• Login
  • Register
Sabtu, 12 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Menemukan Self Healing dalam Lagu-lagu Nadin Amizah

Sebagai musisi, Nadin Amizah hanya berharap karya-karyanya akan bisa dinikmati dan menetap lama di hati para penikmat musiknya. Ia umpamakan sebagai sebuat tempat yang nyaman bagi setiap orang.

Sari Narulita Sari Narulita
05/02/2021
in Pernak-pernik
0
Nadin Amizah

Nadin Amizah

352
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Nama Nadin Amizah mungkin saja belum cukup masyhur di seluruh lapisan masyarakat penikmat musik Tanah Air. Tapi bagi generasi milenial penikmat musik-musik indie khususnya, nama gadis berusia 20 tahun itu cukup dikenal sangat baik. Setidaknya itu terlihat setiap kali ia manggung secara live, fans yang mayoritas berasal dari kalangan anak-anak muda selalu datang menghampiri. Pun dengan konser virtual yang digelar November 2020 lalu, yang juga diramaikan fans mudanya.

Lirik-lirik puitis dan sarat makna yang menjadi ciri khas Nadin Amizah banyak disebut menjadi daya pikat utama yang berhasil mencuri perhatian pendengar musik. Pada lagu Seperti Tulang misalnya, Nadin menulis begini:

Kecil, wajahmu meraut sedih// Siapa yang berlayar pergi// Melatihmu sendiri// Menertawakan sunyi // Sampai lupa// Terbiasa perih

Dalam karya-karyanya yang lain seperti Rumpang, Sorai, Mendarah, Amin Paling Serius, Taruh, Bertaut, serta yang lainnya pun, tidak putus-putus Nadin torehkan kalimat-kalimat puitis diiringi suara dan instrumennya yang khas.

Cara Nadin Amizah bertutur yang demikian itu rupanya acap dijadikan media refleksi dan curahan hati bagi banyak orang. Kolom komentar pada setiap lagu yang ia rilis di kanal youtube-nya selalu banjir dengan cerita masing-masing orang. Pada lagu Bertaut yang diunggah pada November 2020 dan sudah ditonton 9 juta kali, misalnya,  sudah dipenuhi 13 ribu komentar berisi curhatan hati para penikmat karya-karya Nadin. Tiga di antaranya menuliskan begini:

Baca Juga:

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

Tetap Kecewa, Apa yang Salah dengan Self Healing Kita?

Memaknai Kata Merayakan, dari Lagu Semua Aku Dirayakan Karya Nadin Amizah

Apakah Pernikahan Masih Relevan di Zaman Now?

“Boleh cerita? Mamahku sakit, udah jalan 9 tahun. Dan syarat biar gak ‘kumat’ sakit parahnya, Mamah nggak boleh pusing, dan selama 9 tahun ini juga aku bungkam …”

“Nadin, aku kehilangan Ibu untuk selamanya di umur 11 tahun. Ketika aku belum terlalu paham pentingnya kasih ibu. Aku masih seorang bocah laki-laki yang senang bermain dengan temannya. Setelah lepas dari SMP aku sadar, ketika ingin mendaftar SMA, aku pergi sendiri. Saat itu aku terhenyak, aku sendiri, yang lain bersama keluarga… Aku tidak pernah menyalahkan Tuhan karena telah memanggil Ibu duluan. Aku hanya rindu dengan segala pelukannya. Tenang di sana ya Bu.” 

“Nadin, patah hati terberat adalah ibu yang semakin menua, dan kita belum jadi apa-apa.”

Ungkapan-ungkapan perasaan tersebut jelas memperlihatkan bahwa banyak penikmat karya-karya Nadin Amizah menjadikannya sebagai media self healing. Satu sama lain saling menceritakan persoalan hidup, baik yang selama ini dipendam sendirian sampai persoalan yang berlarut-larut karena belum bisa teratasi.

Dan kita semua tahu bahwa saat mengalami masalah, merasa tertekan, sangat normal jika seseorang menarik diri, kesulitan menyampaikan apa yang dirasakannya. Karenanya ketika seseorang menemukan wadah untuk memperbaiki keadaan rasa dan suasana hatinya, dalam sekejap persoalan yang terendap tersebut memancar keluar dengan sendirinya.

Mengungkapkan perasaan hati, jelas memberi rasa tenang, tidak merasa sendirian, merasa mendapat dukungan dari orang sekitar, walaupun mungkin orang yang mendengar cerita kita tidak begitu mengerti dengan apa yang kita ceritakan. Namun setidaknya dengan bercerita, membuat perasaan kita lega. Beban berat yang selama ini bersemayam di relung hati telah berhasil keluar sehingga tidak lagi menyumbat perasaan.

Dalam lagu lain bertema Sorai, satu dari delapan ribu komentar di kanal Youtube Nadin Amizah, kembali seseorang menceritakan ihwal persoalan hidupnya, namun ia pun merasa menemukan kekuatan setelah mendengar lagu tersebut.

“Sorai, mengajakku kembali pada kisah tujuh tahun lalu, tepat dengan waktu di saat orangtuaku saling memutuskan untuk tidak lagi bersatu. Ayahku lebih membunuh perasaannya kepada Ibu yang kemudian dilabuhkan pada sosok yang baru. Hingga Ayah tiada, pada akhirnya ibu baru bisa benar-benar mematikan rasa dan merelakan segala. Nadin, aku sudah sangat berterimakasih dengan Rumpang-mu yang lalu, dan kini rasa cintaku kembali bersemi pada hasil karyamu yang lagi-lagi ‘sangatlah aku’. Kamu hebat Nadin!”

Sorai adalah single kedua setelah Rumpang. Sorai sendiri tidak ada dalam KBBI, namun Nadin Amizah mengaku mengutipnya dari kata sorak-sorai, yang ia artikan sebagai teriakan pekik perayaan. Ia memaksudkan hal tersebut sebagai makna merayakan perpisahan. Nadin Amizah mengungkapkan bahwa perpisahan tak melulu harus dilalui dengan kesedihan. Oleh karena itu, para penggemar karya-karya Nadin pun berbondong-bondong memakai Sorai dalam setiap momen perpisahan dalam hidup mereka yang beragam.

Kendati gelombang ekspresi perasaan dan pengalaman hidup para penggemar dan penikmat karya-karya Nadin Amizah masih terus mengalir, sejatinya musikus muda ini tak memaksudkan karya-karyanya untuk hal tersebut. Sebab, kepada khalayak ramai ia kerap bercerita bahwa lagu-lagu yang ia tulis sebenarnya, berasal dari pengalaman pribadinya. Bahkan tidak satu pun lagu yang ia karang-karang.

Sebagai musisi, Nadin Amizah hanya berharap karya-karyanya akan bisa dinikmati dan menetap lama di hati para penikmat musiknya. Ia umpamakan sebagai sebuat tempat yang nyaman bagi setiap orang. “Bisa jadi kamar, meja makan, atau tempat dimana kita bisa buka-bukaan rasa sakit dan segala macam perasaan lainnya,” terang Nadin dalam sebuah wawancara yang saya kutip dari mousaik.com.

Selain perkara di atas, melihat antusiasme dan sikap para penikmat karyanya yang demikian, tak heran bila Nadin Amizah pun mampu meraih piala Anugerah Musik Indonesia (AMI) Award 2020 dengan kategori Album Terbaik-Terbaik, Album Pop Terbaik dan Produksi Folk/Country/Balada Terbaik untuk lagu Bertaut.  Kekhasan dan kekuatan yang terjalin dalam lirik, instrumen dan cara bernyanyi bak bertutur langsung kepada pendengar, membuat banyak orang selalu menunggu ia terus kembali mengeluarkan karya-karyanya yang apik. []

Tags: Generasi MilenialMusik dan NyanyianNadin AmizahSelf Healing
Sari Narulita

Sari Narulita

Staff Program Alimat Jakarta

Terkait Posts

Ayat sebagai

Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

12 Juli 2025
Hak Perempuan

Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

12 Juli 2025
Setara

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

12 Juli 2025
Gender

Islam dan Persoalan Gender

11 Juli 2025
Tauhid

Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

11 Juli 2025
Tauhid dalam Islam

Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

11 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Isu Disabilitas

    Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Persoalan Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga
  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID