• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Menguak Dalih Kekerasan Israel lewat Topeng Agama

Apa dasar dari basis dukungan politik Netanyahu? Mengapa ia sengaja menyitir teks-teks kitab dengan ceroboh untuk mendapatkan dukungan politik?

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
30/11/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Kekerasan Israel

Kekerasan Israel

919
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sejak pemerintah Israel memborbardir Gaza secara membabi-buta, dalam beberapa kesempatan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terus-menerus mencoba mencari justifikasi dari publik untuk membenarkan tindakannya.

Bahkan beberapa waktu lalu, ia sempat berpidato dengan mengutip sejumlah ayat kitab suci dengan menyamakan rakyat Palestina sebagai “Amalek”. Sehingga penyerangan kekerasan Israel kepada Palestina sejatinya adalah upaya perjuangan seumur hidup umat Yahudi untuk memerangi iblis yang ia kaitkan dengan Amalek tersebut.

Kisah Umat Yahudi dan Amalek

Tema “menghancurkan Amalek” yang Netanyahu sebutkan ia artikan sebagai upaya untuk mendapat dukungan dari Sang Ilahi untuk memusnahkan Amalekites (simbol keburukan). Di mana saat ini ia artikan bersemayam dalam tiap warga Palestina.

Lalu, apa dasar dari basis dukungan politik Netanyahu? Mengapa ia sengaja menyitir teks-teks kitab dengan ceroboh untuk mendapatkan dukungan politik?

Referensi pertama dalam Alkitab tentang permusuhan antara suku-suku Ibrani dan orang Amalek, yang mungkin lebih bersifat mitos daripada sejarah. Hal ini dapat kita temukan dalam kitab Keluaran (17:8-16). Pasal ini merujuk pada bentrokan antara suku Amalek dan suku-suku Ibrani yang meninggalkan Semenanjung Sinai dan memasuki Kanaan.

Baca Juga:

KB dan Politik Negara

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Nakba Day; Kiamat di Palestina

Musa memerintahkan kepala orang kepercayaannya, Yosua, untuk memimpin pertempuran sementara Musa berdiri di atas sebuah bukit mengangkat tangan-Nya seperti yang ia lakukan saat perairan terbelah dan bangsanya menyeberangi Laut Merah di tanah kering. Singkat cerita, pasal ini berakhir dengan kalimat, “TUHAN akan berperang melawan Amalek dari generasi ke generasi.”

Kutipan ayat dari Al Kitab tersebut yang Netanyahu gunakan untuk membenarkan tindakan penyerangannya kekerasan Israel kepada rakyat Palestina. Di mana yang menjadi pertanyaan kemudian adalah mengapa Netanyahu mengutip ayat Al Kitab?

Tameng Agama dalam Tindak Kekerasan

Jawaban sederhananya adalah ia memerlukan dukungan sosial politik di luar kaum Yahudi. Dengan mengutip ayat dari kitab suci, Netanyahu ingin menegaskan bahwa peperangan yang ia lakukan sejatinya adalah amanat kitab suci yang telah termaktub bertahun-tahun lampau. Sehingga, pembunuhan rakyat sipil dapat termaklumi.

Di sisi lain, apa yang Netanyahu sampaikan bertujuan untuk memperkuat basis dukungan Netanyahu yang bersumber dari gerakan Kristen Zionis internasional. Di mana situasi ini sedang naik daun di bagian bumi Selatan, Asia Tenggara, dan Amerika Utara. Dengan begitu, Netanyahu dapat mengandalkan teman-temannya ini untuk memberikan dukungan politik, ekonomi, dan media meskipun popularitasnya merosot drastis di dalam negeri dan di luar negeri.

Terlebih Netanyahu saat ini mengalami demo besar-besaran di Israel. Ia terlibat dalam sejumlah skandal korupsi dan suap yang melibatkan sejumlah investor asing, yang di antaranya berasal dari Amerika Serikat dan Australia.

Tidak hanya itu, anak laki-laki Netanyahu sendiri mendapatkan perlakuan istimewa. Ia tidak menjalani wajib militer, dan ketika banyak pemuda Israel diminta untuk terjun ke medan perang di Gaza, anaknya menikmati hidup yang nyaman di Florida, Amerika Serikat.

Kondisi tersebut lantas membuat muak rakyat Israel, terutama kaum mudanya. Beberapa waktu lalu, rumah Netanyahu bahkan sempat dihadang ratusan demonstran yang memintanya untuk mundur.

Mengetahui hal ini, Netanyahu yang sadar bahwa popularitasnya menurun di dalam negeri terus berupaya untuk mengalihkan perhatian publik dengan melancarkan strategi perang. Taktik ini ia harapkan dapat mengalihkan isu korupsi dan suap yang terus dihadapkan padanya.

Tak heran, untuk memuluskan taktik politik itu Netanyahu tak segan untuk mengutip ayat suci. Strategi yang sejauh ini berhasil memperdaya banyak umat Kristiani yang kurang memahami akar masalah Israel dan Palestina.

Penyalahgunaan Agama untuk Kepentingan Politik

Dampaknya sesaat setelah seruan perang Netanyahu ke Gaza dengan mengutip ayat Al Kitab, sebuah surat dukungan untuk perang Israel di Gaza dikeluarkan oleh 60 pemimpin evangelical konservatif di Amerika Serikat. Termasuk dua mantan presiden Ethics and Religious Liberty Commission – Russell Moore, yang sekarang menjadi editor Christianity Today, dan Richard Land.

Beberapa pendeta dari Southern Baptist Convention, denominasi Kristen evangelical terbesar di Amerika Serikat, menandatangani surat tersebut. Banyak dari para pendukung, meskipun tidak semua, menganut mentalitas perang “menghancurkan Amalek.”

Sementara yang lain mengacu pada teori perang untuk mewujudkan keadilan. Surat tersebut tersampaikan ke Gedung Putih dan setiap kantor Kongres di Capitol Hill, memberikan dukungan untuk agresi Israel terhadap Gaza.

Meski sejumlah pemimpin umat Kristen memberikan dukungannya kepada Netanyahu, banyak pastor yang justru melihat tindakan Netanyahu sebagai penyalahgunaan agama untuk kepentingan politik. Mereka memahami bahwa dalam ajaran Kristiani tidak pernah membenarkan pembunuhan atau kekerasan terhadap individu atau kelompok lain.

Kristen mengikuti ajaran Yesus Kristus yang menekankan kasih, perdamaian, dan belas kasih terhadap sesama. Sehingga pengutipan ayat kitab suci secara serampangan dengan dalih melakukan tindak kekerasan terhadap manusia lain justru merupakan pelecehan besar terhadap ajaran agama itu sendiri. []

Tags: duniaGencatan SenjataIsraelJalur GazaPalestinaPerangpolitiksejarah
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Buku Disabilitas

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

22 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version