• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Perempuan sebagai Tiang Negara

Nur Rofiah Nur Rofiah
20/12/2022
in Aktual, Kolom
0
Perempuan sebagai Tiang Negara

Nur Rofi'ah

99
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sudahkah bangsa ini memperlakukan perempuan sebagai tiang Negara?

Dulu, seneng sekali dengan sebutan perempuan sebagai tiang Negara. Jika perempuan baik, maka baiklah Negara. Jika perempuan rusak, maka rusaklah Negara. Gak main-main. Penentu tunggal maju-mundurnya sebuah bangsa.

Sampai mbak Yuniyanti Chuzaifah mengingatkan bahwa sebutan ini sering dimaknai dengan cara yang tidak adil, yakni perempuan adalah penyangga tunggal moralitas bangsa. Ujung-ujungnya semua persoalan bangsa, perempuanlah yang paling bertanggung jawab.

Mengapa banyak koruptor di negeri ini? Karena perempuan boros dan hobi foya-foya. Mengapa banyak perkosaan terjadi di negeri ini? Karena perempuan pakaiannya seksi, keluar malam, dan lain-lain.

Kalau persoalan Negara yang besar saja begitu, apalagi persoalan keluarga toh. Mengapa perempuan menjadi korban KDRT? Karena mereka tidak taat suaminya. Tidak perlu dicek apakah suaminya layak ditaati atau tidak.

Baca Juga:

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Mengapa diduakan? Karena tidak mampu melayani suaminya dengan baik. Tidak perlu juga dicek apakah suaminya sudah melakukan tanggung jawabnya dengan baik atau belum. Pokoknya akar semua masalah adalah perempuan.

Tapi anehnya kalau Negara mencapai prestasi, ko banyak yang lupa ya untuk mengaitkan dengan perempuan? Padahal jika perempuannya baik, maka baiklah Negara juga loh. Hm…..

Tiang adalah salah satu bagian penting dalam sebuah bangunan. Bukan satu-satunya. Rumah yang kokoh tidak hanya perlu tiang yang kuat, tapi juga fondasi, dinding, atap, dan lain-lain yang mendukung.

Penyebutan perempuan sebagai tiang Negara adalah peringatan keras bagi siapa pun terutama mereka yang diberi amanah mengelola Negara agar memastikan perempuan menjadi warga Negara yang kuat jika Negara ingin kokoh dan maju.

Ingin Negara kuat? Ya pastikan dong perempuan sebagai tiangnya kuat dan tidak dilemahkan secara kultural dan struktural. Jangan biarkan mereka menikah, hamil, melahirkan, dan menyusui bayi di usia anak-anak. Tunggu mereka dewasa agar bisa menjadi madrasah pertama yang baik bagi anak-anak bangsa.

Ingin Negara maju? Ya jangan biarkan perempuan sebagai tiangnya terbelakang dan terus mundur. Sertakan mereka dalam derap kemajuan bangsa. Dorong mereka sekolah setinggginya agar bersama laki-laki dapat tumbuh kembang maksimal dan manfaat seluas-luasnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ingin Negara baik karena perempuannya baik? Ya bersikap baik dong pada perempuan sebagai tiangnya. Ajarkan laki-laki untuk bertanggung jawab atas kegagalannya dan jangan jadikan perempuan sebagai kambing hitamnya. Laki-laki dan perempuan mesti didorong bersama-sama untuk memajukan Negara dan bertanggung jawab atas kemundurannya.

Ingin Negara tidak rusak karena perempuannya rusak? Ya jangan rusak masa depan perempuan sebagai tiangnya dengan aneka bentuk kekerasan dong. Pastikan mereka aman di dalam dan di luar rumah agar bisa terus tingkatkan kualitas diri biar bisa menjadi manusia terbaik dengan bermanfaat seluas-luasnya.

Pesan utama “Perempuan sebagai Tiang Negara” adalah kuatkan perempuan agar Negara kokoh dan maju, bukan salahkan perempuan dalam setiap persoalan bangsa. Ingat, laki-laki juga bertanggung jawab atas moralitas bangsa.

Meskipun telat sehari saya ingin mengucapkan Selamat Hari Ibu, eh Perempuan Indonesia. Baik sebagai ibu, nenek, tante, istri, anak, kakak, adik, teman main, teman kerja, sesama Muslim, sesama bangsa Indonesia, dan sesama manusia.

Semoga bangsa ini bisa semakin memperlakukan tiang-tiangnya dengan baik. Dan semoga perempuan sebagai tiang negara kian kokoh. Amin![]

Tags: adagiumbangsaNegarapemerintahperempuanperkataanprestasitiang pondasi
Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Iduladha

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Siti Hajar

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

7 Juni 2025
Relasi Kuasa

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

7 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID