Mubadalah.id – Perceraian pada saat ini semakin marak terjadi, baik di kalangan masyarakat biasa maupun public figure. Faktor yang melatarbelakangi bermacam-macam. Ada yang masalah ekonomi, tidak adanya keharmonisan, tidak adanya tanggung jawab, KDRT, poligami, dan kecemburuan. Bahkan ada yang penyebabnya karena orang ketiga.
Selain itu faktor yang tertinggi di Indonesia ini adalah karena tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga. Tentu menjadi sebuah pertanyaan tersendiri bagaiana pengasuhan anak karena perceraian orang tua atau broken home itu.
Dalam sebuah pernikahan ada ikatan yang sangat kokoh antara kedua belah pihak suami dan istri yaitu Mitsâqan ghalîzhan “perjanjian yang kuat dalam ikatan perkawinan”. Kita dapat mengaraikannya sebuah ikatan yang suci dan kuat antara anak manusia.
Begitulah Allah menggambarkan sebuah pernikahan. Di mana tidak ada yang dapat memisahkan suami istri kecuali maut yang memisahkan. Namun kenyataan berakhirnya perkawinan karena perceraian jumlahnya sangat banyak dan pastinya dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Pandangan Islam
Meskipun islam memperbolehkan perceraian, tindakan perceraian adalah tindakan yang tidak disukai oleh Allah. Terkadang perceraian mungkin yang sering terjadi karena masalah sepele, atau tidak mendasar. Dengan maraknya kasus perceraian bisa jadi kurang pahamnya suami dan istri dalam memahami makna pernikahan. Atau bisa juga karena pernikahannya hanya berlandaskan cinta. Bukan karena takwa, maslahah dan makruf.
Dampak Broken Home
Bagi kedua belah pihak, seperti suami atau istri, merasakan dampak dari perceraian. Namun yang paling khusus adalah anak-anak dari pasangan yang sudah memiliki anak. Lebih miris lagi jika anaknya masih berusia sangat kecil dan sangat membutuhkan pengasuhan yang intens serta kasih sayang yang penuh dari sosok ibu dan ayah. Tentunya dengan adanya perceraian ini akan berdampak kepada tumbuh dan kembang si anak.
Konflik karena perceraian orang dewasa, tentunya juga akan berdampak pada kualitas generasi muda di masa mendatang. Banyak anak yang menjadi korban perceraian mengembangkan sikap yang kurang baik. Penyebabnya, karena kurangnya pengasuhan intensif dari orang tua mereka. Yakni dengan alasan bahwa mereka adalah korban perceraian.
Namun hal tersebut tidak bisa kita terima begitu saja, bagaimanapun sang orang tua anak harus memahami betul tanggung jawabnya sebagai orang tua. Meskipun dia telah melepaskan diri dari status pernikahan bersama mantan pasangannya.
Pengasuhan Bersama
Orang tua yang bercerai harusnya menyadari pentingnya pengasuhan anak bersama. Bahwa Pengasuhan anak broken home adalah tanggug jawab bersama, bukan hanya satu pihak saja. Meskipun keduanya sudah berpisah namun tetap harus memberikan kasih sayang yang sama rata.
Begitupun para orang tua juga disarankan untuk menghindari sikap Intimidatif yang memberikan pilihan kepada anaknya ingin ikut dengan siapa. Sebaiknya orang tua tetap bekerja sama memberikan kasih sayang dan mendampingi anak hingga dewasa.
Menurut Pribudiarta Nur Sitepu, Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PP-PA), orang tua yang bercerai harus tetap menjaga hubungan baik dengan anak mereka, Termasuk mengatur pengasuhan anak. Hal ini penting dilakukan karena dampak psikologis dan potensi kekerasan yang dapat ditimbulkan oleh perceraian terhadap anak.
Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak, setiap anak berhak atas hak bermain, pendidikan, kesehatan, dan nafkah dari kedua orang tuanya. Karena itu, keduanya wajib memenuhi hak-hak anak dan memberikan waktu yang seimbang.
Pandangan Ulama Perempuan mengenai Pengasuhan Anak Broken Home
Hal senada Nyai Hj. Umi Hanik sampaikan dalam buku Menyelami Telaga Kebahagiaan:
“Perpisahan kedua orang tua tidaklah memutuskan hubungan tanggung jawab kepada anaknya. Pendidikan anak tetap menjadi tanggung jawab keduanya. Seorang bapak tidak boleh begitu saja melepaskan tanggung jawab terhadap anaknya meskipun telah berpisah dengan istrinya.
Jika di dalam persidangan ada seorang anak yang masih bayi ada hak perwalian terkait pengasuhan, dan seorang bapak wajib memenuhi kewajibannya. Karena tidak sedikit masyarakat yang memiliki asumsi bahwa dengan adanya perceraian maka lepaslah juga seluruh tanggung jawabnya, termasuk kepada anaknya. Padahal tidak demikian, tanggung jawab, pendidikan, pengasuhan, pendidikan anak tetap melekat menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya.” []