• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Nyai Khairiyah Hasyim: Sosok Ulama Perempuan Pertama yang Memimpin Pesantren

Setelah lima tahun memimpin Pesantren Seblak, bersama suami keduanya, KH. Muhaimin, pada 1938, Khairiyah berangkat ke Makkah.

Redaksi Redaksi
25/11/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Nyai Khairiyah

Nyai Khairiyah

41
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saat Nyai Khairiyah Hasyim berusia 27 tahun, sang suami Kiai Ma’sum meninggal dunia. Nyai Khairiyah lantas melanjutkan Pesantren Seblak, Jombang yang ditinggalkan suaminya itu.

Ini merupakan kali pertama seorang perempuan menjadi pemimpin pesantren yang muridnya laki-laki. Penguasaan Khairiyah terhadap kitab klasik amatlah luar biasa. Alhasil, ia begitu dihormati. KH. Yusuf Hasyim, adiknya, bahkan memberi gelar “kiai putri” kepada Khairiyah.

Setelah lima tahun memimpin Pesantren Seblak, bersama suami keduanya, KH. Muhaimin, pada 1938, Khairiyah berangkat ke Makkah. Keberangkatan mereka ke kota suci ini semula dalam rangka menunaikan ibadah haji.

Namun, kesempatan tinggal di Tanah Haram itu juga mereka manfaatkan untuk belajar dan mengaji kepada para ulama. Bahkan, KH. Muhaimin adalah salah satu ulama Jawa yang turut mendirikan dan mengajar di Madrasah Darul Ulum. Madrasah ini dibuka untuk mengakomodasi orang Jawa yang bermukim atau mondok di Makkah.

Pada 1942, Madrasah Darul Ulum membuka kelas untuk perempuan yang kemudian ia beri nama Madrasah Banat atau sekolah untuk perempuan.

Baca Juga:

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Menurut anak angkat Khairiyah, Muhsin Zuhdi, madrasah untuk perempuan ini didirikan bukan hanya karena makin banyaknya perempuan yang pergi berhaji dari Hindia Belanda.

Hingga menambah jumlah mukimmin perempuan di Makkah. Melainkan juga lantaran keadaan perempuan di kota itu yang sedemikian memprihatinkan. Hak mereka untuk belajar seakan tertutup.

KH. Muhaimin kemudian meninggal dunia. Pada 1952, Nyai Khairiyah pulang kembali ke Tanah Air, meninggalkan Tanah Suci setelah hampir dua dekade memperjuangkan pendidikan bagi perempuan di Makkah.

Nyai Khairiyah kembali untuk memimpin Pesantren Seblak di Jombang. Ia berhasil memimpin Pesantren Seblak secara baik. Hal ini tentunya tidak lepas dari pengalamannya yang kaya selama bermukim di kota kelahiran Nabi Muhammad Saw., Makkah. []

Tags: MemimpinNyai Khairiyah Hasyimpesantrensosokulama perempuan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

IBu

Kasih Sayang Seorang Ibu

7 Juli 2025
Kasih Sayang Orang Tua

Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

7 Juli 2025
Amalan Muharram

Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

7 Juli 2025
Kewajiban dan hak

Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

7 Juli 2025
Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Ulama Perempuan

    Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kasih Sayang Seorang Ibu
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?
  • Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?
  • Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID