• Login
  • Register
Jumat, 1 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Berkurban untuk Keberlanjutan

Ghina Rahmatika Ghina Rahmatika
01/08/2020
in Aktual, Featured, Rekomendasi
0
Ilustrasi NBU

Ilustrasi NBU

934
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Hari berqurban telah dilaksanakan kemarin hingga dua hari ke depan. Sejak hari itu, dipastikan setiap hewan yang di sembelih sudah berada di tempat-tempat penyembelihan hewan maupun di masjid-masjid. Prosesi penghormatan berupa persembahan hewan menjadi perayaan bagi umat islam, terutama sekali bagi kaum dhuafa. Perayaan untuk menikmati segigit-dua gigit daging.

Mendekat kepada Allah memang memiliki banyak cara. Qurban yang bermula dari kisah Nabi Ismail menunjukkan bahwa bukti bahwa seorang hamba yang beriman perlu menunjukkan sebuah persembahan. Qurban adalah salah satu persembahan yang dianggap terhormat dan mulia. Karena dalam sejarahnya bahkan Nabi Ibrahim diminta Allah untuk mengorban Nabi Ismail yang padahal sudah lama ia nanti-nantikan.

Berbicara tentang Qurban justeru mengingatkan saya pada seorang teman yang memilih hidup sebagai seorang vegan. Tentu ada banyak alasan. Tapi, yang membuat saya tercengang ketika dia mulai mempersoalkan tentang dampak negatif dari penyembelihan hewan baik terhadap alam maupun lingkungan.

Saat bulan ramadan kemarin saya mengikuti Tadarus Lingkungan yang diadakan oleh PCINU Belanda dengan narasumber seorang Mahasiswa Indonesia yang sedang mengambil kuliah jurusan Animal Production System di Wageningen University, beliau juga dosen di IPB. Ialah Mbak Windi Al Zahra.

Pemaparan Mbak Windi sangat gamblang dan detail menjelaskan tentang enviromental sustainability pada hewan, sapi terutama. Beliau memaparkan tentang berbagai kebutuhan yang dibutuhkan oleh satu ekor sapi untuk menjadi sapi yang gemuk. Yang berarti terpenuhi nutrisinya dan tercukupi segala kebutuhannya. Baik makanan yang sehat, kebersihan yang terjaga maupun lingkungan yang mendukungnya sehingga menjadi sapi yang gemuk dan sehat.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok
  • 4 Solusi Alternatif untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Pesantren
  • Konflik Relasi Ibu dan Anak Perempuan (dewasa) nya
  • Ini 4 Tips Mencegah Kekerasan Seksual di Kampus

Baca Juga:

Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok

4 Solusi Alternatif untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Pesantren

Konflik Relasi Ibu dan Anak Perempuan (dewasa) nya

Ini 4 Tips Mencegah Kekerasan Seksual di Kampus

Sapi yang gemuk dan sehat merupakan salah satu syarat terpilihnya sapi untuk disembelih. Nyatanya, dibalik sapi yang gemuk tersebut ada proses-proses yang bisa memberikan banyak hikmah dan pelajaran kepada kita. Bumi kian kemari kian panas. Ternyata salah satu penyebabnya, menurut Gerber hal tesebut terjadi salah satunya karena kontribusi dari peternakan. Sektor peternakan berkontribusi 7,1 juta ton karbondioksida equaivalent per tahun, atau 14,5 persen dari kontribusi aktivitas manusia.

Sumber daya itu terbatas keberadaannya. Penggunaannnya tidak boleh melebihi kapasitas regeneratif dan absortif. Jadi, bisa saja SDM meregenerasi dirinya sendiri, tapi ada kapasitas yang tidak bisa diyakini, bahwa generasi-generasi berikutnya itu juga harusnya dipastikan untuk dapat menikmati sumber daya yang ada saat ini. Dengan keadaan seperti sekarang ini, apakah masih mungkin?

Untuk makan satu iris daging sapi ataupun segelas susu sapi prosesnya ternyata sangat panjang dan kompleks. Mulai dari hulu, pakannya sapi. Untuk memproduksi pakan maka perlu adanya pembakaran. 70 persen dari lahan pertanian yang ada di dunia ini diperuntukkan untuk peternakan. 8 persen dari air yang ada di dunia ini diperuntukkan bagi peternakan. Air dan lahan itu adalah sumber daya, jika tidak dikelola dengan baik maka sumber daya tersebut akan habis. Dan, sumber daya yang kita gunakan saat ini memiliki emisi lewat udara, air dan tanah.

Dari secuil penjelasan Mbak Windi yang saya kutip, saya menjadi paham kenapa begitu banyak orang-orang yang kemudian tertarik pada gaya hidup vegan maupun berjuang demi keberlanjutan lingkungan. Lalu bagaimana Qurban memberikan pemahaman kita dalam hal ini?

Melihat konteks persembahan dalam hal berkurban, Quraish Shihab mengingatkan bahwa inti utama dari pelaksanaan qurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan kurban hanyalah salah satu darinya. Bahwa sebenarnya tujuan dari kurban adalah membantu orang-orang yang kesulitan, bukan sekadar menyembelih.

Dalam keadaan seperti sekarang ini, pandemi telah menjadikan banyak sekali orang-orang yang berada dalam kesulitan. Momen Idul Adha pun memberikan pemikiran bagi para ulama untuk mengganti Kurban daging dengan uang. Meski, kesepakatan para ulama tetap mengharuskan kurban berupa hewan ternak, entah sapi ataupun kambing.
Tidak dipungkiri, daging merupakan salah satu dari banyaknya kebutuhan manusia. Namun, selain itu, masih banyak kebutuhan manusia yang berasal dari alam ini.Sementara itu, keberlanjutan alam adalah kebutuhan utama yang berdampak bagi seluruh makhluk, tak hanya sekadar manusia.

Maka, sebagai seorang yang berakal, setidaknya kita mencoba menyelaraskan pemikiran dan keadaan yang muncul saat ini. Jika memang keadaannya mengharuskan kita untuk berkurban dengan hewan ternak. Melihat konteks ‘mengurangi kesulitan’ yang dipaparkan oleh Quraish Shihab, kita juga dapat meletakkannya pada posisi alam. Sehingga, kita pun perlu melakukan langkah berkurban untuk mengurangi kesulitan yang akan dialami bumi dari berkurban.

Oleh karena itu, dalam berkurban kali ini, semoga kita dimampukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan cara meletakkan kesalingan pada manusia, alam dan Tuhan. Mengurangi kesulitan pada sesama manusia dalam hal ini dengan memberikan daging pada mereka yang berhak, melakukan protokol dengan baik, dan bijak mengkonsumsi dengan tetap memperhatikan kebutuhan tubuh. Selain itu, mengurangi kesulitan kelak pada alam pun perlu dipikirkan, seperti dengan mengurangi sampah, memilih barang-barang perlengkapan yang lebih mudah terurai, serta menjaga kebersihan juga tentunya. []

Ghina Rahmatika

Ghina Rahmatika

A mom who likes keeping memories and words by writing

Terkait Posts

Femisida

Feminisida: Pelenyapan Nyawa yang tidak Netral Gender

1 Desember 2023
Muktamar Pemikiran NU

Hadapi Tantangan Abad ke-2: Lakpesdam Menyelenggarakan Muktamar Pemikiran NU

30 November 2023
Kekerasan Israel

Menguak Dalih Kekerasan Israel lewat Topeng Agama

30 November 2023
Tragedi Kanjuruhan

Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan: Air Mata Ibu Tak Akan Pernah Reda

29 November 2023
Bojo Jangkrik

Dongeng tentang Bojo Jangkrik

28 November 2023
Gadis Kretek

Dari Gadis Kretek Hingga Gadis Kritik: Suara Emansipasi Perempuan untuk Peradaban Berkeadilan

27 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anxiety

    Menyikapi Anxiety dengan Romanticizing Life ala Stoicisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Pendekatan Tafsir Ala Qiraah Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Fadilah Munawwaroh: Ulama Perempuan Muda yang Aktif Menyuarakan Bahaya Perkawinan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Hanya Perempuan, Laki-laki juga Rentan Menjadi Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok
  • 4 Solusi Alternatif untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Pesantren
  • Konflik Relasi Ibu dan Anak Perempuan (dewasa) nya
  • Ini 4 Tips Mencegah Kekerasan Seksual di Kampus
  • Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist