• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Momentum Hari Ibu; Empati Pada Peran Reproduksi Perempuan

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
22/12/2022
in Featured, Keluarga
0
Momentum Hari Ibu; Empati Pada Peran Reproduksi Perempuan
301
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Hari Ibu adalah momentum bagi kita semua, laki-laki dan perempuan, untuk mengingat peran dan jasa seorang ibu, yang melahirkan dan membesarkan kita. Semua kita, siapapun kita, pasti lahir dari rahim seorang ibu. Sekalipun, tidak semua kita bisa menjadi ibu yang melahirkan seorang anak.

Tentu tidak sekadar mengingat secara kognitif terhadap peran reproduksi tersebut, tetapi ingatan yang berbuah pada tindakan kongkrit untuk memastikan perempuan, yang memiliki peran reproduksi berbeda dari laki-laki, memperoleh kenyamanan dan tidak mengalami kekerasan, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun politik.

Mengingat, sadar, dan melakukan tindakan kongkrit ini yang disebut al-Qur’an sebagai “ihsaan” (QS. Al-Ahqaf, 46: 15) atau kebaikan yang paripurna, kepada kedua orang tua, terutama ibu yang mengandung (hamluhu) dan menyusui (fishaluhu). Kesadaran yang kongkrit ini, biasa disebut KH Helmi Ali sebagai “empati”. Jika simpati itu masih bersifat pasif, maka empati sudah harus aktif dan kongkrit.

Empati itu yang menggerakan kita, terutama laki-laki, menjadi seseorang yang peduli pada kenyamanan perempuan ketika menstruasi, mengandung, melahirkan, dan menyusui untuk memiliki waktu istirahat dan gizi yang cukup, ruang gerak yang leluasa, kebijakan yang mendukung, dan budaya yang apresiatif. Suami siaga dan desa siaga adalah salah satu dari bentuk “empati” ini.

Dalam sebuah refleksi hari ibu bersama para pengurus MUI Kabupaten Kudus, termasuk ketuanya, Dr. KH. Hamdani M.Ag., Kamis, 19 Desember 2019, saya menawarkan singkatan untuk memudahkan kita semua menumbuhkan fiqh empati pada peran reproduksi perempuan. Refleksi ini merupakan tafsiran yang reflektif terhadap dua ayat utama mengenai peran ibu, ayat Luqman (31: 14) dan al-Ahqaf (46: 15).

Baca Juga:

Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Singkatan itu beruapa M4I (M-empat-I, tetapi baca: empati). M4 adalah peran-peran reproduksi perempuan yang bersifat biologis, yang tidak dialami laki-laki. Yaitu menstruasi, mengandung, melahirkan, dan menyusui. Sementara “I” adalah awal hurus dari kata “Ihsan” yang menjadi sikap dasar yang diajarkan al-Qur’an terhadap perempuan yang memiliki empat peran tersebut. Jika dibaca dalam satu tarikan adalah “fiqh empati”, sebuah ungkapan yang mewakili ingatan, kesadaran, dan tindakan kongkrit di atas.

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Kami wasiatkan kepada manusia (agar selalu berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, (karena) ibunya telah mengandungnya dengan penuh kesusahan, ditambah menyusuinya selama dua tahun (yang juga penuh kesusahan). Bersyukurlah kepada-Ku, dan kedua orang tuamu, dan kepada-Ku lah, (semua akan) kembali”. (QS. Luqman, 31: 14).

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا

“Kami wasiatkan kepada manusia agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tuanya, (karena) ibunya telah mengandungnya dengan penuh kesusahan, melahirkannya juga dengan penuh kesusahan. (Jika dihitung), mengandung sampai habis menyusui itu adalah tiga bulan lamanya”. (QS. Al-Ahqaf, 46: 15).

Jika dibaca secara seksama, kedua ayat ini sudah mengajarkan prinsip dan nilai mubadalah, atau kesalingan. Bahwa sekalipun yang disebutkan secara eksplisit dalam ayat hanya peran reproduksi ibu (mengandung, melahirkan, dan menyusui), tetapi yang wajib disyukuri adalah kedua orangtua, ayah dan ibu. Ini tentu saja tidak gratis, tetapi untuk ayah yang siaga dan empati pada peran reproduksi perempuan.

Sebagaimana ibu yang mengalami kesusahan (wahnan dan kurhan) ketika mengandung, melahirkan, dan menyusui, maka seorang ayah juga harus terlibat aktif dalam peran-peran yang penuh “kesusahan-kesusahan”, dengan mendukung, menemani, mendampingin, melayani, dan memberikan kenyamanan yang diperlukan.

Demikianlah fiqh M4I (empati) hasil refleksi hari ibu bersama para pengurus MUI Kabupaten Kudus,  yang sebagian dari mereka, hadir bersama pasangan masing-masing. Wallahu a’lam bish-shawab.[]

Tags: empatiHari IbuKasih Ibukeluargaperempuan
Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Founder Mubadalah.id dan Ketua LP2M UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Sikap Masyarakat Jika Terjadi KDRT?
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID