• Login
  • Register
Sabtu, 25 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Jangan Berpoligami, karena Cemburu Itu Luka

Zahra Amin Zahra Amin
26/12/2018
in Kolom
0
Mawar Luka

Ilustrasi: pixabay[dot]com

32
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Polemik tentang poligami bukan hal yang baru lagi. Ketika salah satu parpol mengusung isu poligami sebagai salah satu strategi kampanye, jauh sebelum itu berkali-kali poligami menjadi perdebatan. Ada yang tetap memuja, tetapi lebih banyak yang menganggap itu luka.

Saya teringat kisah seorang sahabat, sebut saja Diana, yang menceritakan bagaimana poligami yang hampir ditempuh orangtuanya, meninggalkan pesan mendalam dan ingin ia bagi untuk kita semua. Karena secara tegas dia menolak poligami.

Kesadaran itu bagi Diana bukan tanpa alasan. Karena berpuluh tahun yang lalu, ketika dia masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 2, lamat-lamat dalam ingatan Diana, Ibunya pergi meninggalkan rumah hingga beberapa hari lamanya.

Tanpa kehadiran Ibu, rumah tak terurus. Diana, Ayahnya serta adik-adiknya tak ada yang merawat. Tak ada makanan di atas meja, yang biasanya selalu hangat dan sedap dengan aroma menggoda cuping hidung. Tak ada uang saku  yang bisa dibawa ke sekolah, sehingga dalam beberapa hari dia terpaksa puasa jajan.

Karena tak tahan, akhirnya Diana memberanikan diri bertanya pada Ayah. Ke mana Ibu? Lalu Ayahnya mengatakan jika Ibu ada di rumah Nenek Buyut yang hanya beberapa langkah dari rumah Diana. Setelah mendapat jawaban itu, dia berlari ke rumah Nenek Buyut.

Baca Juga:

6 Cara Penangan saat Menjadi Korban KDRT

Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua

Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

Pekerjaan Rumah Tangga adalah Tanggung Jawab Bersama

Sesampai di sana, Diana mendapati Ibu yang mengurung diri di kamar dengan mata sembap. Kerinduan berhari-hari tanpa kehadiran Ibu dia tahan sedemikian rupa, sehingga hanya sanggup memandang Ibu dari kejauhan. Ibu seperti tak tersentuh, dan tak terjangkau oleh pikiran anak-anak seusia Diana waktu itu.

Tanpa diminta, Nenek Buyut mengajak Diana bicara. Bahwa Ibunya sedang bersedih, karena Ayah Diana telah meminta ijin untuk menikah lagi. Kepergian Ibu dari rumah, menurut Nenek Buyut sebagai bentuk protes atas pilihan Ayahnya itu. Jika ibu ingin kembali ke rumah sampaikan pada Ayah, jangan menikah lagi. Karena akan membuat hati ibunya akan terluka.

Kalimat Nenek Buyut masih tertancap kuat dalam ingatan Diana hingga kini. Sebagaimana yang dituturkan Diana pada saya tempo hari. Meski entah siapa yang mengatakan pada Ayah pesan Nenek Buyut itu, Ayah Diana membatalkan keinginan untuk menikah lagi. Karena Diana yang masih anak-anak itu, tidak berani mengatakan pesan Nenek Buyut langsung pada Ayah. Tetapi Diana mengaku menyambut gembira kembalinya Ibu ke rumah.

Kehidupan keluarga Diana akhirnya berjalan normal kembali. Rona bahagia terus terpancar dari raut wajah Ayah dan Ibunya hingga akhir hayat. Bahkan di usia senja, setiap bepergian kemanapun Ayah Diana minta ditemani Ibu. Selalu bergandengan tangan ketika berjalan, dan saling bersandar ketika duduk berduaan.

Suatu kali kata Diana, Ibunya pernah berbisik, entah berapa tahun lagi kebersamaan ini akan ada. Karena waktu akan terus bertambah, sementara usia justru semakin berkurang. Tetapi cinta Ayah dan Ibu akan terus bertahan. Mungkin menurut Diana, saking cintanya Ibu pada Ayah, hanya terpaut tiga tahun, Ibu menyusul Ayah menghadap ke haribaanNya.

Baru bertahun kemudian, Diana akhirnya memahami tentang perasaan seorang Ibu. Rasa perempuan yang tak bisa didustai, jika diduakan, dan disekiankan oleh belahan jiwa itu akan terasa menyakitkan. Karena cemburu itu adalah luka. Beruntung Ayah Diana menyadari kekhilafannya dan kembali memilih cinta Ibunya.

Saya sependapat dengan Diana, apapun alasannya poligami hanya akan meninggalkan jejak luka dan kesedihan mendalam. Bukan karena tak rela cintanya akan terbagi. Tetapi ada hal-hal lain selain cinta yang juga harus dipertimbangkan dengan matang. Tentang nilai-nilai keluarga, dan investasi masa depan dunia akhirat. Yakni perhatian, pengasuhan dan pendidikan anak-anak.

Bagaimana akan mampu menghadapi masa senja, dan segala resiko tentang fisik yang tak lagi muda,  finansial yang tak selamanya stabil, kesehatan yang menurun dengan biaya perawatan serta pengobatan yang tak murah.

Maka tentu dengan poligami akan semakin banyak yang harus dipikirkan dan dipersiapkan. Sementara dengan monogami, kenangan kebersamaan dalam keluarga akan terasa lebih hangat, tanpa harus berebut tempat siapa istri yang paling dekat.[]

Tags: anakayahIbuistrikebahagiaankeluargaMonogamipoligamirumah tanggaasuami

Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.

Unsubscribe
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

kekerasan fisik pada anak

Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua

24 Juni 2022
Perempuan Bekerja

Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

24 Juni 2022
Kehidupan Perempuan

Kehidupan Perempuan Kini dalam Hegemoni Domestik

24 Juni 2022
Pencegahan Kekerasan Seksual

5 Tips Pencegahan Kekerasan Seksual Perspektif Islam

24 Juni 2022
Menjadi Ibu

Apakah Semua Perempuan Terlahir Menjadi Ibu?

23 Juni 2022
Gaya Hidup Minim Sampah

Maunya sih Menerapkan Gaya Hidup Minim Sampah. Eh, Kok Jadi Greenwashing?

23 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kehidupan Perempuan

    Kehidupan Perempuan Kini dalam Hegemoni Domestik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sa’i : Perjuangan Meraih Kehidupan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Tips Pencegahan Kekerasan Seksual Perspektif Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 6 Cara Penangan saat Menjadi Korban KDRT
  • Sa’i : Perjuangan Meraih Kehidupan
  • Bagaimana Mengemas Dakwah Islam yang Humanis dan Kontekstual?
  • Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua
  • Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist