• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

3 Konsep Pendidikan Nonseksis Menurut Ulama KUPI

Konsep pendidikan nonseksis ini, dikenal dengan model pendidikan yang berperspektif gender. Yakni pendidikan yang mendasarkan semua aktivitasnya dengan menanamkan pemahaman bahwa gender feminin dan maskulin memiliki nilai yang sama pentingnya.

Redaksi Redaksi
11/06/2022
in Hikmah, Keluarga
0
konsep pendidikan nonseksis

konsep pendidikan nonseksis

431
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk buku Parenting With Love, yang ditulis oleh Maria Ulfah Anshor, tentang pola pendidikan yang adil bagi anak, maka dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan nonseksis (tidak membedakan jenis kelamin) harus ditanamkan sejak anak masih di dalam kandungan.

Konsep pendidikan nonseksis ini, kata Maria, dikenal dengan model pendidikan yang berperspektif gender. Yakni pendidikan yang mendasarkan semua aktivitasnya dengan menanamkan pemahaman bahwa gender feminin dan maskulin memiliki nilai yang sama pentingnya dalam kehidupan sosial bagi perkembangan anak.

“Konsep pendidikan nonseksis harus dimulai sejak anak-anak masih kecil, bahkan sejak bayi maupun dalam masa kehamilan,” tulisnya.

Tiga Konsep Pendidikan Nonseksis

Berikut tiga konsep pendidikan nonseksis yang perlu dilakukan oleh orangtua.

Pertama, orangtua hendaknya tidak bersikap diskriminatif dalam memperlakukan anak laki-laki dan perempuan.

Mulailah dari hal-hal kecil yang kita mampu, misalnya, pilihan warna, mainan, dan sebagainya, tidak disosialisasikan secara stereotype.

Baca Juga:

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

5 Jenis KB Modern

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Selama ini, anak-anak sejak lahir sudah dikonstruksikan dengan pilihan-pilihan yang stereotype, misalnya, pemilihan warna untuk anak perempuan berbeda dengan warna anak laki-laki, gambar-gambar atau motifmotif selimut, seprai yang menghiasi tempat tidur mereka berbeda antara anak laki-laki dan perempuan, meskipun bisa juga karena faktor selera orangtua.

Motif-motif binatang biasanya untuk anak laki-laki dan corak bunga atau tumbuh-tumbuhan untuk anak perempuan.

Begitu juga dalam jenis mainan, ada stereotype mainan anak laki-laki dan perempuan, padahal anak-anak belum tentu menyukai jenis mainan yang dipersepsikan dengan stereotype yang diberikan oleh orangtuanya.

Akan tetapi, karena dikondisikan dan masyarakat di sekitarnya juga turut melanggengkan, dengan sendirinya mereka mengikuti konsep gender yang berlaku di lingkungannya.

Kedua, setelah anak mulai mengenal lingkungannya, berikan kebebasan kepada anak perempuan dan laki-laki untuk tumbuh dan mengeksploitasi rasa kepenasarannya.

Hentikan kebiasaan menyosialisasikan nilai-nilai stereotype bahwa perempuan harus dengan kepribadian yang feminin (lemah lembut, halus, penyayang, cengeng, dan sebagainya), sedangkan laki-laki dengan kepribadian maskulin (berani, tegas, kekar, kuat, tidak boleh menangis, dan sebagainya).

Kepribadian feminin dan maskulin tersebut ada pada setiap orang, sehingga kedua sifat tersebut harus ditumbuhkan sejak dini pada semua anak, baik laki-laki maupun perempuan.

Ketiga, pendidikan dengan pendekatan nonseksis selain dimulai dari keluarga, harus disosialisasikan kepada masyarakat, termasuk guru-guru di sekolah, agar mereka menghargai bahwa semua peran berlaku untuk semua jenis kelamin.

Pekerjaan domestik maupun pekerjaan publik dapat dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan. Sekolah-sekolah hendaknya memasukkan kurikulum dan perlakuan yang nonseksis terhadap anak didiknya.

Saat ini, banyak sekolah yang masih memberikan pilihan kegiatan ekstrakurikuler, seperti keterampilan, olahraga, dan sebagainya tidak berdasarkan pada bakat dan potensi anak, melainkan berdasarkan pada jenis kelamin.

Dengan pendekatan pendidikan nonseksis yang dimulai dari lingkungan di dalam rumah, masyarakat, dan sekolah secara terpadu diharapkan akan terjadi perubahan struktur dalam masyarakat.

Ketiga institusi konsep pendidikan nonseksis ini sangat menanamkan nilai-nilai adil gender kepada anak-anak sejak dini, sehingga mempercepat mereka tumbuh dengan proses kesadaran dan keadilan gender. (Rul)

Tags: bedajeniskelaminKonsepKupinonseksispendidikantidak membedakanulama KUPI
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID