• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Profil Fatima Mernissi: Pemikir Perempuan dari Maroko

Fatima Mernissi lahir dan dibesarkan di dalam lingkungan yang sangat ketat dalam memegang tradisi pemisahan laki-laki dan perempuan.

Mubadalah Mubadalah
10/03/2017
in Figur
0
Fatima Mernissi

Fatima Mernissi

66
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Fatima Mernissi lahir pada tahun 1940 di Maroko, tepatnya di kota Fez. Fatima Mernissi lahir dan dibesarkan di dalam lingkungan yang sangat ketat dalam memegang tradisi pemisahan laki-laki dan perempuan, disertai pembedaan hak-hak antara laki-laki dan perempuan.

Ayahnya sendiri semenjak kecil telah menanamkan ajaran kepadanya bahwa Allah telah memisahkan laki-laki dan perempuan sejak menciptakan langit dan bumi. Kenyataan tersebut membuat Mernissi selalu gelisah. Saat masih belia dan sekolah Al-Qur’an, Lala Tam—kepala sekolah—selalu mengatakan bahwa pendidikan bertujuan mengetahui hudûd (hudud). Menjadi muslim berarti menghormati hudud. Tetapi persoalan hudud ini justru  sangat membingungkan Mernissi, karena jawaban-jawaban yang diperoleh tidak memuaskannya. Para guru di sekolah lebih menekankan pelajaran pada kefasihan melafalkan Al-Qur’an dengan tanpa menerangkan artinya.

Beruntung Mernissi mempunyai nenek yang bijak, Lala Yasmina, yang banyak memberikan pencerahan dan menenangkan hatinya. Sang nenek membimbingnya dengan kisah-kisah sejarah yang indah, yakni riwayat hidup Rasulullah Saw dan ajaran Islam yang penuh cinta kasih. Melalui bimbingan Yasmina inilah mulai terbuka cakrawalanya tentang tradisi atau perilaku di masyarakat yang banyak memojokkan perempuan. Di situlah timbul semangat Mernissi untuk membongkar tradisi yang tidak adil tersebut.

Di sekolah menengah, Mernissi kembali menemui persoalan yang menggelisahkan. Pelajaran hadis yang diterima dari guru membuat hatinya terluka, seperti hadis yang menyatakan bahwa anjing, keledai, dan perempuan dapat membatalkan shalat jika melintas di depan orang yang shalat. Juga hadis tentang ketidakjayaan akan dialami suatu bangsa jika menyerahkan urusannya kepada perempuan. Hadis-hadis seperti ini betul-betul menggusarkan hatinya, karena bagi Mernissi, tidak mungkin Nabi Muhammad yang sangat penyantun itu mengucapkan sabda yang menyakitkan hati seperti itu.

Latar belakang keluarga dan pengalaman yang dialaminya itu akhirnya mengkristal dan memberikan semangat pada dirinya untuk menemukan penyelesaian dan memperjuangkan hak-hak perempuan. Tekadnya semakin kuat ketika ia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan sampai tingkat tinggi di bidang sosiologi dan politik di Universitas Muhammad V Maroko, di mana di kemudian hari Mernissi menjadi guru besar di sana. Dengan modal semangat dan pendidikan tersebut, Mernissi mulai melakukan kajian-kajian mengenai gender, pranata sosial-politik, status perempuan dan lainnya.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Profil Fatima Mernissi terepresentasikan dari upayanya yang berusaha menjernihkan pemahaman terhadap konsep-konsep agama. Fatima Mernissi khususnya menjernihkan masalah kesetaraan laki-laki dan perempuan, sehingga bisa tetap relevan di tengah-tengah tuntutan antara tradisi dan modernisasi. Ia pun mengikuti pola kritis dan analisis historis.

Fatima Mernissi memulai kajiannya dengan mempertanyakan hal-hal yang merisaukan, dan pertanyaan pa,ing mendasar seperti mungkinkah Islam mengajarkan diskriminasi terhadap perempuan? Mungkinkah Rasulullah yang dikenal sangat penyantun itu tega mengeluarkan sabda-sabda yang memojokkan perempuan? Benarkah tradisi yang cenderung diskriminatif terhadap perempuan merupakan ajaran Islam? Dan berbagai pertanyaan lainnya. Pemikiran-pemikiran cemerlang Mernissi telah melahirkan banyak karya. Ia menulis buku berjudul Beyond the Veil: Male and Female Dynamics in Modern Muslim Society (Bloomington: Indiana University Press, 1987), yang menempatkannya sejajar dengan penulis perempuan lain.

Penulis: Prof. Dr. Hj. Sri Suhandjati Sukri, at al.
Sumber: Ensiklopedi Islam & Perempuan (Penerbit NUANSA, 2009).

Tags: FATIMA MERNISSIperempuantokoh perempuan
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Ekoteologi

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

13 Juni 2025
Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Poligami atas

    Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID