Mubadalah.id – Hadis perempuan berhak melindungi diri ini menjelaskan kisah Ummu Sulaim yang melindungi dirinya dengan membawa belati. Itu ia lakukan guna berjaga-jaga barangkali ada musuh yang tiba-tiba menyerang.
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه أَنَّ أُمَّ سُلَيْمٍ اتَّخَذَتْ يَوْمَ حُنَيْنٍ خِنْجَرًا فَكَانَ مَعَهَا فَرَآهَا أَبُو طَلْحَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ أُمُّ سُلَيْمٍ مَعَهَا خَنْجَرٌ فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «مَا هَذَا الْخَنْجَرُ». قَالَتِ اتَّخَذْتُهُ إِنْ دَنَا مِنِّى أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ بَقَرْتُ بِهِ بَطْنَهُ. فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَضْحَكُ. رواه مسلم في صحيحه، رقم الحديث: 4783، كتاب الجهاد والسير، باب غَزْوَةِ النِّسَاءِ مَعَ الرِّجَالِ.
Terjemahan:
Anas bin Malik Ra. menuturkan bahwa Ummu Sulaim membawa belati ketika Perang Hunain. Abu Thalhah melihatnya, dan melapor, “Wahai Rasulullah, ini Ummu Sulaim membawa belati.” “Belati untuk apa?” tanya Rasulullah kepada Ummu Sulaim. “Aku membawanya agar kalau ada salah seorang musuh yang mendekat, aku bisa langsung cincang perutnya,” jawab Ummu Sulaim. Rasulullah Saw. tertawa mendengar jawabannya. (Shahih Muslim).
Sumber Hadits:
Hadis perempuan berhak melindungi diri ini diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya (no. hadits: 4783) dan Imam Ahmad dalam Musnad-nya (no. hadits: 12291 dan 13177).
Penjelasan Singkat:
Seperti terekam dalam teks di atas, bahkan dalam situasi perang sekalipun, perempuan masih tidak diharapkan masyarakat untuk membawa senjata. Dalam benak banyak orang: perempuan adalah dilindungi, tak perlu punya alat atau keahlian untuk melindungi diri apalagi melindungi orang lain; perempuan itu dinafkahi, tak perlu punya keahlian atau kesempatan kerja untuk menafkahi diri atau orang lain; perempuan itu dituntun, tak perlu ilmu atau pengetahuan untuk menuntun diri atau mengajari orang lain.
Tentu saja, pernyataan-pernyataan tersebut adalah keliru. Karena, perempuan berhak memiliki ilmu, pengetahuan, keahilan, dan alat-alat untuk memperbaiki diri dan masyarakat, mengajar, melindungi, dan menafkahi. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang memerlukan. Bahkan, semua kiprah ini bisa wajib, jika sudah memiliki keahlian tertentu dan hal tersebut diperlukan oleh keluarga maupun masyarakat.
Cara Nabi Muhammad Saw. memberi pembelajaran juga menarik. Yaitu, dengan mengajukan pertanyaan kepada perempuan di depan laki-laki yang menyangsikannya. Ummu Sulaim Ra. memberi penjelasan yang masuk akal bagi laki-laki. Bahwa dalam situasi perang itu, setiap orang baiknya pegang senjata. Tak terkecuali perempuan. Minimal untuk melindungi diri. Ini tentu saja kasuistik dalam situasi perang.
Yang prinsip adalah bahwa persoalan perlindungan bisa dilakukan siapa saja yang mampu dan diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan. Tanpa memandang jenis kelamin. Agar mampu memberi perlindungan, maka setiap orang harus diberi kesempatan untuk belajar dan melatih, serta memberdayakan diri.