit nya, apa mungkin cuma aku doang.

@stn_rani

Saat di titik lelah karena semua orang menyalahkan, aku sempat berpikir “Andai waktu bisa ku ulang, aku akan memilih untuk tidak akan menikah dan mempunyai anak. Aku akan focus dengan karirku, pendidikanku dan mengejar mimpi-mimpi yang ingin aku wujudkan” Astagfirullah bukannya aku tidak bersyukur atas nikmat Allah saat ini, tapi kadang aku lelah.

Dampak Ucapan ‘Salah Ibunya’

Setiap kata, tentu memiliki kekuatan emosional yang dapat mempengaruhi seseorang. Ucapan ‘salah ibunya’ atau ‘salah istrinya’ sangat terkesan merendahkan dan meremehkan. Bentuk ucapan ini sangat merugikan dan tidak pantas. Apalagi jika jelas-jelas perempuan tidak bersalah.

Secara tidak langsung, ucapan tersebut telah merendahkan nilai kontribusi seorang ibu atau istri dalam keluarga. Perempuan terus berada dalam posisi lebih rendah. Bahkan, ia akan merasa tertekan secara emosional. Wajar saja, jika ia merasa sakit hati, marah, kecewa, terhakimi, rendah diri, bahkan stres yang parah.

Sudah seharusnya perempuan tidak terdiskriminasi. Ketika terjadi sebuah permasalahan, selesaikan dengan pendekatan yang adil. Tidak perlu menyalahkan salah satu pihak tanpa alasan yang jelas.

Perempuan tidak selalu salah dan tidak selalu benar. Begitupun dengan laki-laki. Karena kesalahan dan kebenaran sejatinya tidak mempunyai jenis kelamin.

Mari lebih bijaksana dalam berkomunikasi dan menjalin relasi. Kita ciptakan suasana yang saling menghormati, menghargai, mendukung, dan menghadirkan kebaikan-kebaikan dalam segala urusan, bukan saling menyalahkan. Sebagaimana prinsip kesalingan yang tersurat dalam kaidah fiqh mubādalah:

مَا يَصْلُحُ لِأَحَدِ الْجِنْسَينِ يُجْلَبُ لِكِلَيْهِمَا وَمَا يَضُرُّ بِأَحَدِهِمَا يُدْرَأُ مِنْ كِلَيْهِمَا

“Apa yang maslahat (baik) bagi salah satu jenis kelamin harus didatangkan untuk keduanya dan apa yang mudarat (buruk) bagi salah satunya juga harus dijauhkan dari keduanya”.

Dalam sebuah hubungan pernikahan, ucapan menyalahkan berarti telah mendatangkan kemudaratan. Karena salah satu pihak telah bersikap merendahkan, menyakiti, dan tidak menghargai pihak yang lain. Maka, jangan sampai ucapan ini keluar dari mulut suami kepada istri, maupun sebaliknya.

Oleh karena itu, saling mendukung dan memberikan apresiasi sangatlah penting. Seorang istri sangat mengharapkan ucapan “terima kasih” dari suami. Ucapan ini bisa menjadi bentuk pengakuan atas peran dan usaha seorang istri dalam keluarga. Ia akan merasa lebih kuat, karena suami mampu menjadi penopang utama saat ia merasa lelah dan sedih. []

Tags: IbuistrikeluargaKesalinganRelasirumah tanggaSalah Ibunya
Ade Rosi Siti Zakiah

Ade Rosi Siti Zakiah

Mahasiswi Magister Studi Islam, Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Saat ini, sedang mengabdi di Pondok Pesantren Imam Ad-Damanhuri, Kota Malang.

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khutbah Iduladha: Teladan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail tentang Tauhid dan Pengorbanan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID