Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan kebutuhan menjalani tumbuh kembang yang baik. Orang tua, masyarakat dan bahkan pemerintah wajib menjamin kebutuhan tersebut sehingga mereka menjadi anak yang shalih dan shalihah.
Beberapa lingkungan menjadi tempat yang layak bagi anak-anak untuk belajar, bermain dan bersosialisasi. Mereka bisa merasakan suasana yang aman dan nyaman di lingkungan tersebut. Tidak hanya di lingkungan keluarga dan sekolah, mereka juga harus merasakan suasana yang ramah saat berada di masjid.
Mengapa di Masjid?
Karena masjid adalah sentra bagi umat Islam, tidak hanya berfungsi untuk ibadah namun juga sebagai pusat pendidikan bagi masyarakat termasuk anak-anak.
Masjid adalah milik bersama semua orang. Siapapun berhak berada di sana untuk beribadah dan bersosialisasi, baik laki-laki maupun perempuan, orang dewasa atau anak-anak.
Karena itu, jangan larang anak-anak untuk pergi ke masjid. Jangan halangi pula mereka berada di tempat tersebut. Sebab saat dewasa nanti, merekalah yang akan sering mengunjungi dan memakmurkan tempat suci umat Islam itu.
Islam telah mengajarkan agar orang tua membiasakan anak-anak melakukan shalat sejak usia dini.
“Perintahalah anakmu melakukan shalat di usia tujuh tahun dan sanksi mereka pada usia sepuluh tahun (jika tidak mau melakukannya),” demikian dalam sebuah riwayat hadis Nabi.
Masjid dan sarana ibadah lainnya seharusnya memberikan keamanan dan kenyamanan bagi anak. Seharusnya tidak ada yang menghalangi mereka mendatangi tempat ibadah karena alasan apapun.
Khawatir anak kecil mengganggu shalat jamaah?
Anak-anak memang kerap bertingkah ‘aneh’. Umumnya mereka suka bercanda dan berlarian bahkan melewati bagian depan shaf orang-orang yang sedang melakukan shalat. Itulah dunia mereka, dunia anak-anak di bawah umur. Bagi sebagian, tingkah laku tersebut bisa mengganggu konsentrasi saat ibadah sedang berlangsung.
Namun, itu tidak bisa menjadi alasan menghalangi mereka untuk pergi ke masjid atau berada di sana.
Apa yang pernah dilakukan oleh Nabi SAW bisa menjadi uswah bagi kita tentang bagaimana beliau memperlakukan anak saat kita di masjid.
Saat Nabi berkhutbah, tiba-tiba cucu beliau, Hasan putra Siti Fatimah yang masih berusia belia naik ke atas mimbar dan mendatangi sang kakek. Namun Nabi bukan menyuruhnya pergi. Beliau justru memeluk dan mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang (HR. Imam Ahmad).
Dalam riwayat lain disebutkan, Nabi pernah melakukan shalat bersama cucu beliau bernama Umamah, putri Zainab. Saat berdiri beliau menggendongnya dan ketika sujuk beliau meletakkannya (HR. Abu Dawud).
Itu adalah contoh dari Nabi tentang bagaimana beliau sangat ramah terhadap anak meski dalam kondisi shalat berjemaah di masjid bersama para sahabat.
Apa yang mesti kita dilakukan?
Sekali lagi, kita tidak boleh melarang anak-anak untuk berada betah di masjid. Jadikanlah masjid sebagai rumah ibadah ramah anak. Kebiasaan mereka ‘mengganggu’ pelaksanaan ibadah tidak bisa menjadi alasan mengusir mereka dari pusat ibadah umat Islam tersebut.
Tidak boleh juga melakukan kekerasan kepada mereka dengan suara kasar, menghardik atau mengancam ataupun kekerasan fisik. Kekerasan yang mereka alami hanya akan membuat mereka jauh dari masjid. Jangan sampai masjid menjadi asing bagi kehidupan anak-anak.
Untuk meminimalisasi tingkah ‘aneh mereka, setiap orang tua harus mampu mengkondisikan anak-anaknya yang ikut ke masjid dan beribadah secara tertib tanpa mengganggu jemaah yang lain.
Pihak pengelola masjid bisa mengingatkan anak-anak yang hadir di masjid dan orang tua mereka agar sebisa mungkin tidak mengganggu pelaksanaan shalat jemaah.
Langkah lainnya, pihak pengelola masjid seharusnya menyediakan sarana-prasarana khusus bagi anak-anak. Pojok masjid atau halamannya bisa dijadikan tempat yang ramah, aman dan nyaman bagi mereka. Di tempat tersebut mereka bisa bermain dan bersosialisasi dengan anak sebaya.
Saatnya kita dan para pengelola masjid mengacu pada buku Panduan Pengembangan Masjid Ramah Anak yang telah dirilis Dewan Masjid Indonesia (DMI), beberapa saat yang lalu.
*
Langkah di atas adalah bagian dari implementasi pemerintah terhadap Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002. Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa anak mendapatkan haknya dalam kesempatan bersosial dan berbudaya di tempat mereka menjalani tumbuh kembang.
Namun, Program Tempat Ibadah Ramah Anak ini belum segencar Program Kampung Ramah Anak. Hingga saat ini, belum banyak masjid atau daerah yang menerapkan program rumah ibadah sebagai tempat yang ramah bagi anak-anak. Hanya beberapa yang sudah memberlakukannya.