• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Karena Cinta Anak dan Ibu tak Pernah Palsu

Cinta ibu itu semoga akan bertumbuh dan melekat dalam ingatan anak-anak, sehingga kelak menguatkan langkah kakinya menapaki jalan di masa depan

Zahra Amin Zahra Amin
11/12/2021
in Keluarga
0
Pernikahan

Pernikahan

79
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Selarik pesan singkat masuk ke gawaiku. “Mamah, adek mau dibawa ke rumah sakit.” Sore itu saya sedang mengikuti salah satu kegiatan Jaringan KUPI di Bekasi, sesaat ketika membaca pesan tersebut, diam dan terhenyak sejenak. Berpikir, merenung, dan membaca situasi berhitung dengan waktu. Sebab, kegiatan baru saja mulai di hari pertama, dari jadwal tiga hari acara. Banyak hal tentu saja yang harus dipertimbangkan.

Keputusannya tentu saya harus pulang. Apapun alasannya, saya harus bersama anakku dalam kondisi kritis seperti itu. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sepanjang hidup di sisa usia saya akan terus dihantui perasaan bersalah.

Ketika keputusan meninggalkan forum sudah bulat, dan sudah memperoleh izin panitia, akhirnya saya pulang. Dan sepanjang perjalanan saya meluapkan kesedihan, terasa sesak, dan panik bercampur menjadi satu. Di atas kendaraan, saya tak kuasa menahan tangis, semoga waktu berkenan menunggu, karena cinta anak dan ibu tak pernah palsu.

Bersamaan dengan situasi yang gelisah tersebut, saya membayangkan bagaimana perasaan Ibunda Novia Widyasari, yang pemberitaannya sedang ramai di lini masa media sosial. Baru lepas tiga bulan lewat kehilangan suami tercinta, sang belahan jiwa, tak lama kemudian anak semata wayangnya, putri kecilnya menyusul menjemput kematian, dengan beragam iringan kisah yang tragis. Sungguh, diperlukan jiwa yang sangat besar dan kuat untuk sanggup menanggungnya.

Sudah tiga hari empat malam, saya menemani ananda di salah satu rumah sakit di Kota Udang. Ketika kondisinya sudah semakin membaik, saya sempatkan menulis sambil mengingati diri atas anugerah Tuhan yang sudah terberi. Sambil membayangkan dialog imajiner dengan Ibunda Novia. Betapa ia perempuan kuat, yang bersedia menerima kondisi anaknya. Tanpa penolakan, dan penghakiman atas apa yang telah terjadi.

Baca Juga:

Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

Jika diberi kesempatan untuk bertemu, ingin rasanya menyampaikan satu dua kata, betapa jiwa-jiwa perempuan yang malang, semakin terpuruk dan tak berdaya ketika menghadapi hantaman stigma dari masyarakat. “Ibu, bagaimana kabarmu? Semoga kau kini sudah bisa menerima kepergian Novia yang begitu cepat, dan tanpa sempat ucapkan selamat tinggal. Novia beruntung memiliki ibu seperti dirimu, meski cintamu tak sanggup melewati batas derita yang sudah lama ia rasa.”

Di sudut lain negeri ini, Bencana Alam Erupsi Gunung Semeru juga menyisakan kisah cinta anak dan ibu yang luar biasa. Bagaimana seorang perempuan muda Rumini, yang memilih tinggal sambil memeluk ibunya Salamah, yang sudah renta dan tak bisa berjalan. Keduanya bertahan, hingga abu panas erupsi Semeru membekukan tubuh mereka berdua hingga tertimbun pasir vulkanik setebal kurang lebih dua meter. Kisah tragis Rumini, dan Salamah akan terus diceritakan ulang menjadi kisah abadi cinta seorang anak terhadap ibunya.

Sebagai ibu yang kini telah memiliki dua anak, saya berharap mampu mempunyai jiwa seperti ibu Novia, yang mampu menerima kondisi anaknya, dengan tangan terbuka, dan selalu penuh cinta. Pun ketika telah renta, cinta ibu itu semoga akan bertumbuh dan melekat dalam ingatan anak-anak, sehingga berharap pula cinta yang kelak akan menguatkan langkah kakinya menapaki jalan di masa depan, serta dunia yang terus berubah. Cinta ibu yang akan membesarkan hatinya, ketika seorang anak jatuh dan terluka, cinta ibu akan selalu ada dan menyerta.

Sebagaimana kisah dari Sayyidah Aisyah, yang dilansir dari portal NU Online, dalam kitab Adab al-Mufrad, Imam al-Bukhari memasukkan sebuah riwayat yang menceritakan seorang ibu dan dua anaknya. Berikut riwayatnya:

حدّثنا مسلم ين إبراهيم قال: حدّثنا ابن فُضالة قال: حدّثنا بكر ابن عبد الله المزنّي عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، فَأَعْطَتْهَا عَائِشَةُ ثَلَاثَ تَمَرَاتٍ، فَأَعْطَتْ كُلَّ صَبِيٍّ لَهَا تَمْرَةً، وَأَمْسَكَتْ لِنَفْسِهَا تَمْرَةً، فَأَكَلَ الصِّبْيَانُ التَّمْرَتَيْنِ وَنَظَرَا إِلَى أُمِّهِمَا، فَعَمَدَتْ إِلَى التَّمْرَةِ فَشَقَّتْهَا، فَأَعْطَتْ كُلَّ صَبِيٍّ نِصْفَ تَمْرَةٍ، فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَتْهُ عَائِشَةُ فَقَالَ: (وَمَا يُعْجِبُكَ مِنْ ذَلِكَ؟ لَقَدْ رَحِمَهَا اللَّهُ بِرَحْمَتِهَا صبييها) ـ

Diceritakan oleh Muslim bin Ibrahim, diceritakan oleh Ibnu Fudlalah, diceritakan oleh Bakr bin Abdullah al-Muzanni, dari Anas bin Malik: Datang seorang perempuan kepada Aisyah radliyallahu ‘anha (meminta-minta), Aisyah memberinya tiga butir kurma (karena hanya itu yang dimilikinya). Perempuan itu memberi masing-masing anaknya satu butir kurma, dan menyimpan sebutir lainnya untuk dirinya sendiri. Setelah kedua anaknya memakan kurma (pemberian Aisyah), keduanya menatap pada ibunya. Sang ibu mengambil kurma (jatahnya) kemudian membelahnya. Ia memberi masing-masing anaknya separuh kurma tersebut.

Tak berselang lama, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang. Aisyah menceritakan peristiwa (yang baru saja disaksikannya). Lalu Rasulullah bersabda: “Apa yang mengejutkanmu dari itu? Sungguh Allah telah merahmati ibu tersebut karena kasih sayangnya kepada anaknya.” (Imam al-Bukhari, Adab al-Mufrad, Kairo: Darul Basyar al-Islamiyyah, 1989, h. 45).

Semoga kita semua, para orang tua, baik ayah maupun ibu menjadi orang-orang yang dirahmati Allah, karena memberikan kasih sayang dan cinta tulus pada anak-anak. []

 

 

 

Tags: anakCintaIbukeluargaorang tua
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Raya dalam Puisi Ulama Sufi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID