• Login
  • Register
Senin, 16 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Trilogi Ukhuwwah Menjadi Landasan Ke-Nu-an KMaN

KMaN perlu menjadi medrasah utama dalam melahirkan individu-individu yang berkepribadian kuat dalam pergaulan dengan sesama Muslim, sesama bangsa Indonesia, dan sesama manusia.

Redaksi Redaksi
13/02/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Trilogi Ukhuwwah

Trilogi Ukhuwwah

680
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Trilogi Ukhuwwah merupakan salah satu landasan ke-NU-an KMaN. Konsep ini dikemukakan oleh KH. Ahmad Shiddiq (1926-1991) menjelang Muktamar NU ke-28 di Krapyak Yogyakarta pada tahun 1989 sebagai upaya untuk menjaga hubungan baik antara masyarakat, agama dan negara.

Prinsip dasarnya adalah warga NU perlu mampu bersahabat dengan siapa saja selagi dalam konteks kebaikan. Trilogi ukhuwwah terdiri dari:

Pertama, Ukhuwwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim). Persaudaraan ini menghendaki agar warga NU bisa bersaudara dengan sesama Islam, meksipun berbeda madzhab, organisasi, maupun partai politik dan lainnya.

Perbedaan-perbedaan tersebut tidak dijadikan alasan untuk melemahkan apalagi memecah-belah Umat, namun sebaliknya menjadi kekuatan besar untuk bersama-sama membumikan nilai-nilai Islam, terutama yang terkandung dalam prinsip sembilan Maqashid asy-Syariah di atas.

Persaudaraan sesama Muslim ini tidak sebatas emosional, namun juga secara sprititual. Keluarga Maslahah an-Nahdliyyah menjadi tempat berproses untuk menyikapi perbedaan internal umat Muslim secara arif, mencari titik temu, untuk bisa bersama membangun kehidupan yang lebih baik.

Baca Juga:

Islam Rahmatan Li Al-‘Alamin Jadi Landasan Konsep KMaN

Khalifah Fi Al-Ardl Jadi Landasan keislaman KMaN

9 Karakteristik KMaN

4 Bangunan Nilai Keluarga Maslahah An-Nahdliyyah (KMaN)

Kedua, Ukhuwwah Wathaniyah (persaudaraan sesama bangsa). Warga NU perlu memelihara persadaraan dengan sesama bangsa Indonesia melalui ukhuwwah wathaniyah ini.

Perbedaan agama, juga suku, bahasa, dan budaya tidak dipandang sebagai alasan untuk memecah belah bangsa Namun, sebaliknya menjadi modal sosial untuk memperkuat bangsa, dengan peran dan kapasitas yang berbeda-beda.

KMaN menjadi tempat belajar menyikapi perbedaan bangsa Indonesia secara arif, Budaya Indonesia, budaya Arab, dan budaya lainnya sama-sama mempunyai tempat selama mampu mengekspresikan nilai-nilai keislaman dan mengandung kemaslahatan untuk kehidupan bersama.

Keluarga menjadi tempat bagi setiap individu untuk berproses menjadi seorang Muslim tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Dan sebaliknya menjadi bangsa Indonesia tanpa kehilangan jati diri sebagai Muslim.

Ukhuwwah Insaniyah

Ketiga, Ukhuwwah Insaniyah (persaudaraan sesama manusia). Persaudaraan ini menghendaki agar perbedaan-perbedaan agama, suku, bangsa tidak melemahkan sesama manusia.

Bahkan sebaliknya menjadi modal dasar untuk saling bersinergi mewujudkan kemaslahatan dan menghapuskan kemafsadatan di berbagai level kehidupan terutama dalam pergaulan global.

Hal ini sebagaimana ungkapan terkenal Sahabat Ali bin Abi Thalib bahwa “Dia yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan.”

KMaAN menjadi tempat berproses untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan menjadikannya sebagai cara pandang dalam melihat setiap persoalan manusia.

Trilogi ukhuwwah terinspirasi pandangan Imam al-Ghazali tentang adanya tiga jenis tetangga. Pertama, tetangga yang satu keluarga dan satu agama. Baginya, ada hak tetangga, hak keluarga, dan hak saudara seagama.

Kedua, tetangga yang satu agama tetapi tidak satu keluarga. Baginya, ada hak tetangga dan hak saudara seagama.

Ketiga, tetangga yang bukan saudara dan beda agama. Baginya, ada hak tetangga untuk diperlakukan secara baik, disapa, dikunjungi, dan tidak disakiti, atau diperlakukan secara zalim dan tidak adil.

Pandangan ini menjadi landasan rumusan Trilogi Ukhuwwah yang diadopsi NU untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.

KMaN perlu menjadi medrasah utama dalam melahirkan individu-individu yang berkepribadian kuat dalam pergaulan dengan sesama Muslim, sesama bangsa Indonesia, dan sesama manusia.

Trilogi Ukhuwwah ini juga menjadi landasan bagi rumusan hubungan dan pergaulan washlahah yang bertumpu pada sembilan Maqashid asy-Syari’ah. Sehingga bisa melahirkan kemaslahatan maksimal, baik untuk internal anggota keluarga, maupun seluruh masyarakat, bangsa, dan manusia bahkan alam. []

Tags: KMaNlandasanNUTrilogi Ukhuwwah
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Kehidupan Rumah Tangga

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

16 Juni 2025
Tanggung Jawab Perkawinan

Tanggung Jawab Pasangan Suami Istri dalam Menjaga Perkawinan

15 Juni 2025
Suami

Pentingnya Komitmen Suami dan Istri dalam Kerja Domestik dan Publik

14 Juni 2025
Perkawinan yang Kokoh

Bagaimana Mewujudkan Perkawinan yang Kokoh dan Penuh Kasih Sayang?

14 Juni 2025
Relasi Suami dan Istri

Ayat Al-Qur’an tentang Relasi Suami dan Istri

14 Juni 2025
Difabel

Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja

13 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tragedi Pemerkosaan

    Negara Amnesia, Korban Masih Terjaga: Kami Menolak Lupa atas Tragedi Pemerkosaan 98

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mari Berani Bersuara Melawan Catcalling di Ruang Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penulisan Ulang Sejarah Indonesia: Peminggiran Sejarah Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas
  • Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan
  • Penulisan Ulang Sejarah Indonesia: Peminggiran Sejarah Perempuan
  • Tanggung Jawab Pasangan Suami Istri dalam Menjaga Perkawinan
  • Mari Berani Bersuara Melawan Catcalling di Ruang Publik

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID