• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Belajar Toleransi dan Menerima Semua Perbedaan dari Bapak

Dengan kebiasaan untuk sikap saling menghargai, toleransi dan menghormati mereka yang berbeda agama, membuat aku tumbuh menjadi anak yang menerima perbedaan ini sebagai sebuah keniscayaan

Siti Miratul Masfufah Siti Miratul Masfufah
28/12/2023
in Personal
0
Toleransi dan Perbedaan

Toleransi dan Perbedaan

964
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sejak kecil, aku adalah anak yang sering diajak oleh bapak untuk belajar toleransi dan mengenal semua perbedaan itu dengan memberikan praktik secara langsung.

Misalnya, aku masih ingat saat bapak mengenalkan aku kepada teman-teman bapak yang berbeda agama, baik mereka yang beragama Katolik, Kristen ataupun Hindu.

Ada salah satu perkataan bapak yang masih aku ingat betul. Bapak pernah mengatakan:

“Indonesia itu negara yang beragam. Dengan keberagaman ini, maka bapak sengaja kenalkan kamu kepada teman-teman bapak yang beragam Katolik, Kristen dan Hindu. Serta ada juga teman bapak yang menjadi pendeta. Harapan dengan dikenalkan ini, agar kamu sadar bahwa mereka adalah saudara kamu yang harus kamu hormati.”

Sejak itu lah, pikiran dan cara pandang aku kepada mereka yang berbeda mulai terbuka. Aku tidak lagi merasa takut berteman dengan mereka yang berbeda agama. Karena seperti kata bapak, mereka yang berbeda adalah saudara kamu yang harus kamu hormati.

Baca Juga:

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

Hadiri Pernikahan di Gereja

Dalam suatu waktu, bapak juga pernah mengajak aku untuk pergi ke acara pernikahan teman bapak di salah satu gereja di lingkungan rumah. Ajakan bapak untuk hadir dalam pernikahan ini bukan tanpa alasan. Bapak justru ingin aku lebih akrab dan dekat dengan mereka yang berbeda.

Benar saja, saat aku ikut dan menyaksikan akad pernikahan di gereja, sambil bisik-bisik, bapak mengatakan, “orang Islam masuk ke gereja itu enggak apa-apa. Karena masuk gereja, bapak yakin enggak akan mengubah keimanan kamu. Contohnya kayak bapak, bapak biasa aja. Iman bapak juga enggak berubah.”

Bahkan, bapak juga mempertegasnya, bahwa masalah keimanan dan keyakinan itu kembali kepada diri masing-masing.

Dengan kebiasaan untuk sikap saling menghargai, toleransi dan menghormati mereka yang berbeda agama, membuat aku tumbuh menjadi anak yang menerima perbedaan ini sebagai sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita tolak dan hindari.

Bahkan dengan semua berbedaan ini, membuat aku lebih mencintai Indonesia. Karena aku yakin bahwa Tanah Air Indonesia merdeka bukan hanya berkat perjuangan orang Islam saja. Melainkan beberapa pejuang dan pahlawan dari berbagai agama juga ikut memperjuangkan bangsa Indonesia untuk merdeka.

Melansir dari Tirto.id, dari 173 daftar pahlawan nasional, sebanyak 134 orang memeluk Islam, lalu 22 orang Kristen, 8 orang Katolik, 6 orang Hindu, dan 3 orang penghayat kepercayaan.

Dari data tersebut, bagi saya hanya bagian kecil yang tercatat, karena saya meyakini bahwa masih banyak masyarakat dari berbagai agama yang ada di Indonesia ikut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Oleh sebab itu, dengan pondasi yang telah bapakku berikan di atas, benar-benar menjadi teladan terbaik untuk kehidupanku. Aku lebih mudah dekat dan akrab dengan semua orang dari berbagai agama.

Perayaan Natal

Termasuk saat perayaan Hari Natal, pada 25 Desember 2023 kemarin, biasanya saat aku berada di rumah, aku sering diajak bapak untuk berkunjung dan memberikan hadiah kepada teman-teman bapak yang beragama Kristen.

Praktik baik ini, bahkan dilakukan sebaliknya. Teman-teman bapak yang beragama Kristen juga kerap mengirimkan makanan saat kami merayakan Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha.

Saya sangat bersyukur dapat hidup di lingkungan yang sangat menanamkan sikap saling toleransi dan menerima semua perbedaan ini dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Maka dengan begitu, karena ini masih momen di Hari Natal, saya ucapakan selamat Hari Natal untuk teman-temanku umat Kristiani. Semoga Natal di tahun ini selalu diberikan kedamaian dan kasih di hati maupun di bumi. []

Tags: BapakbelajarMenerimaperbedaantoleransi
Siti Miratul Masfufah

Siti Miratul Masfufah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID