• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Waspada KBGO; Belajar dari Penyintas Perempuan

Waspada KBGO harus kita kenalkan pada anak sejak dini, minimal mengenalkan bagian tubuh yang privasi, dan tidak boleh dilihat bahkan disentuh orang lain

Suci Wulandari Suci Wulandari
11/12/2023
in Publik
0
Waspada KBGO

Waspada KBGO

807
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id– “Sejak saya mengirim foto ke pacar saya lewat media sosial, setiap hari saya menangis dan menyesal”, demikian curhat penyintas KBGO pada suatu hari.

Salingers, kekerasan berbasis gender online (KBGO) bisa menimpa siapapun, laki-laki dan perempuan, mulai dari usia anak, remaja, sampai dewasa. Kekerasan-kekerasan apapun bentuknya, termasuk KBGO, tentunya sangat berdampak bagi korban, baik secara psikis (kecemasan, depresi, sampai trauma yang berkelanjutan), sosial, maupun ekonomi.

Waspada KBGO harus kita kenalkan kepada anak sejak dini, minimal mengenalkan bagian-bagian tubuh yang privasi, dan tidak boleh dilihat bahkan disentuh orang lain. Selain itu, penting juga mengenalkan etika digital pada anak. Hal ini sebagai bekal dasar bagi anak agar terhindar dari kekerasan berbasis gender online.

Trauma Penyintas KBGO

Pengalaman kurang menyenangkan dialami oleh Fatin (nama samaran), seorang remaja perempuan yang masih berusia 15 tahun. Sambil menangis, dia bercerita bahwa pacarnya pernah memintanya mengirim foto bagian atas tubuhnya tanpa baju. Sang pacar meyakinkannya bahwa foto itu hanya untuk dirinya dan tidak disebarluaskan. Dengan rayuan dan janji manis sang pacar, akhirnya Fatin mengirimkan foto sebagaimana permintaan tersebut.

Namun sejak saat itu, penyesalan dan ketakutan selalu membayangi Fatin. Dia selalu merasa takut jika fotonya tersebar dan sampai kepada keluarganya. Ketidaktenangan itu membuat Fatin menutup diri dan mengurangi interaksi dengan teman-temannya, sambil berharap foto itu hanya disimpan oleh pacarnya, atau bahkan dihapus.

Baca Juga:

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

Beberapa waktu kemudian, ketakutannya terbukti. Setelah dia putus dengan pacarnya, foto Fatin tersebar ke teman-temannya. Walaupun foto itu hanya setengah badan tanpa memperlihatkan wajah, tapi caption namanya tertulis di foto.

Saat bercerita, Fatin tak henti menangis. Fatin tidak tahu pasti siapa yang menyebarkan fotonya. Namun tersebarnya foto itu membuatnya mengalami stres dan kecemasan yang berlebihan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sikap orang tuanya jika sampai mengetahui perbuatannya.

Darurat KBGO di Sekitar Kita

Peristiwa yang menimpa Fatin di atas tentunya hanya satu kasus dari sekian kasus yang ada. Berdasarkan catatan tahunan Komnas Perempuan tahun 2022, kekerasan berbasis gender online (KBGO) menempati posisi tertinggi dalam pengaduan ke Komnas Perempuan, mencakup 69 persen dari total kasus.

Ada Banyak macam KBGO yang mengintai korban, terutama perempuan, di antaranya cyber grooming (manipulasi dengan membangun kepercayaan), cyber hacking (peretasan), cyber harassment (ancaman pemerkosaan), cyber flashing (tindakan mengirim atau merekam gambar atau tindakan seks tanpa persetujuan).

Ada juga impersonating (meniru identitas), morphing (media buatan), Non Consensual Intimate Image (menyebarkan konten intim untuk mengintimidasi korban), sextortion (pemerasan seksual), dan lain-lain.

Kejadian yang menimpa Fatin masuk dalam kategori Non Consensual Intimate Image, penyebaran foto intim tanpa izin. Korban mengambil foto sendiri dan mengirimkannya ke pacarnya. Namun, penyebarannya tidak berdasarkan persetujuan korban.

Hanya saja, dalam kasus ini, Fatin tidak mengetahui siapa yang telah menyebarkan foto tersebut. Bisa jadi foto tersebut disebarkan oleh mantan pacarnya atau orang lain yang mendapat foto itu dari mantan pacarnya.

KBGO Bukan Hal Sepele

Beberapa waktu lalu, saya sempat membaca kisah penyintas KBGO di akun instagram perempuan berkisah. Akun tersebut menceritakan ada seorang perempuan yang ketika meminta putus dari pacarnya, ia mendapatkan makian dan ancaman.

Si pacar kemudian melakukan morphing dengan mengubah video call si perempuan seolah sedang video call sex dengan pria yang bermasturbasi. Selain itu, si pacar juga menyebarkan informasi yang tidak pantas dan berisi fitnah.

Kekerasan berbasis gender online tentunya bukan hal sepele. Di era yang serba digital, kecepatan informasi seolah mengalahkan kecepatan cahaya matahari ke bumi. Dalam dua kasus di atas, nama baik korban menjadi taruhan. Belum lagi korban harus menanggung dampak psikis berkepanjangan yang membuat hidupnya tidak tenang.

Kita tidak sedang berbicara mengenai kesalahan korban (dalam kasus Fatin) yang berani mengirim foto vulgarnya kepada orang lain. Saya kira, hal ini menjadi satu pembelajaran berarti untuknya agar selanjutnya lebih berhati-hati. Kurangnya pengetahuan mengenai pendidikan seksual menjadi catatan penting dalam kasusnya.

Apa yang Bisa Kita Lakukan agar Terhindar dari Kekerasan Berbasis Gender Online?

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya KBGO di sekitar kita, pertama, memahami betul bagian-bagian tubuh yang sifatnya privasi, yang tidak boleh menjadi konsumsi orang lain. Dalam hal ini, kita bisa mengenalkan pendidikan seksual pada anak didik, teman, dan anggota keluarga kita sejak usia anak dan remaja.

Selanjutnya, kita harus mengenali berbagai bentuk KBGO, dampak, dan bahayanya agar kita menjadi lebih waspada. Kita juga bisa mengedukasi masyarakat sekitar tentang hal-hal ini.

Upaya membatasi diri ketika membagikan data pribadi di media sosial menjadi sebuah keharusan, agar pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tidak memanfaatkannya di luar kendali kita

Terkait hal ini, posisi literasi digital menjadi sangat penting untuk anak dan remaja sebagai bekal mereka dalam bermain media sosial. []

Tags: Kekerasan seksualLiterasi DigitalPenyintas KekerasanPerlindungan KorbanWaspada KBGO
Suci Wulandari

Suci Wulandari

Dosen Ilmu al-Qur'an dan Tafsir di STAI Darul Kamal, Lombok Timur, NTB

Terkait Posts

Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Tradisional

    Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengebiri Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID