Jumat, 12 September 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Bincang Syariah Goes to Campus

    Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

    Ulama Perempuan KUPI

    Doa, Seruan Moral, dan Harapan Ulama Perempuan KUPI untuk Indonesia

    Ulama Perempuan KUPI yang

    Nyai Badriyah Fayumi: Maklumat Ulama Perempuan KUPI untuk Menyelamatkan Indonesia

    Ekoteologi

    Forum Rektor Bersama Gusdurian Dorong Ekoteologi Kampus

    Tuntutan 17+8

    Kamala Chandrakirana: Demokrasi Indonesia Hadapi “Krisis dalam Krisis”

    Keselamatan Bangsa

    Jaringan KUPI Akan Gelar Doa Bersama dan Maklumat Ulama Perempuan Indonesia

    Deligitimasi Otoritas

    Agama, Rakyat, dan Proses Delegitimasi Otoritas

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: Gus Dur Selalu Letakkan Kemanusiaan di Atas Politik

    Mahfud MD

    Mahfud MD Ungkap Masalah Utama Bangsa, Beberkan Cara Gus Dur Tangani Krisis dan Demo

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Bincang Syariah Goes to Campus

    Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

    Negara, Kekuasaan

    Negara, Kekuasaan, dan Problematika Kemanusiaan

    Keadilan iklim

    Suara Disabilitas Untuk Keadilan Iklim 

    Gus Dur dengan Rakyat Papua

    Melihat Matahari Terbit di Timur Indonesia: Dialog Gus Dur dengan Rakyat Papua

    Bangladesh

    Bangladesh sebagai Cermin Gejolak Politik Indonesia

    Demonstrasi

    Demonstrasi dan Spirit Maulid Nabi: Apa yang Harus Negara Lakukan?

    Relasi Manusia

    Relasi Manusia-Non Manusia: Kajian Politik dan Etika Lingkungan

    Kurikulum Cinta

    Kurikulum Cinta Gagasan Menteri Agama Sudah Ada Sejak Zaman Rasulullah Saw

    Tafsir al-Manar

    Hak-hak Perempuan dalam Tafsir al-Manar

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mencaci Maki

    Nabi Saw Tak Pernah Mencaci Maki Orang

    Kemanusiaan Muhammad

    Kemanusiaan Nabi Muhammad Saw

    Nabi Muhammad dalam

    Peran Khadijah dalam Menguatkan Nabi Muhammad Saw Usai Turunnya Wahyu Pertama

    Nabi Muhammad Saw yang

    Perjuangan Nabi Muhammad Saw Melawan Tekanan Quraisy

    Nabi Muhammad Saw yang

    Keteladanan Nabi Muhammad Saw yang Tak Pernah Padam

    Nabi Muhammad yang

    Nabi Muhammad Saw dalam Pandangan Tokoh Besar Non Muslim

    Kekaguman

    Kekaguman Non Muslim Kepada Pribadi Nabi Muhammad Saw

    Non Muslim

    Ungkapan Sejumlah Tokoh Besar Non Muslim Dunia Kepada Nabi Muhammad Saw

    Arab Badui

    Kisah Nabi Saw dengan Seorang Arab Badui

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Bincang Syariah Goes to Campus

    Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

    Ulama Perempuan KUPI

    Doa, Seruan Moral, dan Harapan Ulama Perempuan KUPI untuk Indonesia

    Ulama Perempuan KUPI yang

    Nyai Badriyah Fayumi: Maklumat Ulama Perempuan KUPI untuk Menyelamatkan Indonesia

    Ekoteologi

    Forum Rektor Bersama Gusdurian Dorong Ekoteologi Kampus

    Tuntutan 17+8

    Kamala Chandrakirana: Demokrasi Indonesia Hadapi “Krisis dalam Krisis”

    Keselamatan Bangsa

    Jaringan KUPI Akan Gelar Doa Bersama dan Maklumat Ulama Perempuan Indonesia

    Deligitimasi Otoritas

    Agama, Rakyat, dan Proses Delegitimasi Otoritas

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: Gus Dur Selalu Letakkan Kemanusiaan di Atas Politik

    Mahfud MD

    Mahfud MD Ungkap Masalah Utama Bangsa, Beberkan Cara Gus Dur Tangani Krisis dan Demo

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Bincang Syariah Goes to Campus

    Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

    Negara, Kekuasaan

    Negara, Kekuasaan, dan Problematika Kemanusiaan

    Keadilan iklim

    Suara Disabilitas Untuk Keadilan Iklim 

    Gus Dur dengan Rakyat Papua

    Melihat Matahari Terbit di Timur Indonesia: Dialog Gus Dur dengan Rakyat Papua

    Bangladesh

    Bangladesh sebagai Cermin Gejolak Politik Indonesia

    Demonstrasi

    Demonstrasi dan Spirit Maulid Nabi: Apa yang Harus Negara Lakukan?

    Relasi Manusia

    Relasi Manusia-Non Manusia: Kajian Politik dan Etika Lingkungan

    Kurikulum Cinta

    Kurikulum Cinta Gagasan Menteri Agama Sudah Ada Sejak Zaman Rasulullah Saw

    Tafsir al-Manar

    Hak-hak Perempuan dalam Tafsir al-Manar

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mencaci Maki

    Nabi Saw Tak Pernah Mencaci Maki Orang

    Kemanusiaan Muhammad

    Kemanusiaan Nabi Muhammad Saw

    Nabi Muhammad dalam

    Peran Khadijah dalam Menguatkan Nabi Muhammad Saw Usai Turunnya Wahyu Pertama

    Nabi Muhammad Saw yang

    Perjuangan Nabi Muhammad Saw Melawan Tekanan Quraisy

    Nabi Muhammad Saw yang

    Keteladanan Nabi Muhammad Saw yang Tak Pernah Padam

    Nabi Muhammad yang

    Nabi Muhammad Saw dalam Pandangan Tokoh Besar Non Muslim

    Kekaguman

    Kekaguman Non Muslim Kepada Pribadi Nabi Muhammad Saw

    Non Muslim

    Ungkapan Sejumlah Tokoh Besar Non Muslim Dunia Kepada Nabi Muhammad Saw

    Arab Badui

    Kisah Nabi Saw dengan Seorang Arab Badui

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Rujukan Ayat Quran

Mubadalah sebagai Jalan Kemenyatuan dengan Allah Swt

Tafsir ayat 21-29 Surat al-Baqarah

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
9 Agustus 2020
in Ayat Quran
0
Mubadalah sebagai Jalan Kemenyatuan dengan Allah Swt

Ilustrasi alam (sumber: yufidia.com)

548
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pembicaraan sebelumnya, sejak awal Surat al-Fatihah, mengenai panduan hidup (hidayah), yang berakar pada kehambaan kita pada Allah Swt dan berdampak pada relasi kemanusiaan kita antar sesama, adalah untuk membangkitkan kesadaran kita akan tujuan hidup. Hidup ini, jika tanpa tujuan yang jelas, ia tidak akan bermakna. Kenikmatan yang datang hanya akan dirasakan sekadar kesenangan lahiriyah belaka yang sesaat. Apalagi kesengsaraan, yang pasti selalu ada dalam hidup, tanpa tujuan hidup, akan mudah melumpuhkan jiwa dan menghancurkan perasaan.

Al-Qur’an berkal-kali, dalam berbagai ayat, selalu mengingatkan kita pada tujuan-tujuan hidup yang harus kita capai. Baik yang pendek, menengah, maupun yang panjang dan jauh ke depan. Yang utama adalah kemenyatuan jiwa kita dengan Allah Swt. Kita berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya (QS. Al-Baqarah, 2: 156). Berkali-kali hal ini diingatkan al-Qur’an. Kemenyatuaan ini adalah kisah asal muasal kita, sebagai manusia. Ini juga sekaligus tujuan hidup di sini, sekarang, dan di sana, kelak di hari akhir nanti. Jiwa kita ini, jika sering diajak mengingat-Nya (dzikrullaah), ia akan mudah tenang, nyaman dan bahagia (QS. Ar-Ra’d, 13: 28). Dan hanya dalam kejiwaan yang tenang inilah, kita akan mudah menyatu dan pulang kembali kepada Allah Swt (QS. Al-Fajr, 89: 28).

Salah satu tujuan hidup, yang merupakan bagian dari tujuan kemenyatuan ini, yang sering disebut al-Qur’an adalah meraih ketakwaan. Takwa, seperti yang telah dijelaskan, adalah kesadaran kita akan kehadiran Allah Swt, sehingga kita merasa terlindungi dari segala keburukan dan terberi dengan segala kebaikan. Tentu saja, setiap orang tidak bisa terlepas dari kondisi buruk dan baik, cemas dan bahagia, atau negatif dan positif, tetapi takwa akan menjadi filter agar dampak dari keduanya tidak menghancurkan jiwa kita, melainkan justru memperkuat ketahanan dan ketangguhan kepribadian kita (QS. Al-Hadid, 57: 23). Takwa, karena itu dalam kata lain, adalah ketahanan dan ketangguhan jiwa.

La’allakum tattaquun. Agar kalian semua bertakwa. Agar kalian semua sadar dengan kehadiran-Nya. Agar kalian semua terlindungi dari segala keburukan. Agar kalian semua tahan dan tangguh jiwanya. Kata “la’alla” mengingatkan kita pada tujuan. Diartikan dalam bahasa Indonesia “agar supaya”. Kata ini disebut al-Qur’an sebanyak 129 kali, mengenai tujuan berbagai hal terkait kehidupan ini. Yang persis dengan ungkapan “la’allakum tattaquun” ada di 6 ayat di berbagai surat al-Qur’an.

Yaitu, ada tentang kehambaan kita pada-Nya yang bertujuan ketakwaan (QS. Al-Baqarah, 2: 21), belajar dari pelajaran kaum terdahulu (QS. Al-Baqarah, 2: 63 dan al-A’raf, 7: 171), hukuman setimpal (QS. Al-Baqarah, 2: 179), puasa kita dan orang-orang terdahulu (QS. Al-Baqarah, 2: 183), dan ada tentang memelihara harta anak yatim (QS. Al-An’am, 6: 153).

Al-Baqarah (2: 21) adalah ayat pertama secara tertib penempatan Mushaf dengan frase “la’allakum tattaquun”. Ia mengingatkan pada tujuan hidup kita, untuk terus merasakan kehadiran Allah Swt dalam kehidupan ini, agar terlindungi dari segala keburukan, dan terlahir jiwa-jiwa yang tangguh menghadapi segala percobaan hidup, tahan banting, dan tenang.

Ayat ini mengingatkan manusia akan kehambaan mereka semua di hadapan Allah Swt, melalui kenyataan bahwa kita dan semua orang-orang terdahulu kita adalah ciptaan-Nya (2: 21), yang sama-sama menikmati bumi yang indah ini, yang juga merupakan ciptaan-Nya (2: 22).

Bisa saja, seseorang masih ragu dengan kisah hidup asal muasal manusia ini, dengan panduan dan tujuanya, lalu juga menyangsikan rujukannya, yaitu al-Qur’an, maka Allah Swt menantangnya untuk mendatangkan rujukan yang sepadan, dengan kisah lain, yang juga sepadan (2: 23). Tentu saja tidak bisa, dan kalaupun ada, maka rujukan dan kisah hidup yang didatangkannya justru akan menjerumuskannya pada kehidupan sengsara, dan berakibat masuk di dalam neraka (2: 24).

Orang-orang yang beriman pada kisah hidup ini, tentu saja dibarengi dengan perilaku dan tindakan nyata berupa perbuatan-perbuatan baik (‘amal shalih), maka tiada balasan yang setimpal bagi mereka kecuali surga (2: 25). Ayat ini menyebutnya “jannaat”, kebun-kebun yang rindang, kanan dan kirinya ada sungai-sungai mengalir, penuh pohon-pohon buah, dan para penghuninya hidup bersama dengan pasangan yang tulus dan setia (azwaajan muthahharah).

Orang-orang yang beriman pada kisah hidup ini, menerima panduan (hidayah) dan mengejar tujuanya (taqwa), bisa belajar, bahkan dari lalat sekalipun. Sementara orang-orang yang ingkar, tidak akan bisa belajar dari apapun, sehingga mereka akan terus melawan dan berbuat onar (2: 26).

Karena tidak beriman, tidak memiliki panduan dan tujuan hidup, mereka akan mudah mengkhianati komitmen, menghancurkan kesepakatan yang kuat sekalipun, memutus tali persaudaraan, dan melakukan kerusakan-kerusakan di muka bumi. Mereka juga, sesungguhnya, merugikan diri mereka sendiri (2: 27).

Mereka yang ingkar dan berbuat onar ini, tidak sadar bahwa sesungguhnya dulu tidak ada. Mereka diciptakan Allah Swt, lalu hidup. Sehebat dan sekuat apapun, usia mereka akan habis, lalu meninggal dunia. Mereka juga akan dihidupkan kembali, dihadapkan kepada-Nya, untuk mempertanggung-jawabkan apa yang mereka perbuat di muka bumi ini. (2: 28).

Iman atau ingkar, kita semua akan kembali kepada-Nya. Karena kita, hakikatnya, berasal dari-Nya. Dia lah yang menciptakan dan menyediakan segala sesuatu di muka bumi ini, untuk kita semua, terlepas kita beriman ataupun ingkar (2: 29).

Yang beriman akan sadar dengan kisah hidup ini, lalu memiliki panduan (hidayah) dan tujuan hidup yang jelas (taqwa). Yang ingkar, mungkin akan mencari-cari sendiri, dan jika yang ditemukannya adalah selain kisah, panduan, dan tujuan hidup ini, maka mereka pasti akan berbuat onar, membikin kerusakan, dan sesungguhnya mereka merugikan diri mereka sendiri.

Kisah asal muasal hidup manusia ini penting selalu dihadirkan agar kita memiliki panduan (hidayah) dan tujuan (taqwa) dalam menjalani kehidupan ini. Takwa adalah kemenyatuan kita dengan Allah Swt. Kemenyatuan ini, seperti digambarkan dalam Surat al-Fatihah, hanya mungkin dimulai dengan kesadaran kehambaan kita, semua umat manusia, di hadapan-Nya. Karena hanya dengan cara inilah, kita mengakui-Nya sebagai Tuhan, dan kita merasa penting untuk kembali pada-Nya. Orang yang tidak sadar kehambaan dirinya di hadapan-Nya tidak akan merasa perlu kembali pada-Nya, dia akan menjauh, dan tersesat dari jalan-Nya. Dia tidak sadar. Dia ingkar. Dia lalu tidak mau menyatu.

Ini sisi vertikal dari kesadaran kemenyatuan kita pada Allah Swt (taqwa). Sisi lain, yang horizontal, karena hanya Allah Swt yang Tuhan, maka semua manusia diperlakukan sebagai sesama hamba-hamba-Nya, yang setara, bermartabat, dan mulia. Relasi antar hamba, yang terlahir dari kesadaran kemenyatuan dengan-Nya, adalah relasi kesalingan dan kerjasama (mubadalah).

Ada banyak orang yang mungkin mengklaim menyatu dengan Allah Swt, atau menjadi juru bicara-Nya. Tetapi jika tidak dibarengi dengan relasi kesalingan dan persaudaran antar sesama, maka klaimnya adalah bohong dan palsu.

Misalnya, al-Qur’an menegaskan bahwa Allah dan Rasul-Nya mengajak pada kehidupan (QS. QS. Al-Anfal, 8: 24), maka jika ada pendakwah yang mengajak pada kematian, pasti dia pembohong. Al-Qur’an menegaskan misinya adalah kasih sayang (QS. Al-Anbiya, 21: 107), maka penceramah Islam yang menebar kebencian dan permusuhan adalah pasti pembohong.

Al-Qur’an menegaskan bahwa relasi antara laki-laki dan perempuan adalah kemitraan dan kesalingan (QS. At-Taubah, 9: 71), baik dalam hal ritual, familial, maupun sosial, maka ustadz atau ustadzah yang sehari-hari merendahkan perempuan di hadapan laki-laki, menganggapnya harus selalu taat dan patuh kepadanya, bukan sama-sama patuh kepada Allah Swt, memintanya tunduk dan melayani laki-laki, bukan saling melayani satu sama lain untuk tunduk pada Allah Swt, maka dipastikan mereka adalah pembohong.

Jikapun bukan pembohong, mereka adalah salah jalan dan salah tujuan. Bisa jadi, mereka orang-orang baik, beriman dengan kisah hidup manusia yang diceritkan al-Qur’an, yakin dengan panduan (hidayah) dan tujuan hidup (taqwa), menerima dan berkomitmen dengan kehambaan pada-Nya, mereka ingin menuju alamat yang sama, menyatu dengan-Nya, tetapi alamat dan tujuannya salah. Kemenyatuan dengan Allah Swt hanya bisa diawali dengan penghambaan kepada-Nya (‘ubudiyah) dan diartikulasikan dengan relasi kesalingan antar sesama (mubadalah).

Demikianlah panduan (hidayah) dan jalan yang lurus itu (ash-shiroot al-mustaqiim). Demikianlah jalan yang akan membawa kita sampai pada alamat tujuan kita, kembali kepada Allah Swt, menyatu dengan-Nya. Semoga kita semua terus diberi petunjuk dan panduan, untuk merambah jalan ini, agar sampai, kembali, dan menyatu dengan Allah Swt sebagai jiwa-jiwa yang tenang dan tentram (an-nafs al-muthma’innah). Amiin.

Yaa ayyatuhan nafsul muthma’innah, Iriji’ii ilaa rabbiki roodhiyatan mardhiyyah, fadkhulii fii ‘ibaadii wadkhulii jannatii.

Tags: jalan AllahtafsirTafsir al-Baqarahtafsir al-qurantafsir mubadalahTasawuf al-Qur'anTasawuf Mubadalah
Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Founder Mubadalah.id dan Ketua LP2M UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Tafsir Keadilan Gender
Hikmah

Pentingnya Perspektif Keadilan Gender dalam Memahami Tafsir

13 Juli 2025
Sakinah
Hikmah

Tafsir Sakinah

29 Juni 2025
Kekerasan dalam
Hikmah

Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

18 Juni 2025
Menutup Aurat
Pernak-pernik

Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31

3 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan
Personal

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Surah Al-Ankabut Ayat 60
Hikmah

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

28 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Negara, Kekuasaan

    Negara, Kekuasaan, dan Problematika Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Suara Disabilitas Untuk Keadilan Iklim 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan Nabi Muhammad Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Saw Tak Pernah Mencaci Maki Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat Matahari Terbit di Timur Indonesia: Dialog Gus Dur dengan Rakyat Papua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi
  • Negara, Kekuasaan, dan Problematika Kemanusiaan
  • Nabi Saw Tak Pernah Mencaci Maki Orang
  • Suara Disabilitas Untuk Keadilan Iklim 
  • Kemanusiaan Nabi Muhammad Saw

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID