• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Mengapa Kita Memerlukan Tafsir Kontemporer?

Hilyatul Aulia Hilyatul Aulia
09/10/2022
in Kolom
0
Mengapa Kita Memerlukan Tafsir Kontemporer?

Mengapa Kita Memerlukan Tafsir Kontemporer?

155
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id- Mengapa kita memerlukan tafsir kontemporer? Itu merupakan pertanyaan yang relevan diajukan saat ini. Bagaimana tidak? Tafsir al-Qur’an adalah implikasi teks-teks al-Qur’an dalam setiap aspek kehidupan yang diambil sesuai dengan kepetingan mufassir-nya. Misalya ketika seseorang ditanya mengenai bagaimana sistem pernikahan yang ideal?

Lalu seseorang tersebut menjawab bahwa sistem perikahan yang ideal adalah yang tertuang dalam ayat tiga surah an-Nisa. Hal seperti ini sudah bisa dikatakan sebagai tafsir karena seseorang tersebut menukil sebuah ayat yang menurutnya merupakan sebuah jawaban.

Ahmad Wahib dengan tegas berkata bahwa dia belum pernah menemukan al-Qur’an menurut Allah SWT, karena ketika dia membuka tafsir al-Manar, itu merupakan al-Qur’an menurut Muhamad Abduh dan Rasyid Ridho, ketika dia membuka tafsir Fi Dzilal al-Qur’an, itu merupakan al-Qur’an menurut Sayyid Qutub, ketika ia sendiri membuka al-Qur’an, yang ia temukan adalah al-Qur’an menurut pandangannya sendiri.

Baca juga: Tafsir Qur’an Perspektif Kesetaraan

Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah sesuai dengan siapa dan di mana ia digunakan. Pemahaman seperti ini relevan dengan konsep rahmat il al-‘alamin Islam, di mana al-Qur’an sebagai doktrin utamanya harus dapat menjawab sekelumit persoalan kehidupan sesuai dengan realita kehidupan itu sendiri. Al-Qur’an harus bisa diterapkan dalam segala keadaan.

Mengapa Kita Memerlukan Tafsir Kontemporer?

Tafsir al-Quran kontemporer harus lebih menitikberatkan kepada kontekstual masyarakat. Konteks harus mejadi unsur terpenting dalam penafsiran, karena kontekslah yang akan mengalami implementasi dari tafsir keagamaan yang terjadi pada al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW.

Baca Juga:

Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Penerapan tafsir tak akan lepas dari sistem kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek. Hal ini merupakan bukti bahwa al-Qur’an benar-benar menjadi pedoman hidup bagi umat manusia. Maka kemungkinan relevansi akan menjadi maksimal jika mufassir terlebih dahulu memperhatikan konteks masyarakat sebagai sebuah pengenalan masalah agar solusi yang diberikan berupa tafsir keagamaan sesuai dengan objek penerapannya.

Keterangan-keterangan singkat Dr. Hj. Nur Rofi’ah, yang kemudian penulis uraikan secara lebih luas, dirasa amat penting untuk dipelajari. Kita dituntut untuk lebih bijak dalam menyikapi realita, tidak hanya mengkritiknya saja, apalagi atas dasar kepentingan pribadi yang dikedoki ajaran agama. Namun juga harus dapat memberikan win solution terhadap realita tersebut.

Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang Maha Adil, maka al-Qur’an pun dipastikan keadilannya, dan Nabi SAW yang menyampaikannya pun pasti adil. Namun kita yang menerimanya belum tentu dapat bersikap adil dalam menafsirkan ayat-ayatnya. apalagi jika hanya dengan satu sudut pandang saja.

Maka dari itu, penafsiran ayat-ayat al-Qur’an perlu melalui berbagai sudut pandang agar terbentuk sebuah tafsir yang adil, karena keadilan merupakan salah satu prinsip syari’at islam dan harus selalu ada usaha untuk mewujudkannya meskipun keadilan yang sesungguhnya mutlak hanya milik Allah SWT.[]

*Tulisan ini adalah refleksi penulis atas Kuliah Umum dari Hj. Dr. Nurrofi’ah, dosen pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) dan Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta, 7 November 2017 di Ma’had Aly Kebon Jambu. Penulis adalah mahasantri di kampus tersebut. Refleksi ini terdiri dari empat tulisan yakni: Tafsir Qur’an Persektif Kesetaraan, Poligami Terbatas Menuju ke Arah Monogami, Islamisasi bukan Arabisasi, dan Solusi Tafsir Al-Qur’an Kontemporer.

Tags: Qurairsy SihabQurantafsirTafsir Quran Kontemporer
Hilyatul Aulia

Hilyatul Aulia

Mahasantri Ma'had Aly Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon

Terkait Posts

Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Iduladha

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Siti Hajar

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

7 Juni 2025
Relasi Kuasa

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

7 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • KDRT

    3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID