• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Setiap Manusia Memiliki Privelege Berbeda

Apakah sebagai manusia kita tidak memiliki privilege? Kita bukan tidak memiliki keistimewaan. Kita hanya tidak menyadari betapa berharganya diri ini sejak terlahir dan terpilih sebagai manusia yang menjadi khalifah Allah

Herlina Herlina
18/08/2021
in Personal
0
Manusia

Manusia

296
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagai manusia, kita sering merasa insecure dengan keadaan diri di depan teman-teman, rekan, bahkan bila bertemu orang baru. Merasa berbeda dan tidak seberuntung orang lain. Efeknya malah tidak percaya diri dan menjadi down, serta menyalahkan diri sendiri mengapa terlahir berbeda. Mengutuk keadaan dan lebih banyak mengeluh kepada Tuhan.

Setiap kita memiliki masalah yang berbeda, ini yang sering dilupakan oleh orang lain. Menyesali diri bukan solusi terbaik, ia hanya menjebak kita untuk menjadi lebih buruk dan mengerdilkan semangat. Mengapa tidak demikian bilamana yang ada dipikiran hanya membandingkan diri dengan pencapaian orang lain dengan nikmat orang lain hingga lupa melihat diri sendiri.

Salah satu contoh dalam kehidupan nyata manusia, ada seorang pengusaha sukses dan memiliki banyak cabang usaha di berbagai wilayah, anggap saja secara finansial sudah unlimited. Suatu hari tanpa gejala apapun ia tetiba pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Dokter memvonis pengusaha tersebut sebagai penderita penyakit yang berbahaya dan diharuskan untuk tidak memakan nasi putih lagi dan makanan berlemak lainnya termasuk juga kopi. Padahal pengusaha tersebut sangat menyukai makanan gorengan dan kopi.

Sedang kisah anak manusia lainnya, terdapat orang lain yang hidup sederhana di suatu desa, ia petani dengan keterbatasan finansial namun merasa cukup meski dilihat dari harta ia jauh dibanding dengan pengusaha dalam kisah di atas. Kehidupan petani ini jauh dari modern. Meski diusianya yang sepuh, ia sehat tanpa memiliki penyakit yang serius tanpa menjauhi makanan yang disuka yaitu gorengan dan ngopi. Ia sangat bersyukur dan merasa cukup dengan segala keadaan tersebut.

Dari dua kisah tersebut kita dapat membandingkan keadaan mana yang harus kita syukuri. Bergelimang harta namun nikmat makan dicabut, atau hidup sederhana dengan nikmat makan dan sehat. Sering kita memandang dan tersilaukan nikmat Tuhan itu hanya terbatas pada materi.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad
  • Pada Masa Pra-Islam, Perempuan Menjadi Manusia Paling Lemah dan Tidak Dihargai
  • Kemanusiaan Perempuan
  • Manusia Adalah Makhluk Tuhan yang Terhormat

Baca Juga:

Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad

Pada Masa Pra-Islam, Perempuan Menjadi Manusia Paling Lemah dan Tidak Dihargai

Kemanusiaan Perempuan

Manusia Adalah Makhluk Tuhan yang Terhormat

Jika kita mau mencerna betapa banyak rejeki, betapa kayanya diri kita seperti berkah diberi kesempatan hidup, dilahirkan dan memiliki orang tua yang baik sangat menyayangi kita dan mensupport apapun yang menjadi pilihan kita, oksigen yang gratis padahal jika mengalami sakit sesak nafas harus bantuan oksigen dan itu tidak gratis, bukan? Nikmat rejeki lainnya, badan sehat merupakan rejeki yang sangat luar biasa, betapa tidak bila bagian tubuh sakit, menyembuhkannya pun membutuhkan biaya yang banyak.

Apakah sebagai manusia kita tidak memiliki privilege? Kita bukan tidak memiliki keistimewaan. Kita hanya tidak menyadari betapa berharganya diri ini sejak terlahir dan terpilih sebagai manusia yang menjadi khalifah Allah. Masing-masing kita memiliki privileges yang berbeda dengan keadaan yang tidak sama.

Terlahir dari orang yang bergelimang harta maupun tidak, kita semua sama-sama manusia dengan keistimewaan yang berbeda. Tuhan pernah berfirman dalam QS. Al-Isra:70, “Dan Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” Ayat tersebut merupakan bukti kebaikan Tuhan dengan mengangkat derajat manusia di banding makhluk lainnya.

Kelebihan akal menjadikan kita berbeda dan lebih unggul, potensi yang begitu banyak dihadiahkan namun jarang kita gunakan sebab terlampau silau membandingkan diri dengan pencapaian orang lain. Dengan potensi akal, kita bisa berpikir dan memiliki pengetahuan sehingga kita mampu memilah antara yang baik dengan yang buruk.

Seperti Firman Tuhan dalam QS. Al-syam:7-10, “Demi jiwa serta penyempurnaan (cintaan)Nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.”

Bila manusia berilmu ada pula privileges lain dari Tuhan yang membuatnya lebih mulia di banding manusia lainnya. QS. AL-Mujadalah:11, “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis,” maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “ Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat tersebut menegaskan orang yang berilmu dengan yang tidak memiliki derajat yang berbeda. Baik di dunia maupun di akhirat. Semakin tinggi ilmu seseorang semakin ia menjadi dekat dengan Tuhan. Ilmu membuat seseorang takut dan memahami ke Maha Esaan Tuhan atas dunia dan segala ciptaan-Nya.

Atas ke-Maha Agungan Tuhan, mengapa kita masih merasa tidak memiliki privilege? Adakah manusia menjadi lebih hina dibanding lainnya hanya karena ketidak mampuannya dalam memiliki materi padahal ia memiliki keistimewaan yang tidak disadari.

Kemampuan dan kreativitas kita jarang orang lain mampu melakukannya. Jadi, stop membandingkan diri dengan pencapaian orang lain. Kita memiliki privilege berbeda. Mari kenali diri apa yang bisa dilakukan dan dikembangkan. Sebab diantara orang-orang yang sukses dan  terkenal, mereka memulainya dengan proses yang panjang tidak secara instan. Waallahu a’lam. []

 

 

Tags: Hak IstimewakemanusiaanKesehatan FisikKesehatan Mentalmanusiapsikologi
Herlina

Herlina

Perempuan asal Sumenep, Madura kelahiran 31 Juli 1993. Alumni UIN Sunan Kalijaga, sekarang aktif di kegiatan sosial Yogya, perempuan pencinta alam, penikmat kopi dan buku. Selain itu tengah belajar berbisnis dan membangun usaha mandiri. Untuk saling tegur sapa, bisa dikunjungi melalui akun media Twitter: @Ellyn_31, IG: @ellynmusthafa, Email= [email protected]

Terkait Posts

Menjadi Minoritas

Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

21 Maret 2023
Rethink Sampah

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

20 Maret 2023
Perempuan Bukan Sumber Fitnah

Ingat Bestie, Perempuan Bukan Sumber Fitnah

18 Maret 2023
Pembuktian Perempuan

Cerita tentang Raisa; Mimpi, Ambisi, dan Pembuktian Perempuan

18 Maret 2023
Ibu Rumah Tangga

Ibu Rumah Tangga: Benarkah Pengangguran?

17 Maret 2023
Patah Hati

Patah Hati? Begini 7 Cara Stoikisme dalam Menyikapinya, Yuk Simak!

16 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menjadi Minoritas

    Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rahmat Allah Swt Untuk Orang Islam dan Orang Kafir
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist