• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Pesantren Ramadhan di Sekolah Alam Wangsakerta

Zahra Amin Zahra Amin
16/05/2019
in Aktual
0
Sekolah Alam Wangsakerta

Wakhit Hasim (berdiri kiri) bersama siswa Sekolah Alam Wangsakerta, usai mengikuti kegiatan Pesantren Ramadhan dengan kajian ilmu fiqih Kitab Safinah.

21
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubaadalahnews.com,- Sekolah Alam Wangsakerta menyelenggarakan kegiatan Pesantren Ramadhan yang berlangsung pada pukul 14.00-17.00 WIB setiap Sabtu dan Minggu.

Materi yang disampaikan tentang thaharah (bersuci), ibadah, fiqih sosial dan fiqih lingkungan dengan narasumber yaitu Kiai Abdul Muiz Ghazali, M.Pd.I dan Wakhit Hasim, M.Hum.

Pendamping Sekolah Alam Wangsakerta, Fatimah mengatakan, jadwal selama Ramadhan untuk anak-anak itu dua hari, yakni setiap Sabtu dan Minggu.

“Nah minggu kemarin itu kita belajar Kitab Safinatunnajah, hingga pada pertemuan terakhir membahas tentang kewajiban puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa,” kata Fatimah kepada mubaadalahnews.

Pada kesempatan itu juga, dikatakan Fatimah, rencananya mau mengkaji tentang fiqih sosial dan fiqih lingkungan. Namun karena ada materi yang masih harus dituntaskan pembahasannya, sehingga kitab tersebut urung dikaji. “Mungkin itu nanti akan dibuat sebagai bahasan pada materi berikutnya,” imbuhnya.

Baca Juga:

3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

Makna Wuquf di Arafah

Karena menurut Fatimah, Kitab Safinatunnajah saja kadang membutuhkan waktu yang lama. Selain penyampaian materi dengan metode ceramah, juga langsung dipraktikkan ke anak-anak. Seperti berwudhu.

“Soal cara berwudhu anak-anak di sini kan belum mengerti, tahunya begini-begini, tidak mengetahui secara detail,” tuturnya.

Kemudian disambung Fatimah, tentang bersuci. Dalam Kitab Safinah diterangkan begini-begini, anak-anak langsung praktik caranya mencuci ikan dari najis, membersihkannya itu seperti apa, sehingga pengetahuan sederhana yang diperoleh bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai pendamping siswa, Fatimah merasa sangat diuntungkan dengan adanya kegiatan Pesantren Ramadhan, karena ia sekaligus bisa belajar. Selain di Sekolah Wangsakerta menerapkan prinsip kesetaraan.

Fatimah mengaku ia juga sama-sama pernah mengalami putus sekolah seperti anak-anak yang lain. Tetapi ia tidak merasa minder, justru ia bisa mengajar sambil belajar.

Senada, Pendamping lain Sekolah Alam Wangsakerta, Farida Mahri menambahkan, kegiatan Pesantren Ramadhan ini awalnya tidak direncanakan. Permintaan justru datang dari anak-anak.

“Dalam kegiatan ini Kitab Safinah menjadi dasar pengajaran disesuaikan dengan situasi di Karangdawa, misalnya soal keterbatasan ketersediaan air untuk berwudhu dan kegiatan bersuci lainnya,” katanya.

Sementara itu, Narasumber Pesantren Ramadhan, Wakhit Hasim mengatakan, materi yang disampaikan dikontekskan dengan kondisi di desa tersebut. Misalnya soal pentingnya memelihara alam dengan menanam, tidak membuang sampah sembarangan, berbagi air, berbagi jalan dan lain-lain.

Ilmu Fiqih itu, Wakhit menambahkan, mengajarkan tentang tindakan yang boleh dan tidak boleh bagi seorang muslim yang sudah bertanggungjawab (mukallaf). Tetap yang lebih penting ialah alasan mendasar di balik aturan boleh sesuai dengan konteks lingkungan di kampung.

“Contohnya berwudhu di situasi yang minim air (kekeringan), tidak boleh berlebihan menggunakan air, dan bagaimana teknik menggunakan air untuk bersuci tanpa boros air tetapi dengan langkah dan cara yang benar. Juga bagaimana bersuci dari najis dengan menggunakan benda keras dan kering misalnya seperti batu (istinja’),” pungkasnya. (ZAH)

Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khutbah Iduladha: Teladan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail tentang Tauhid dan Pengorbanan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID