• Login
  • Register
Sabtu, 25 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Perempuan sebagai Tiang Negara

Nur Rofiah Nur Rofiah
24/12/2018
in Aktual, Kolom
0
Nur Rofiah

Nur Rofi'ah

9
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sudahkah bangsa ini memperlakukan perempuan sebagai tiang Negara?

Dulu, seneng sekali dengan sebutan perempuan sebagai tiang Negara. Jika perempuan baik, maka baiklah Negara. Jika perempuan rusak, maka rusaklah Negara. Gak main-main. Penentu tunggal maju-mundurnya sebuah bangsa.

Sampai mbak Yuniyanti Chuzaifah mengingatkan bahwa sebutan ini sering dimaknai dengan cara yang tidak adil, yakni perempuan adalah penyangga tunggal moralitas bangsa. Ujung-ujungnya semua persoalan bangsa, perempuanlah yang paling bertanggung jawab.

Mengapa banyak koruptor di negeri ini? Karena perempuan boros dan hobi foya-foya. Mengapa banyak perkosaan terjadi di negeri ini? Karena perempuan pakaiannya seksi, keluar malam, dan lain-lain.

Kalau persoalan Negara yang besar saja begitu, apalagi persoalan keluarga toh. Mengapa perempuan menjadi korban KDRT? Karena mereka tidak taat suaminya. Tidak perlu dicek apakah suaminya layak ditaati atau tidak.

Baca Juga:

6 Cara Penangan saat Menjadi Korban KDRT

Kehidupan Perempuan Kini dalam Hegemoni Domestik

Apakah Semua Perempuan Terlahir Menjadi Ibu?

Raden Mas Tirto Adhi Soerjo dan Gerakannya dalam Emansipasi Perempuan Indonesia

Mengapa diduakan? Karena tidak mampu melayani suaminya dengan baik. Tidak perlu juga dicek apakah suaminya sudah melakukan tanggung jawabnya dengan baik atau belum. Pokoknya akar semua masalah adalah perempuan.

Tapi anehnya kalau Negara mencapai prestasi, ko banyak yang lupa ya untuk mengaitkan dengan perempuan? Padahal jika perempuannya baik, maka baiklah Negara juga loh. Hm…..

Tiang adalah salah satu bagian penting dalam sebuah bangunan. Bukan satu-satunya. Rumah yang kokoh tidak hanya perlu tiang yang kuat, tapi juga fondasi, dinding, atap, dan lain-lain yang mendukung.

Penyebutan perempuan sebagai tiang Negara adalah peringatan keras bagi siapa pun terutama mereka yang diberi amanah mengelola Negara agar memastikan perempuan menjadi warga Negara yang kuat jika Negara ingin kokoh dan maju.

Ingin Negara kuat? Ya pastikan dong perempuan sebagai tiangnya kuat dan tidak dilemahkan secara kultural dan struktural. Jangan biarkan mereka menikah, hamil, melahirkan, dan menyusui bayi di usia anak-anak. Tunggu mereka dewasa agar bisa menjadi madrasah pertama yang baik bagi anak-anak bangsa.

Ingin Negara maju? Ya jangan biarkan perempuan sebagai tiangnya terbelakang dan terus mundur. Sertakan mereka dalam derap kemajuan bangsa. Dorong mereka sekolah setinggginya agar bersama laki-laki dapat tumbuh kembang maksimal dan manfaat seluas-luasnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ingin Negara baik karena perempuannya baik? Ya bersikap baik dong pada perempuan sebagai tiangnya. Ajarkan laki-laki untuk bertanggung jawab atas kegagalannya dan jangan jadikan perempuan sebagai kambing hitamnya. Laki-laki dan perempuan mesti didorong bersama-sama untuk memajukan Negara dan bertanggung jawab atas kemundurannya.

Ingin Negara tidak rusak karena perempuannya rusak? Ya jangan rusak masa depan perempuan sebagai tiangnya dengan aneka bentuk kekerasan dong. Pastikan mereka aman di dalam dan di luar rumah agar bisa terus tingkatkan kualitas diri biar bisa menjadi manusia terbaik dengan bermanfaat seluas-luasnya.

Pesan utama “Perempuan sebagai Tiang Negara” adalah kuatkan perempuan agar Negara kokoh dan maju, bukan salahkan perempuan dalam setiap persoalan bangsa. Ingat, laki-laki juga bertanggung jawab atas moralitas bangsa.

Meskipun telat sehari saya ingin mengucapkan Selamat Hari Ibu, eh Perempuan Indonesia. Baik sebagai ibu, nenek, tante, istri, anak, kakak, adik, teman main, teman kerja, sesama Muslim, sesama bangsa Indonesia, dan sesama manusia.

Semoga bangsa ini bisa semakin memperlakukan tiang-tiangnya dengan baik. Amin![]

Tags: adagiumbangsaNegarapemerintahperempuanperkataanprestasitiang pondasi

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

kekerasan fisik pada anak

Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua

24 Juni 2022
Perempuan Bekerja

Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

24 Juni 2022
Kehidupan Perempuan

Kehidupan Perempuan Kini dalam Hegemoni Domestik

24 Juni 2022
Pencegahan Kekerasan Seksual

5 Tips Pencegahan Kekerasan Seksual Perspektif Islam

24 Juni 2022
Menjadi Ibu

Apakah Semua Perempuan Terlahir Menjadi Ibu?

23 Juni 2022
Gaya Hidup Minim Sampah

Maunya sih Menerapkan Gaya Hidup Minim Sampah. Eh, Kok Jadi Greenwashing?

23 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kehidupan Perempuan

    Kehidupan Perempuan Kini dalam Hegemoni Domestik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sa’i : Perjuangan Meraih Kehidupan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Tips Pencegahan Kekerasan Seksual Perspektif Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 6 Cara Penangan saat Menjadi Korban KDRT
  • Sa’i : Perjuangan Meraih Kehidupan
  • Bagaimana Mengemas Dakwah Islam yang Humanis dan Kontekstual?
  • Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua
  • Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist