• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Seni Pendewasaan Diri Melalui Pengalaman Quarter Life Crisis

Dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar dari Slow Living, kita dapat mencapai gaya hidup yang lebih baik dan lebih bahagia

Layyin Lala Layyin Lala
11/10/2023
in Personal
0
Quarter Life Crisis

Quarter Life Crisis

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Memasuki masa-masa quarter life crisis, rasanya hampir semua hal menjadi sedikit menyebalkan. Banyak hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi dan harapan, terlebih ada banyak tuntutan-tuntutan yang membuat diri sendiri kadang oleng dan nggak punya arah mau kemana.

Saya bertanya kepada beberapa teman, apakah yang mereka rasakan ketika memasuki umur dua puluhan? Hampir seluruhnya menjawab bahwa mereka sedang merasakan masa-masa sulit dan terberat. Sebagian besar dari mereka menjelaskan bahwa mereka sedang ada pada fase mereka bingung mencari jati diri. Ah, ternyata saya tidak sendiri. Ternyata banyak orang yang mengalami Quarter Life Crisis.

Konsep Quarter Life Crisis

Sebagai manusia, kita semua pasti pernah mengalami masa-masa sulit dalam hidup. Salah satu masa sulit yang seringkali dialami oleh orang-orang di usia 20-an adalah Quarter Life Crisis. Quarter Life Crisis merupakan masa ketika seseorang merasa bingung dan tidak yakin dengan arah hidupnya. Masa ini biasanya terjadi ketika seseorang berusia 20 hingga awal 30-an.

Quarter Life Crisis adalah masa ketika seseorang merasa bingung dan tidak yakin dengan arah hidup. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kondisi ini, seperti tekanan dari lingkungan, tekanan dari keluarga, tekanan dari pekerjaan, dan lain sebagainya. Hal ini seringkali terjadi ketika seseorang merasa bahwa ia tidak mencapai apa yang diharapkan dari dirinya sendiri, atau ketika ia merasa bahwa hidupnya tidak sesuai dengan ekspektasi yang dimiliki.

Faktor Penyebab Quarter Life Crisis

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan Quarter Life Crisis adalah tekanan dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa teman-teman, keluarga, atau bahkan media sosial. Ketika seseorang melihat teman-temannya yang sudah memiliki karir yang sukses atau bahkan sudah menikah dan memiliki anak, ia dapat merasa tertekan dan merasa bahwa ia tidak sejalan dengan teman-temannya tersebut. Hal ini dapat membuat seseorang merasa tidak cukup baik dan merasa bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk mengikuti teman-temannya tersebut.

Tekanan dari keluarga juga seringkali menjadi faktor penyebab kondisi tersebut. Keluarga biasanya memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak-anaknya, seperti ingin mereka sukses dalam karir atau ingin mereka mapan di usia yang masih muda. Ketika seseorang merasa bahwa ia tidak mencapai ekspektasi keluarganya, ia dapat merasa tidak puas dengan dirinya sendiri dan merasa tertekan.

Baca Juga:

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Membangun Kehidupan yang Sehat Dimulai dari Keluarga

Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

Selain itu, tekanan dari pekerjaan juga dapat menyebabkan Quarter Life Crisis. Ketika seseorang merasa bahwa pekerjaannya tidak sesuai dengan minat dan bakatnya, ia dapat merasa tidak bahagia dan merasa bahwa ia tidak memiliki arah hidup yang jelas. Hal ini dapat membuat seseorang merasa bingung dan tidak yakin dengan arah hidupnya.

Mengatasi Quarter Life Crisis

Namun, Quarter Life Crisis bukanlah akhir dari segalanya. Ada banyak cara  untuk mengatasi kondisi ini, salah satu caranya ialah dengan memperbaiki hubungan dengan diri sendiri. Ketika kita merasa bingung dan tidak yakin dengan arah hidup, kita seringkali lupa untuk memperbaiki hubungan dengan diri sendiri. Hal ini dapat membuat kita merasa terisolasi dan merasa bahwa kita tidak memiliki dukungan dari siapapun.

Untuk memperbaiki hubungan dengan diri sendiri, kita dapat melakukan hal-hal yang dapat membuat kita merasa bahagia dan puas dengan diri sendiri, seperti melakukan hobi atau kegiatan yang kita sukai, berolahraga, atau bahkan melakukan perjalanan sendiri. Ketika kita dapat menikmati waktu dengan diri sendiri, kita dapat merasa lebih bahagia dan merasa bahwa kita memiliki kontrol atas hidup masing-masing.

Setelah memperbaiki hubungan dengan diri sendiri, kita dapat mencari dukungan dari orang lain. Dukungan dari orang lain dapat membantu kita merasa lebih tenang dan merasa bahwa kita tidak sendirian dalam menghadapi kondisi ini. Dukungan dari orang lain dapat membantu kita melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda dan memberikan solusi yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya.

Untuk mencari dukungan dari orang lain, kita dapat bergabung dengan komunitas atau kelompok yang memiliki minat yang sama. Hal ini dapat membuat kita merasa lebih terhubung dengan orang lain dan merasa bahwa kita tidak sendirian dalam menghadapi Quarter Life Crisis. Selain itu, kita juga dapat mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor jika merasa membutuhkan bantuan lebih lanjut dalam mengatasi keadaan ini.

Refleksi Quarter Life Crisis

Quarter Life Crisis mengajarkan kita banyak hal. Terjadinya kesulitan-kesulitan yang kita alami selama quarter life crisis sebenarnya merupakan upaya dalam proses pendewasaan diri. Maksudnya, ketika umur yang sudah matang dari kehidupan anak-anak dan beralih ke kehidupan dewasa, proses inilah yang membuat kita dapat menempa mental dan pendewasaan.

Saya memahami, setiap orang pasti akan mengalami masa sulit yang berbeda-beda sesuai kemampuan masing-masing. Hal ini mengingatkan saya dengan salah satu ayat favorit saya di akhir surah Al-baqarah ayat 286.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

Jauh sebelum orang-orang banyak menjelaskan mengenai makna Quarter Life Crisis, saya rasa Al-Qur’an sudah lebih dulu menjelaskan. Kesulitan yang kita dapat, sejatinya adalah ujian sesuai dengan kemampuan kita. Quarter Life Crisis bukanlah suatu hal yang menakutkan. Justru, memanfaatkan kondisi ini untuk menyerap banyak ilmu, pendewasaan diri, dan menempa mental merupakan upaya untuk menghadapi masa depan. []

 

 

Tags: Jati Diri PerempuankehidupanKesehatan MentalQuarter Life CrisisSelf Love
Layyin Lala

Layyin Lala

Khadimah Eco-Peace Indonesia and Currently Student of Brawijaya University.

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Menemani Laki-laki dari Nol

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID