• Login
  • Register
Selasa, 15 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Yang Terlupa saat Membedah Kata Fitrah

KH Husein Muhammad menjelaskan bahwa makna asli Idulfitri adalah kembalinya manusia kepada komitmen Awal. Yakni bertauhid, mengesakan Tuhan

Thoah Jafar Thoah Jafar
24/04/2023
in Personal
0
Kata Fitrah

Kata Fitrah

629
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id –  Idulfitri adalah kembali ke asal kejadian. Seperti itu keumuman ulama saat mengurai pemaknaan kata fitrah, dalam perayaan yang di Indonesia masyhur kita sebut hari Lebaran.

Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa Ramadan, setiap Muslim akan terbebas dari dosa dan kembali kepada kesucian. Rasulullah Muhammad Saw bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ‏

“Barang siapa yang puasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (QS. Bukhari).

Tiga makna fitri

Fitri atau kata fitrah mengandung tiga pengertian. Yakni suci, asal kejadian, dan agama yang benar.

Baca Juga:

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-haknya di Hadapan Nabi

Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

Pakar tafsir Al-Qur’an, Profesor Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur’an (1999) mengatakan, seseorang yang beridulfitri akan senantiasa menjaga keindahan, berusaha mencari kebenaran, dan menampilkan kebaikan.

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي  اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ. قُلْنَا لِمَنْ؟ قَالَ: لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ.

“Dari Abu Ruqayah Tamim Ad Daari, sesungguhnya Rasulullah Muhammad Saw bersabda, ‘Agama adalah nasihat.’ Kami berkata, ‘Kepada siapa?’ Beliau bersabda, ‘Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan kepada pemimpan kaum Muslimin dan rakyatnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadis tersebut, maka setiap yang beridulfitri harus sadar bahwa setiap manusia tak luput dari kesalahan dan menuntut adanya kesadaran untuk saling meminta san memberikan maaf.

Pendapat lainnya, KH Husein Muhammad menjelaskan bahwa makna asli Idulfitri adalah kembalinya manusia kepada komitmen Awal. Yakni bertauhid, mengesakan Tuhan. Komitmen itu menekankan bagi manusia untuk menjadikan hanya Allah sebagai satu-satunya eksistensi Yang Paling Besar, Paling Kuasa, Paling Mulia, Paling Pengasih dan Penyayang.

Lebih jelasnya, keyakinan itu membawa keharusan bagi manusia untuk memandang dan memperlakukan semuanya sebagai makhluk setara atau sama. Tak seorang pun boleh merendahkan dan menghina orang lain. Manusia tidak boleh menjadi hamba dari selain Allah dan hanya untuk mencintai-Nya, tidak untuk mencintai selain Dia. (Khutbah Idulfitri: Kembali ke Asal Menjadi Manusia Genuin dan Terhormat, Mubadalah.id, Kamis, 20 April 2023).

Fitri adalah induk

Selepas Nabi Adam AS, awal kehidupan manusia dimulai di rahim seorang ibu. Seorang perempuan memberikan pengorbanan luar biasa dalam menjaga keberlangsungan awal kejadian manusia.

Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

“Dari Abu Hurairah, beliau berkata, ‘Seseorang datang kepada Rasulullah dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi pun menjawab,‘Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Al-Qurtubi menjelaskan, hadis tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap ibu harus kita berikan tiga kali lipat lebih besar dibandingkan terhadap ayah. Yakni, pada saat sang ibu mengandung, melahirkan, dan menyusui.

Alhasil, jika fitri dan kata fitrah kita maknai sebagai asal kejadian, dan Idulfitri berarti kembali kepada hal tersebut. Maka perayaan pasca-Ramadan ini sesungguhnya memberikan amanat kepada manusia untuk menghormati ibu dan perempuan. Di mana sejatinya menjadi media atau wasilah dari kekuasaan Allah Swt dalam menghadirkan proses penciptaan manusia di dunia.

Selamat hari raya Idulfitri, momentum penghormatan dan bukti kodrat kesetaraan perempuan di dunia ini. []

Tags: Hari Raya IdulfitriIbuIdulfitri 1444 HislamKhutbahlebaranMakna Fitrahmanusiaperempuan
Thoah Jafar

Thoah Jafar

Pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon

Terkait Posts

Disiplin

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

15 Juli 2025
Inklusivitas

Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

15 Juli 2025
Kesalingan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

13 Juli 2025
Harapan Orang Tua

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

12 Juli 2025
Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Krisis Ekologi

    Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-haknya di Hadapan Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian
  • Perkosaan: Kekerasan Seksual yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan
  • Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku
  • Merawat Fondasi Pernikahan dengan Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah
  • Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID