• Login
  • Register
Kamis, 19 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Al-Qur’an Mengubah Tradisi Kekerasan Pada Masa Arab Jahiliyah

Al-Qur'an menyampaikan langkah persuasif sekaligus bertahap dan berurutan: menasihati dan membiarkannya

Redaksi Redaksi
14/01/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Tradisi Arab

Tradisi Arab

708
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam tradisi Arab, istri yang membangkang suami dapat dikenakan perendahan dan pemukulan. Hal ini menurut tradisi orang-orang Arab sebagai cara mendidik istri. Namun setelah Islam turun, kenyataan ini menurut al-Qur’an sebagai tradisi kekerasan yang harus diubah.

Al-Qur’an menyampaikan langkah persuasif sekaligus bertahap dan berurutan: menasihati, membiarkannya, dan kemudian memukulnya.

Sebenarnya Nabi sendiri menginginkan transformasi yang radikal, dengan memberikan kesempatan kepada istri yang suaminya pukul untuk membalasnya secara setimpal. Namun, Tuhan belum mengizinkannya.

Imam al Suyuthi menyampaikan sejumlah riwayat tentang latar belakang turunnya ayat nusyuz ini, sebagaimana berikut:

Dari Hasan melalui Asyats bin Abdul Malik menceritakan bahwa seorang perempuan datang kepada Nabi saw. mengadukan tindakan suaminya yang memukulnya (menampar). Nabi saw. dengan tegas menyarankan pembalasan yang setimpal (qisash). Tetapi ayat kemudian turun, maka perempuan tersebut kembali tanpa membalasnya. Begitu ayat ini turun Nabi bersabda: “Aku menghendaki sesuatu tetapi Allah menghendaki yang lain.”

Baca Juga:

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

Terkait hadis di atas, Nasr Hamid Abu Zaid berkomentar:

“Adalah pasti bahwa ketidaksukaan Nabi terhadap perbuatan suami tersebut menunjukkan sikapnya yang menghendaki tegaknya prinsip kesetaraan. Tetapi, karena audien tidak atau belum sanggup memikul prinsip kesetaraan tersebut, maka Tuhan menurunkan ayat ini.”

Tafsir Pemukulan

Pembaca ayat ini tentu masih mempunyai kesan bahwa al-Qur’an mentoleransi aksi kekerasan terhadap istri. Namun, pembacaan secara kritis akan mengantarkan pada pemahaman lain. Yaitu, meskipun pemukulan masih disebutkan dan terkesan diperbolehkan. Namun tindakan kekerasan itu telah berubah menjadi tindakan yang harus dilakukan sebagai jalan terakhir.

Istilah “pemukulan” terhadap istri dalam ayat tersebut, meminjam istilah Nasr Hamid Abu Zaid, merupakan domain pertemuan (manthiqah al-iltiqa), yaitu domain di mana kepentingan-kepentingan Islam sebagai agama baru yang belum mapan harus berhadapan dengan tradisi yang masih dominan dan tetap ingin masyarakat Arab pertahankan.

Sementara, penyebutan “pemukulan” terhadap istri sebagai jalan terakhir, merupakan domain penyeberangan (manthiqah al-Jisr), yaitu domain dan strategi untuk mengantarkan pada pola baru yang egalitarian dalam relasi suami-istri.

Domain pertemuan sekaligus penyeberangan ini dengan begitu diperlukan sebagai masa transisi dari kenyataan-kenyataan sosio-politik yang menghalanginya untuk bergerak secara progresif.

Pada ujung ayat ini kita membaca dengan jelas, keinginan al-Qur’an agar suami tidak terus menerus menyelesaikannya dengan cara itu. “Jika mereka (istri) telah mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk membuatnya susah. Ingatlah bahwa sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.

Kalimat ini sangatlah menarik. Tuhan menyatakan Maha Tinggi dan Maha Besar. Pikiran yang jernih dan peka, akan segera mengerti bahwa dengan kalimat tersebut, Tuhan sejatinya tidak menghendaki seseorang merasa lebih tinggi dan lebih besar dari yang lain. Tuhanlah satu-satunya Yang Maha Tinggi dan Maha Besar itu. []

Tags: al-quranarabJahiliyahkekerasanmasaMengubahTradisi
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Dipaksa Menikah

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

19 Juni 2025
Perkawinan

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

19 Juni 2025
Pasangan Hidupnya

Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

19 Juni 2025
Sister in Islam

Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

18 Juni 2025
Kekerasan dalam

Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

18 Juni 2025
Pemukulan

Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Greta Thunberg

    Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berproses Bersama SIS Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ulasan Crime and Punishment: Kritik terhadap Keangkuhan Intelektual
  • Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya
  • Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID