Mubadalah.id – Idulfitri adalah kembali ke asal kejadian. Seperti itu keumuman ulama saat mengurai pemaknaan kata fitrah, dalam perayaan yang di Indonesia masyhur kita sebut hari Lebaran.
Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa Ramadan, setiap Muslim akan terbebas dari dosa dan kembali kepada kesucian. Rasulullah Muhammad Saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang puasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (QS. Bukhari).
Tiga makna fitri
Fitri atau kata fitrah mengandung tiga pengertian. Yakni suci, asal kejadian, dan agama yang benar.
Pakar tafsir Al-Qur’an, Profesor Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur’an (1999) mengatakan, seseorang yang beridulfitri akan senantiasa menjaga keindahan, berusaha mencari kebenaran, dan menampilkan kebaikan.
عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ. قُلْنَا لِمَنْ؟ قَالَ: لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ.
“Dari Abu Ruqayah Tamim Ad Daari, sesungguhnya Rasulullah Muhammad Saw bersabda, ‘Agama adalah nasihat.’ Kami berkata, ‘Kepada siapa?’ Beliau bersabda, ‘Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan kepada pemimpan kaum Muslimin dan rakyatnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadis tersebut, maka setiap yang beridulfitri harus sadar bahwa setiap manusia tak luput dari kesalahan dan menuntut adanya kesadaran untuk saling meminta san memberikan maaf.
Pendapat lainnya, KH Husein Muhammad menjelaskan bahwa makna asli Idulfitri adalah kembalinya manusia kepada komitmen Awal. Yakni bertauhid, mengesakan Tuhan. Komitmen itu menekankan bagi manusia untuk menjadikan hanya Allah sebagai satu-satunya eksistensi Yang Paling Besar, Paling Kuasa, Paling Mulia, Paling Pengasih dan Penyayang.
Lebih jelasnya, keyakinan itu membawa keharusan bagi manusia untuk memandang dan memperlakukan semuanya sebagai makhluk setara atau sama. Tak seorang pun boleh merendahkan dan menghina orang lain. Manusia tidak boleh menjadi hamba dari selain Allah dan hanya untuk mencintai-Nya, tidak untuk mencintai selain Dia. (Khutbah Idulfitri: Kembali ke Asal Menjadi Manusia Genuin dan Terhormat, Mubadalah.id, Kamis, 20 April 2023).
Fitri adalah induk
Selepas Nabi Adam AS, awal kehidupan manusia dimulai di rahim seorang ibu. Seorang perempuan memberikan pengorbanan luar biasa dalam menjaga keberlangsungan awal kejadian manusia.
Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
“Dari Abu Hurairah, beliau berkata, ‘Seseorang datang kepada Rasulullah dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi pun menjawab,‘Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Al-Qurtubi menjelaskan, hadis tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap ibu harus kita berikan tiga kali lipat lebih besar dibandingkan terhadap ayah. Yakni, pada saat sang ibu mengandung, melahirkan, dan menyusui.
Alhasil, jika fitri dan kata fitrah kita maknai sebagai asal kejadian, dan Idulfitri berarti kembali kepada hal tersebut. Maka perayaan pasca-Ramadan ini sesungguhnya memberikan amanat kepada manusia untuk menghormati ibu dan perempuan. Di mana sejatinya menjadi media atau wasilah dari kekuasaan Allah Swt dalam menghadirkan proses penciptaan manusia di dunia.
Selamat hari raya Idulfitri, momentum penghormatan dan bukti kodrat kesetaraan perempuan di dunia ini. []