• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Merawat Kasih Sayang Ala Nabi

Zain Al Abid Zain Al Abid
19/02/2020
in Hikmah
0
23
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kohesi sosial masyarakat saat ini sedang terkoyak, terlebih bersinggungan langsung dengan isu agama. perbedaan tafsir dan pemahaman sebuah teks lantas menjadi pembeda untuk saling menjatuhkan bahkan menyalahkan yang lain. Terjadinya pelarangan ibadah umat lian, perusakan rumah ibadah, caci maki yang berbeda pendapat bahkan sampai kejahatan teror masih kerap kita alami dan temui di negeri ini.

Jelas hal ini kontradiktif dengan ajaran Islam. Umat Islam Indonesia harus bisa mengedepankan nilai keberislaman yang ramah, mengedepankan persaudaraan, kasih sayang dan cinta perdamian. Pandangan etika terhadap relasi beragama harus mampu memberikan kesejukan yang merujuk pada akhlak Nabi Muhammad.

Hal ini jelas diamanatkan Allah untuk Rasulullah Nabi Muhammad SAW  yakni untuk menebarkan kasih sayang bagi alam semesta. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al Anbiya ayat 107. 

Wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘alamin

“Allah swt tidak mengutusmu Muhamad kecuali untuk menebar kasih sayang”.

Baca Juga:

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

KB dan Politik Negara

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

5 Jenis KB Modern

Bahkan ketika Nabi direndahkan dan diancam tapi tidak membalasnya dengan hal serupa. Nabi tidak diutus untuk melaknat, mengutuk atau mencaci maki yang liyan, tetapi Nabi  diutus untuk menebar kasih sayang.  Ma buistu laanan. wainnama buistu rahmatan.

Ada kisah menarik yang jelaskan dalam kitab Fannutta`amul Annabawi Ma`a Ghoiril Muslimin karya Syeikh Dr. Rogib Assurjani, Mesir yang membabarkan keseharian Nabi dalam bersosialisasi dengan umatnya  kaum non muslim.  Pada suatu hari Siti Aisyah mendapati seseorang mengetuk pintu rumahnya seraya ingin bertamu. Namun ada hal yang janggal di mata istri Nabi itu, sang tamu tidak mengucapkan salam selayaknya sesama muslim.

“Assamu `alaikum” ucap sang tamu dengan suara kerasnya.

Siti Aisyah merasa tidak nyaman dengan pernyataan ini, menurutnya ini adalah penghinaan untuk keluarganya.

“wa`alaikumussam wa laknatullah,” dengan reflek Siti Aisyah membalas ucapan sang tamu.

Saat mendengar dialog tersebut, Nabi keluar dari kamar dan merespon percakapan itu

“Aisyah tenang saja jangan emosional. Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan di dalam semua hal.” Jelas Nabi.

“Hindarilah melakukan kekerasan dan jangan berkata-kata kasar dan buruk”.Nabi berusaha mengingatkan dan  menenangkan Siti Aisyah.

Lalu Aisyah bertanya pada Rasul, “Rasul tidakkah engkau mendengar apa yang dia (tamu) katakan begitu kasar?.

“Aku sudah menjawabnya dengan kalimat Waalaikum,” tukas Nabi.

Namun Nabi tidak serta merta membalasnya dengan hal yang sama, hanya menjawabnya dengan “wa’alaikum”. Dengan kelembutannya Nabi, orang Yahudi itu meminta maaf, mengakui perangai Nabi yang sangat santun dan menyadari kekeliruannya seraya bertaubat dan masuk Islam.

Belakangan diketahui bahwa tamu itu adalah sekolompok Yahudi yang sengaja datang kekediaman Nabi untuk menghardik keluarganya. Kalimat Assamu `alaikum adalah bahasa metafor bermakna “semoga kamu mati atau binasa” yang ditunjukkan untuk keluarga Nabi. Seketika  Aisyah membalasnya dengan kalimat wa`alaikumussam wa laknatullah “semoga kamu juga binasa dan Allah melaknatmu.”

Dari kisah ini menggambarkan Nabi faham betul jika sang Yahudi itu dibalas dengan keburukan lainnya, mereka akan meneguhkan persepsinya akan kejelekan Nabi bahkan akan lebih dari ini. Namun Nabi membalasnya dengan kesantunan, sehingga terbukti mereka menyadari kesalahannya tanpa pedang.

Kaidah sufi mengatkan Al insanu majbulun bihubbi ahsana ilaihi. Wabughduman asa ilaihi. Bahwa manusia diberi karakter senang terhadap orang yang berbuat baik kepada dirinya. Dan tidak menyukai orang yang berbuat jahat kepada dirinya.

Oleh karena rasa kasih sayang kepada Allah menjadi karakter Nabi, maka dia memberikan tutur kata laku yang lembut. Adalah sebuah keharusan setiap manusia untuk saling menyayangi satu dengan yang lainnya baik seiman maupun tidak. Perbedaan pandangan hal yang wajar bisa diselesaikan dengan dialog yang baik.

Imam Bukhori meriwayatkan dalam kitab shahihnya, “Seorang muslim adalah orang yang tidak melukai saudara muslim lainnya baik dengan lisan dan tangannya, orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan larang Allah SWT. (HR. Bukhori)

Yuk, mulai sekarang kita hijrah saling merawat relasi umat beragama kita dengan mengedepanakan kasih sayang, empati, berbuat baik kepada siapapun. Tidak menggunakan kekerasan, pemaksaan kehendak, teror, persekusi, ujaran kebenciaan apalagi teror. Karena inti ajaran islam adalah kasih sayang bagi seluruh alam. []

Zain Al Abid

Zain Al Abid

Zain Al Abid. Penulis merupakan Staf Fahmina Institute Cirebon, Alumnus ISIF Cirebon dan Pondok Darussalam Buntet Pesantren.

Terkait Posts

KB dan Politik

KB dan Politik Negara

22 Mei 2025
KB Modern

5 Jenis KB Modern

22 Mei 2025
Kontrasepsi

Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

22 Mei 2025
Azl menurut Fiqh

KB dalam Pandangan Fiqh

21 Mei 2025
Hadits-hadits Membolehkan Azl

Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

21 Mei 2025
Azl dilarang

Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jalan Mandiri Pernikahan

    Jalan Mandiri Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah untuk Si Bungsu: Budaya Nusantara Peduli Kaum Rentan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Jenis KB Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud
  • KB dan Politik Negara
  • “Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan
  • 5 Jenis KB Modern
  • Jalan Mandiri Pernikahan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version